~10~

4.3K 305 63
                                    

Ga kangen ama Story ini gw end ,-

Canda beb...Bilang aja kangen.

Lanjut read...

———————————

"Jiminnie, Jinjja mianhae..."

Namjoon dan Jimin menoleh kearah pintu dan melihat siapa yang ada di pintu utama. Seorang namja berkulit putih dengan kemeja dan jas yang sudah berantakan. Rambut yang seperti di terpa badai. Dan mata yang terdapat kantung hitam di bagian bawahnya.

Namjoon menatap sendu keadaan namja itu sekarang dan sedangkan Jimin, dia menahan tangis. Jujur, dia ingin memeluk Yoongi. Tapi hati nya masih terlalu sakit.

"Yoongi?" Namjoon menatap Yoongi dengan tatapan prihatin.

"Appa!" Seru gadis kecil memeluk Yoongi.

"Appa!! Andweyo! Andwe...hiks..." Yoonji menyembunyikan wajah kecilnya di celuk leher Yoongi dan menangis tersedu-sedu.

Namjoon yang melihat Jimin memandang adegan itu langsung saja Namjoon membujuknya.

"Ok, kita jauhkan dulu soal rasa benci mu dengan Yoongi. Kau tadi bilang ingin yang terbaik untuk Yoonji kan? Tapi tidak begini caranya. Kau jangan ikuti ego mu...ikuti kata hatimu. Biarkan hati yang bicara dan menunjukkan jalan keluarnya...apa kau tidak kasihan melihat Yoonji yang secara tidak langsung tidak ingin jauh dari Appa nya? Kau sangat keterlaluan bila begitu..." Namjoon bicara panjang lebar sambil menggerakkan tangannya yang mendatar kebawah atau isyarat agar Jimin tetap tenang.

Sementara Namjoon berbicara untuk membuat Jimin berubah Fikiran, Yoongi berdiri dan berjalan memutari sofa yang ada di sana dan berjalan kearah Jimin dari belakang. Dia maju perlahan dan...













"Maafkan aku sayang..."















Suara itu sempurna menggema di telinga Jimin. Hangat yang dia rasakan saat ini. Yoongi memeluk nya dari belakang sambil mengecup tengkuk dan kepala Jimin berkali-kali. Sambil mengucapkan kata 'mianhae'.

Jimin yang mendapat perlakuan itu, ingin berontak. Tapi tubuh nya terlalu lemas saat mendengar suara rendah milik Yoongi. Jimin hanya bisa menangis sambil menutup mulutnya. Dia menangis tanpa membuat suara. Jeritan dalam hatinya masih senantiasa berteriak keras namun berusaha agar tidak keluar dari lisannya.

Jimin mulai terduduk di lantai karena lemas menahan jeritan. Yoongi ikut merendahkan tubuhnya masih sambil memeluk Jimin. Yoongi berusaha membuat Jimin tenang dengan usapan lembut yang ia salurkan pada Jimin.

Namjoon yang merasa kepalanya pening karena lelah di bantu tetap berdiri oleh Seokjin dengan dirinya yang memegang tangan Namjoon. Yoonji yang yang tadinya keluar kembali masuk ke rumah dan memeluk Jimin dan Yoongi.

"K-Kau j-jahat Hyung...hiks..." Jimin memukul dada Yoongi dengan tenaga yang tersisa.

.

Namjoon bersandar pada sofa yang ada di ruang tengah rumah Jin. Rasanya kepala Namjoon ingin meledak saat itu juga. Penjelasan sedikit, Namjoon tipe orang yang peka soal problem seperti ini. Jadi, dia tipe orang yang bisa merasakan apa yang di rasakan orang lain pas dalam keadaan kayak gini. Dan dia tipe orang yang bisa stress sama masalah orang lain. Jadi orang yg punya problem dia yg pusing coy. Sama kek gw ini:v oke lanjut

Namjoon memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Dia terlalu pening untuk bangkit dari posisi nya dan segera pulang ke rumahnya. Keluarga YoonMin yang sudah kembali harmonis seperti biasanya dan mereka sudah kembali ke rumah mereka sekitar satu setengah jam yang lalu.

Jin membuatkan Namjoon teh hangat untuk meringankan rasa sakit di kepala Namjoon.

"Namjoon-ah, ini teh untuk mu...siapa tau bisa mengurangi rasa sakit di kepala mu..." ucap jin sambil menatap Namjoon dengan tatapan khawatir.

"Ah, terima kasih Seokjin..." ucap Namjoon tersenyum sambil menunjukan lesung pipinya.

"Apakah Yoongi itu teman baik mu?" Tanya Jin sekedar basa-basi pada Namjoon.

"Hm, iya. Dia bukan hanya teman...dia sahabat ku. Dia selalu ada di saat aku benar-benar membutuhkan dirinya untuk menemani diriku di saat senang maupun susah. Dia selalu membantuku setiap aku memiliki masalah. Dia yang meluruskan pikiranku saat merasa bingung. Dan dia juga yang selalu membantuku bangkit dari masa lalu dan melupakan istriku yang sudah tiada..." ucap Namjoon panjang lebar sambil menundukkan kepalanya.

Jin yang kalanya hanya bertanya pertanyaan sederhana, di jawab begitu detail oleh Namjoon. Jin tertegun saat Namjoon mengucapkan kalimat terlahir yang di ucapkannya barusan.

"M-Maaf, aku tidak bermaksud untuk membuatmu sedih..." Seokjin menunduk sambil meremat tangannya karena merasa bersalah.

"It's ok. Itu tidak masalah. " ucap Namjoon sambil tersenyum kepada Jin.

"K-Kalau aku boleh tau... kenapa kau bisa mempunyai dua orang anak di usia yang lumayan muda bagiku...?" Jin menatap Namjoon dengan tatapan penasaran tapi tidak terlalu mencolok.

Namjoon langsung merubah raut wajahnya menjadi sedih.

"E-Eehh k-kalau kau tidak bisa cerita tidak Ap—"

"Tidak...aku bisa. Hehe. Maaf. Sudah sepatutnya aku menjawab sebuah pertanyaan." Namjoon menarik napas panjangnya dan mulai flassback ke masa lalu.

"Jeremmy dan Namji ada karena aku yang membuat istriku hamil di luar nikah pada awalnya..." Namjoon menunduk. Merasa sangat malu dengan apa yang ia perbuat dahulu.

"Heh..." Jin bungkam. Dia kehabisan kalimat.

"Entah kenapa aku bisa melakukan kebodohan fatal seperti itu... tapi intinya, waktu itu aku sama sekali tidak terkendali dan malah mengikuti hawa nafsuku tanpa bisa berfikir dengan jernih..." Namjoon menatap kosong.

"Yah, dan setelah kejadian itu...beberapa minggu kemudian dia bilang bahwa dia hamil. Dan mau tidak mau aku harus bertanggung jawab. Tapi untunglah kami juga saling mencintai. Jadi, kami siap untuk menjalankan pernikahan."

"Setelah beberapa bulan setelah menikah...Tiba waktunya dia untuk melahirkan..."

"Selisih satu tahun, Namji di lahirkan lagi dan dia meninggal karena pendarahan hebat. Dan yah...aku harus berjuang sendiri untuk membesarkan anak-anakku..." Namjoon tersenyum simpul pada Jin.

Jin kehabisan kata-kata dan hanya bisa ikut tersenyum sambil memegang tangan Namjoon. Namjoon sedikit terkejut dan dia mencoba membiarkannya.

"Aku tau ini berat...aku tau apa yang kau rasakan saat itu...sebagai seorang namja sejati kita harus tau kalau nantinya kita yang akan memimpin di sebuah keluarga" Jin tertawa kecil "pastinya namja yang unggul dan mendominasi keluarga itu."

"Tapi..."

Namjoon terdiam.

"Setiap hal tidak akan pernah abadi di dunia. Dan karena itulah kita harus membuatnya sempurna terlebih dahulu walau nantinya akan sirna dan tinggal kenangan...tapi setidaknya kita sudah bisa membahagiakan satu keluarga kecil yang di hiasi dengan senyuman dan tawa..." Jin menatap Namjoon dengan hangat sambil tersenyum.

Namjoon ikut tersenyum dan membalas genggaman tangan jin sambil menatap jin dengan senyum manis miliknya.




















"Bantu aku membangun kembali keluarga kecilku, Kim Seokjin..."

















TBC

Hiya, mon maap ye baru updet lagi. Soalnya Banyan kerjaan. Karena, Work from home Jdi sibuk sendiri. Wattpad hampir terbengkalai selama 2 minggu.

Tapi untunglah, berkat teror teror mistis dari para readers, Vino updet lagi:v

"Bang bahasanya kok tinggi banget"

Iya. Soalnya gw sekalian curhat. Hehe

Yodah makasih. Jan lupa vote.

-Elltha-

200616
02.56 PM

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mommy Jin || NJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang