VII

493 105 10
                                    

"Napa sih na?" tanya Hyunjin setelah Sena melepas tangannya.

"Lo kenapa bilang itu di depan Seungmin sih?"

"Ya emang napa? Masa dia ga tau adik nya ini lebih pinter, bahkan ngelebihin dirinya sendiri"

Sena hanya memutar bola matanya malas.

"Jangan bilang gue pinter atau hal-hal yang menunjukan kalo gue pinter didepan siapa pun. Mereka bakal mikir gue buruk, bahkan lebih buruk dari bodoh"

Hyunjin hanya menghela nafas pelan.

Sena membalikkan badannya hendak pergi.

"Sena!"

Sena berhenti dari jalannya dan menatap Hyunjin.

"Hari ini lo mau ke markas?"

"Lagi ga mood. Ntar kalo mau gue ke sana sendiri"

"Oke"

Sena membalikkan badannya lagi hendak pergi.

"Sena!"

Sena berhenti dan menatap Hyunjin, lagi.

"Kalo mau ke markas telpon gue aja. Ntar gue jemput di tempat biasa"

Sena hanya mengangguk, lalu kembali berjalan.

"Sena!"

Sena berhenti lalu mendengus kesal.

"Apa lagi sih jin?"

"Makasih lagi"

Hyunjin tersenyum sambil mengacungkan buku tulisnya.

Sena hanya mengangguk lalu kembali berjalan. Tersemat senyum tipis di bibir Sena.





"Sena, kaka udah bilang kan Hyunjin itu ga baik buat kamu"

Terdengar suara Seungmin yang tegas kepada Sena yang dengan santainya bermain handphone. Seperti tak melihat ada kaka nya yang sedang menatapnya.

"Sena, kamu denger kan?"

"Denger"

"Tolong jauhin Hyunjin. Dia ga baik buat kamu"

"Hyunjin temen gue. Gue yang berhak nilai dia, bukan lo atau siapa pun"

Sena menjatuhkan dirinya diatas kasur. Seungmin duduk dikursi lalu menatap Sena yang sedang memandang langit-langit kamar.

"Apa yang buat kamu berubah?"

Pertanyaan itu membuat Sena terdiam sebentar lalu tersenyum miring.

"Waktu..."

Seungmin diam, membiarkan Sena menyelesaikan kalimatnya.

"... dan keadaan" lanjut Sena.

"Keadaan sama kaya dulu"

"Siapa yang bilang keadaan berubah? Semuanya sama. Keadaan yang sama setiap hari ngebuat gue berubah"

"Kenapa?"

"Lo ga akan paham, karena lo ga pernah ada di posisi gue"

"Kaka harap kaka bisa paham"

"Ga akan. Karena keadaan lo itu kebahagiaan sedangkan gue penderitaan. Dua keadaan yang berbeda jauh"

"Penderitaan apa?"

"Gue udah bilang, lo ga akan ngerti karena lo ga ada di posisi gue"

"Penderitaan kamu itu bertambah dengan adanya Hyunjin na"

"Cih, sok tau. Lo mau tau yang sebenernya?"

"Apa?"

"Hyunjin yang ngebuat gue lupain penderitaan itu sejenak. Orang yang lo sebut brandalan itu ngebuat gue lebih baik"

"Ga mungkin"

"Ga ada yang ga mungkin. Di dunia ini banyak kata tiba-tiba"

"Tapi dia–"

"Jangan liat orang dari luar nya. Karena sifat orang berasal dari hati di dalam tubuhnya bukan dari rokok di dalam sakunya"

Seungmin terdiam, berusaha mencerna kata-kata adiknya itu.

"Gue ngantuk. Bisa keluar dari kamar gue?" usir Sena secara halus.

"Tapi Sen–"

Kata-kata Seungmin terhenti ketika Sena memiringkan tubuhnya menghadap tembok.

Seungmin berdiri,

"Yaudah, selamat malam"

Terdengar suara pintu ditutup. Sena hanya menghembuskan nafas panjang.

–Semoga perkiraan gue bener–


Tbc

Hate | ft. Kim Seungmin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang