37. First Kiss

1.3K 153 2
                                    

TOK TOK TOK

"Siapa?!" seru Gawin dari ruang tamu. la sedang bermalas-malasan di sofa seraya melihat televisi, tidak lupa dengan selimut hangat yang membalut tubuhnya.

"Ini Podd, Win."

CKLEK!

"Ha—Gawin?" Podd terlihat kaget melihat kondisi laki-laki di depannya. Gawin benar-benar terlihat tidak enak badan. Rambut berantakan, wajah sedikit pucat, keringat yang membasahi kening. Namun setelah melihat selimut yang masih membalut tubuh Gawin, ia tersenyum.

"Podd? Heh!"

Podd melamun. "Hmm?"

"Ngeliatinnya biasa aja kali," jawab Gawin.

Podd terdiam kemudian menempelkan punggung tangannya di kening Gawin. "Kamu demam," ucap Podd. Jari-jarinya mulai menyusuri rambut Gawin yang berantakan, menyisirnya agar rapi. "Rambut itu disisir, Win."

Gawin hanya bisa terdiam, tanpa disadari pipinya memerah. Ia juga berusaha menahan rasa malunya agar tidak ketahuan oleh Podd. Gawin memalingkan wajahnya, menghindari tangan Podd. "Lo gak mau masuk apa?"

Tanpa aba-aba, Podd sudah masuk mendahului Gawin dan langsung pergi ke dapur. Gawin hanya bisa menghela napas seraya mengikuti Podd. "Itu apa?" tanya Gawin seraya menunjuk sebuah bungkusan.

"Bubur buat kamu."

"Sini gue bantu—"

"Biar saya yang siapin, kamu tunggu di sofa," ucap Podd tanpa melihat Gawin, ia sedang menuang bubur di dalam mangkuk.

"Tapi—"

"Gawin."

"Iya deh iya, gue nunggu."

Tak selang berapa lama, Podd menghampiri Gawin yang hampir terlelap. Malah tidur, untung lucu kamu Win, batin Podd menaruh mangkuk berisi bubur tersebut di meja. "Gawin..." panggil Podd lembut seraya menepuk-nepuk pipi Gawin. Mata Gawin pelan-pelan terbuka. "Ayo makan dulu trus minum obat."

"Hmm... lemes gue." Gawin kembali menutup mata dan mengeratkan selimutnya. Suaranya terdengar pelan.

Podd tersenyum kecil seraya menyisir rambut Gawin dengan tangannya. "Gak mungkin bisa bukain pintu kalo kamu lemes, Win."

"Hmm..."

"Yang penting kamunya duduk dulu, ayo," ucap Podd membantu Gawin duduk. Gawin hanya bisa menuruti kemauannya dengan wajah cemberut. "Makan sendiri apa disuapin?"

Gawin tidak menjawab, ia hanya memalingkan wajahnya.

"Gawin, mau cepet sembuh?"

". . ."

"Mau."

"Yaudah, saya suapin aja kalau gitu."

Gawin menyerah. Pada akhirnya ia memutuskan untuk menuruti semua yang dikatakan Podd. Gawin hanya mau menghargai keinginan Podd untuk merawatnya. Ya.. Kapan lagi kalo sakit ada yang ngurusin? pikirnya begitu.

Ketika semua selesai, Podd menyuruh Gawin untuk pindah ke kamar.

Setelah Podd mencuci peralatan makan yang ia gunakan tadi, ia menyusul untuk mengecek keadaan Gawin. Jujur, Podd belum pernah masuk ke kamar Gawin. Biasanya jika berkunjung, Podd hanya sampai ruang tamu atau dapur saja. Karena menurutnya, kamar termasuk hal yang privasi.

TOK TOK TOK

"Gawin?"

Tak ada jawaban. Podd masuk dan melihat Gawin yang memainkan ponselnya padahal matanya sudah hampir terpejam. Gawin tidak menoleh pada Podd, mungkin tidak sadar.

"Belum tidur?"

Gawin menoleh kemudian menggeleng. "Gak ngantuk."

"Nanti ketiduran, Win."

". . ."

Podd menghampiri Gawin dan duduk di sampingnya. "Tidur gih. Istirahat, biar cepat sembuhnya." Tangan kirinya memainkan rambut Gawin untuk yang sekian kali.

Gawin menaruh ponsel di sebelah bantalnya, kemudian menatap Podd. "Kayaknya lo suka banget ya mainin rambut gue?"

"Gak boleh?" Podd menatap balik.

"Um... gak papa sih."

"Good."

Mereka saling beradu pandang. Entah sejak kapan jarak mereka semakin dekat, hanya tersisa sejengkal tangan. Jari-jari Podd berhenti kemudian menangkup dan mengelus pipi kiri Gawin. Hal ini membuat jantung Gawin berdegup kencang. Gawin sadar kalau Podd sedari tadi tak hanya menatap matanya namun juga bibirnya.

"Win..."

"I-iya?"

"Saya boleh tanya sesuatu?"

". . ."

"Can I kiss you?"

Hening.

Seperti tersadar akan sesuatu, Podd memutus pandangannya dengan Gawin kemudian menunduk. "Maaf, gak seharusnya saya—"

Ucapan Podd terpotong karena Gawin melingkarkan kedua tangannya di tengkuk Podd dan menciumnya. Tepat di bibir.

Podd terkejut, namun akhirnya ia membalas ciuman Gawin dengan lembut. Ciuman itu merupakan yang pertama bagi mereka sejak menjalin hubungan. Tak berlangsung lama, mereka saling melepas dan tersenyum.

"Podd..."

"Iya, Sayang?"

"Cuddle me?"

"Of course."

REINKARNASI • poddgawin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang