•• Tujuh ••

114 16 7
                                    

-Happy Reading-

✨✨✨

-----------

Hanya rasa sepi yang ada ketika Taehyung membuka pintu rumah. Melihat kedua orang tuanya sedang tidak ada di rumah membuat dia merasa senang. Setidaknya dia memiliki waktu istirahat dari perdebatan-perdebatan bersama ayahnya. Dari dulu Taehyung memang sangat dekat dengan ayah, bagi dia sang ayah adalah sosok panutan terbaik. Tapi sayangnya itu hanya berlaku dulu. Sebelum ayahnya berubah menjadi sesosok makhluk pemaksa dan egois seperti sekarang ini.

Hanbin dan June adalah dua orang yang paling berharga bagi Taehyung. Tak ada yang mengerti Taehyung daripada kedua temannya itu. Satu derita satu bahagia. Hanbin, June dan Taehyung ditakdirkan bersama dengan nasib yang hampir sama. Namun walau begitu mereka selalu bisa saling menguatkan, saling membangkitkan. Mereka melalui segalanya bersama.

Baru-baru ini Taehyung bertemu lagi dengan seseorang yang pernah ia lihat tahun lalu di gerbang ketika terlambat. Gadis itu selalu terlihat ceria, selalu mengoceh dan ... sedikit rempong. Setiap melihat dia Taehyung merasa senang karna dia selalu terlihat bahagia, seolah tak pernah ada derita dalam hidupnya.

Jujur saja dia memang belum terlalu dekat dengan perempuan itu. Namun setelah bertemu lagi di malam itu- sewaktu di taman, dia merasa ingin mencoba banyak berbicara.

"Kalo lo butuh pendengar, ada gue di sini." kalimat itu selalu terngiang ngiang di benaknya.

Taehyung bahkan tidak berbicara apa-apa waktu itu, namun dia seolah mengerti apa yang sedang terjadi padanya. Taehyung butuh seseorang yang seperti itu.

Seseorang seperti Jennie.

Handphone yang ia letakan di meja itu berbunyi menandakan ada notifikasi pesan masuk, ia langsung membaca isi pesan tersebut.

Ayah: Beberapa hari lagi persiapkan dirimu.

Taehyung menarik napas dalam-dalam. Hari yang tak diinginkannya sebentar lagi datang. Dari jauh hari ia sudah memikirkan seribu cara agar bisa menolak atau bahkan membatalkan rencana itu, tapi lagi-lagi ia tak ingin menerima resiko besar atas ulahnya nanti.

Tanpa membalas pesan ayahnya, Taehyung langsung menelepon June sang teman.

Calling's JunJun

Taehyung: Jun udah sampe?

June : Udah gue baru sampe ini. Ada apa?

Taehyung: Beberapa hari lagi Jun, gue mesti gimana?

Terdengar helaan nafas di sebarang sana.

June: Gak ada pilihan. Lo harus ikutin apa kata ayah lo Tae.

Taehyung benar-benar ingin mati sekarang juga kalo ia harus begini terus. Hidup dalam keterpaksaan, hidup dalam tekanan batin, hidup tanpa dimengerti bahkan dicintai. Kalau orang tuanya benar menyayangi, mereka tak akan memaksa anaknya untuk hal yang tidak ia suka. Benarkan?

***

Setelah mengetahui siapa yang semalam mengantarkan dia pulang. Jennie memasang senyuman terbaik hari ini untuk Taehyung di sisi lapang dengan masih berbalut baju tidur. Gadis itu memegangi kotak bekal warna biru kesukaannya itu dan sebotol air minum.

Walau sekolah hari ini libur tapi Jennie tahu Taehyung suka main futsal di sini hari ini. Jadi dia memutuskan untuk datang ke sini untuk bertemu dan mengucapkan terimakasih.

Kutunggu Ke-JOMBLOanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang