Shalsa tak tau Abyan membawanya kemana, yang ia ketahui saat ini. Dirinya sekarang berada di depan sebuah gedung yang tinggi, terlihat mewah dan elegan. Shalsa tak sanggup menyembunyikan kekagumannya, matanya menatap penuh kagum ke arah gedung itu.
"Eh Shal, ayo," ajak Abyan sambil menepuk pundak Shalsa yang seketika membuyarkan lamunan Shalsa.
"Ha? Apa?" Tanya Shalsa bingung.
"Ayo ke dalem, diajak dari tadi kok malah ngelamun bae. Lo mau jadi patung selamat datang di sini," ledek Abyan.
"Ish ya nggak maulah," ucap Shalsa kesal.
Melihat Shalsa yang kesal membuat Abyan hanya terkekeh.
"Ya udah kalo nggak mau, ayo cepetan ke dalem," titah Abyan sambil meraih tangan Shalsa untuk ia genggam.
"Iya iya, tapi nggak pakek tarik-tarik kayak gini bisa kan," ujar Shalsa sambil mencoba meloloskan tangannya dari Abyan.
"Nggak usah banyak protes, nurut aja napa?" Ucap Abyan tegas yang membuat Shalsa mendengus kesal.
Abyan pun tersenyum saat Shalsa diam dan mau menurutti ucapannya. Sesampainya di lobi, Abyan lantas menarik Shalsa ke arah meja resepsionis. Sama seperti di depan gedung tadi, Shalsa lagi-lagi dibuat terpana dengan interior lobi yang begitu elegan, memanjakan mata setiap orang yang memasuki gedung ini.
"Pagi mbak, pak Ali nya ada?" Tanya Abyan kepada wanita cantik dibalik meja resepsionis itu.
"Pak Ali nya ada tuan, beliau berada di ruangannya. Tadi beliau berpesan kalo anda datang disuruh langsung ke ruangannya saja,"
jawab wanita yang bernametag Nita itu dengan tersenyum sopan kepada Abyan."O kalo begitu terima kasih mbak," ycap Abyan kemudian, dan langsung menarik Shalsa lagi menuju lift yang berada tak jauh dari meja resepsionis tadi.
Abyan menekan tombol lantai 9, seketika hening menyelimuti. Tak ada yang berniat membuka suara, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Shalsa yang masih bingung, tak tau mau dibawa kemana. Dan Abyan yang berharap semoga sang ayah mau mengabulkan permintaannya supaya Shalsa dapat diterima kerja oleh ayahnya.
Ting
Terdengar suara lift tanda bahwa mereka telah sampai di lantai 9. Mereka pun keluar dari lift, Abyan lagi-lagi menarik Shalsa menuju sebuah pintu urutan ke tiga dari sisi kiri, dan tanpa berpikir panjang lagi, Abyan pun mengetuk pintu itu. Tak lama dari dalam terdengar suara tegas menjawab.
"Masuk."
Abyan membuka pintunya dan terlihat lah sebuah ruangan yang tak berbeda jauh dari lobi tadi, mewah dan elegan.
Di sana terdapat pria paruh baya duduk di sebuah kursi yang di depannya terletak meja penuh dengan tumpukan dokumen.
Pria itu tersenyum ketika menyadari bahwa yang datang adalah anak kebanggaannya, ia lantas berdiri dan melangkah menuju Abyan dan seketika memeluk Abyan.
"Hai son, apa yang mau kau bicarakan sampai-sampai datang ke kantor ayah?" Tanya pria paruh baya itu yang ternyata ayah Abyan.
"Hai yah, Abyan ke sini sebenarnya mau minta tolong ke ayah, boleh?" Balas Abyan.
"Tentu saja boleh, apa yang perlu ayah bantu? Biar lebih enak ayo duduk dulu,"ajak Ayah Abyan menuju sebuah sofa yang terletak tak jauh dari pintu masuk tadi.
Setelah mereka duduk di sofa dengan nyaman, perbincangan pun dilanjutkan.
"Sebelumnya perkenalkan di samping Abyan adalah temen Abyan, namanya Shalsa," ujar Abyan sambil menunjuk ke arah Shalsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beware of falling in love
أدب المراهقينManusia memang tidak bisa menebak bagaimana jalan hidupnya, mereka hanya mampu berharap dan berusaha agar kisahnya akan berjalan dengan indah sesuai dengan keinginan mereka. Namun bagaimana jika karena suatu hal mengharuskan kita untuk menjalin sua...