-;05

3.9K 442 45
                                    

Tolong salahkan mulut ember win yang seringkali menyahut tanpa berfikir. Sekarang win tidak tahu harus berbuat apa saat bright mengulurkan helm berwarna putih dengan banyak stiker yang menempel itu kepadanya.

"Nih, pake" ucap bright membuyarkan lamunan win.

Win menerima dengan ragu, "Kalo win yang pake, mas bri gimana?"

"Gampang, udah pake aja"

Win memeluk helm putih milik bright, tidak berniat untuk memakainya sama sekali. Tiba-tiba otaknya tidak berfungsi hanya untuk memakai helm yang bright ulurkan kepadanya.

Bright menoleh pada pria disampingnya, merasa win tidak melakukan pergerakan apapun ia menepuk pelan lengan win.

"Win, ayo naik"

"Em.. win naik go-jek aja deh mas bri"

Bright mengernyit, melihat tingkah win yang daritadi tidak tenang entah kenapa membuat bright bisa tersenyum dengan mudah. Mengamati seberapa lucu win yang memakai jersey putih dengan celana pendek, apalagi poni yang jatuh menutupi keningnya membuat win berkali lipat lebih imut.

"Win, kan saya udah bilang mau anter kamu. Ayo naik aja!"

Win masih menggigit bibirnya ragu, "Emm.. beneran nggak apa nih mas bri?"

Bright yang sudah tidak tahan dengan sifat malu-malu win akhirnya menarik tangan win untuk mendekat. Mengambil helm putih miliknya yang berada didekapan win lalu memasangkannya ke kepala pemuda manis dihadapannya.

"Udah, ayo naik"

Win mengangguk pelan menanggapi, kakinya ia bawa naik ke atas motor matic bright.

"Pegangan loh win"

"Hah?!" win melonggarkan sedikit helm yang ia pakai.

"Pegangan!"

"O-oh iya" jawab win kikuk.

Win membawa tangannya berpegangan pada pundak lebar bright. Yang dipegang sudah senyum-senyum saja daritadi. Maunya sih dipegang di perut, tapi untuk permulaan tidak buruk juga.

Bright mulai mengendarai motornya membelah kota bandung yang masih sangat ramai meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Kerlap-kerlip lampu jalan menemani bright dan win yang saling menikmati momen dengan kebisuan yang sangat menenangkan.

"Win!"

"Iya!"

"Mau roti bakar gak?" ucap bright sambil melirik spion, memperhatikan win yang sedang melihat sekeliling kota bandung.

"Iya!"

Bright tersenyum lebar, mempercepat motornya menuju toko roti bakar langganannya di daerah Citarum, melupakan win yang masih asik melihat jalanan bandung dengan santainya.

Win memukul punggung bright, "Mas bri! Untung win gak jatuh!"

"Eh iya lupa win, maaf maaf"

Bright tersenyum canggung, memperlambat laju motornya. Win melepas pegangannya pada pundak bright, wajahnya memerah, berani-beraninya dia memukul kakak tingkat seperti bright yang ia segani bahkan ia takuti selama masa ia menjadi mahasiswa di universitas pesona.

Tapi tolong jangan tanya win sejak kapan ia merasa nyaman dengan bright. Padahal jika dilihat dari sisi manapun mereka baru bertemu beberapa kali dan entah bagaimana win selalu merasa nyaman dengan pria yang memboncenginya malam ini. Terkadang ia berharap bisa lebih meluangkan lebih banyak waktu bersama bright.

"Loh mas bri, rumah win belok kanan!"

Win menepuk panik punggung bright saat melihat gang menuju rumahnya bright lewati begitu saja.

Everything [BrightWin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang