•• Tiga •• || REVISI

144 42 15
                                    

-Happy Reading-

"Hari yang buruk sekaligus hari yang indah."

✨✨✨

--------

"Pak tolong jangan di tutup!!!" teriak Jennie ketika melihat pak Santoso menutup gerbang sekolah.

"Gak ada ampun-ampun, kamu dari dulu terlambat terus! Kalo dimaafin terus nanti ya gini terlambat terus." kata pak Santoso ketus, kemudian pergi menjauh dari gerbang.

"Ih bapak!! Saya kan baru tiga kali doang terlambatnya. Pak! Pak!" gadis itu berteriak sambil meloncat-loncat berharap didengar.

Jam telah menunjukkan pukul 07.45. Dia berusaha berkeliling mencari celah untuk masuk tapi tidak ketemu. Sial sekali. Jennie pasrah dan hanya duduk di depan gerbang. Bingung tak tau harus apa, tidak mungkin sekali kembali ke rumah. Walaupun mama sedang pergi ke luar kota, tetap saja bi Imah akan lapor.

Kalo sampe itu terjadi, bisa-bisa dia digantung hari ini juga.

Puk!

"Aww! Apaan sih?" Jennie memegangi kepala kesakitan. Tampaknya seseorang menjahili dia dengan melemparkan kerikil kecil.

"Jimin ya lo ngaku!!"

Gadis itu celingukan mencari si pelaku. Satu orang yang terlintas dalam pikirannya adalah Jimin. Si teman yang super jahil.

"Jimin? Gak lucu deh ya lo."

Tap

Tap

Langkah seseorang berhenti tepat di depan Jennie yang sedang duduk. Gadis itu melotot ketika mendapati seorang lelaki di hadapannya, "Lo!!!!"

Kepalanya sudah bertanduk karna emosi, dan baru saja ia ingin melampiaskan kekesalannya, seseorang itu langsung menarik lengan Jennie.

"Gak usah banyak omong. Ikut gue sekarang."

Jennie meronta-ronta berusaha melepaskan tangan dari lelaki tadi, "Ih lo apaan sih mau culik gue kemana?!"

"Berisik." dengan nada dingin dia membalas.

Di hadapannya kini terdapat benteng yang menjulang tinggi, ya ini adalah bagian belakang sekolah. Tak ada pintu di sini, lantas bagaimana mereka bisa masuk?

Jennie diam ketika lelaki itu menelepon seseorang. Tak lama kemudian setelah dia selesai menelepon, dari arah dalam benteng belakang sekolah itu ada seseorang menyodorkan sebuah tangga.

"GILA! Jadi maksud lo kita masuk ke dalam naik ini gitu?"

Lelaki itu mengangguk dengan cepat

Tak habis pikir bisa-bisanya dia- si lelaki itu- melakukan hal segila ini, padahal yang Jennie tahu dia adalah lelaki pintar, murid teladan, dan suka bergaul dengan si muird populer dari jurusan IPS itu.

"Naik buruan lo dulu."

Jennie memalingkan muka. Tak ingin mengikuti ide gila ini.

"Gak mau!"

"Ya udah sana ke depan gerbang lagi kayak gembel."

Seseorang dari balik benteng itu bersuara, "Woi ilah malah pada debat. Buruan woii!"

Gadis itu sejenak berpikir untuk menentukan pilihan. Jika ia balik lagi percuma tidak akan ada yang mau berbaik hati membukakam pintu gerbang. Jadi... Ide gila ini boleh dicoba sepertinya.

Kutunggu Ke-JOMBLOanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang