"Dasar anak setan," gumam Gawin kemudian memasukan ponsel ke dalam saku. Ia sedang menyusuri bagian sabun, mencari sabun detergen titipan Gulf, "Ngapain juga gue update di twitter? Duh Gawin, tolong begonya dimundurin dikit lah."
Gawin segera mengambil merek sabun detergen yang paling murah di sana, maklum uangnya semakin menipis dan Gulf sendiri juga tidak memberi tahu merek spesifik yang harus dibeli. Setelah itu Gawin mengecek kembali daftar belanjanya. "Sabun udah, minyak udah, sikat gigi udah, cemilan juga udah. Oke lah."
Sudah yakin dengan barang belanjaannya, Gawin kembali mendorong trolley menuju kasir. Namun setelah beberapa langkah, ia berhenti. Tatapannya tertuju pada punggung seseorang yang berdiri di depan etalase bagian permen-permen. Itu adalah Podd. Gawin yang melihatnya langsung mengecek isi dompet dan mengeluarkan flashdisk yang sudah ia jaga selama beberapa hari ini.
Anjir kebetulan banget ketemu di sini, samperin aja lah daripada tambah repot!
Gawin mendorong trolley perlahan menuju tempat Podd berada.
la meninggalkan trolley kemudian menepuk perlahan punggung Podd. "Permisi."
Podd menoleh dan terkejut. "Eh, Gawin?"
Nih orang keren juga bisa hafal nama gue, padahal baru sekali ketemu loh. "Hehehe, iya saya Gawin."
"Belanja bulanan ya?"
Gawin mengangguk.
"Oh ya, saya mau tanya. Waktu itu saya ada barang ketinggalan di kafe kamu, bentuknya flashdisk. Kamu—"
Ucapan Podd terpotong karena Gawin tiba-tiba sudah menyodorkan flashdisk yang dimaksud tadi di depannya. Podd terkejut bukan main.
Bagaimana tidak? Karena kelalaiannya, flashdisk tersebut hampir saja ditelan bumi. Padahal di dalam terdapat banyak sekali file-file penting dari client perusahaan besar. Bahkan Ayah Podd pun sampai memarahinya karena ia sudah lalai dengan benda kecil tapi berharga itu. Sepertinya dewi keberuntungan sedang berpihak padanya.
"Ya Tuhan! Ketemu di mana?!" seru Podd yang langsung mengambil flashdisk itu, matanya berbinar-binar penuh dengan kelegaan. "Saya sampai udah nyerah nyariinnya, Win."
Gawin yang melihat Podd juga ikut lega kemudian tersenyum sopan. "Saya ketemu di sela-sela cangkir sama hiasan tanaman di atas counter."
"Kenapa saya gak kepikiran ke sana ya?" ucap Podd kemudian memasukkan flashdisk tersebut ke dalam dompetnya. "Terima kasih banyak ya, Gawin. Berkat kamu, saya jadi gak gelisah lagi mikirin flashdisk itu. Terima kasih udah jaga barang saya."
Ternyata emang segitu pentingnya ya, gue jadi ngerasa bersalah karena udah nyimpen barang dia selama itu. "Iya gak papa, sama-sama," jawab Gawin kemudian tersenyum.
"Hmm..." Podd memikirkan sesuatu. "Saya traktir kamu dinner besok bisa?"
Eh? Apa?
Podd tertawa kecil melihat ekspresi Gawin yang heran bercampur kaget. "Tenang aja, saya traktir kamu sebagai ucapan terima kasih karena udah jaga dan mengembalikan flashdisk saya."
Gawin terdiam, sungguh ia bingung mau menjawab apa. "Umm... Tapi—"
"Mau ya? Besok hari libur jadi kamu gak ada kelas, saya juga besok gak masuk kantor cuma kerja di rumah," pinta Podd. Entah mengapa, Gawin merasa bahwa lawan bicaranya ini sangat ingin sekali ia menjawab 'mau'. Gawin pun akhirnya menyerah karena tidak tahan dengan tatapan yang Podd berikan padanya.
Sialan, gimana gue bisa bilang 'gak mau' kalo dia keliatan melas banget gitu. Ya udah lah gue hargai aja."Um... Ya udah saya mau kok," jawab Gawin akhirnya setelah terdiam.
Podd tersenyum penuh kemenangan. "Oke. Boleh minta nomer telfon kamu? Biar saya bisa kabari tempat dan waktunya besok."
Gawin dan Podd pun saling bertukar nomor kemudian mengucapkan selamat tinggal satu sama lain. Gawin kembali mendorong trolley menuju kasir. Mendekati kasir ponselnya bergetar, menandakan bahwa ada notifikasi masuk. Ia berhenti kemudian mengecek layar ponselnya. Ada satu pesan dari nomor tidak dikenal. Karena penasaran, Gawin membukanya.
GAWIN • UNKNOWN NUMBER PERSONAL CHAT
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.