Aku menyerah

48 18 2
                                    

Kamu adalah singgah yang tak mungkin jadi sungguh
Kamu adalah kemungkinan yang tak bisa jadi kepastian
Kamu adalah wacana yang tak mungkin jadi realita
Kamu adalah dusta yang tak bisa jadi tulus
Kamu adalah cahaya yang kian meredup
Kamu adalah jalan yang kian menjauh
Kamu adalah pintu yang kian menutup

Kita adalah manusia yang selalu menyalakan diri sendiri
Kita adalah makhluk yang selalu mengucap kata bertetangan dengan hati
Kita adalah makhluk yang selalu tersenyum dibalik topeng sepi
Kita adalah manusia yang sama-sama dengar tapi berpura-pura tuli

Mengapa kita begitu gemar menyakiti diri sendiri?
Selalu berdusta demi tetap menjaga damai
Padahal kita sama-sama tau, kita pura-pura
Kita sama-sama tau, sosok sebenarnya dibalik topeng ceria
Sakit, sedih, tangis, hancur, tersembunyi dibalik kamera
Satu dunia taunya kita bahagia
Padahal kita hanya pandai berlakon dan bersandiwara

Bak kaca yang dilempar...
Aku hancur
Kamu kabur
Tidak punya niat untuk menghibur

Bak sepasang sepatu...
Kita berbeda ukuran dan warna
Kebetulan dipertemukan pada pemilik yang sama
Namun kemudian pisah karena kita memang berbeda
Kita terlanjur mengukir kisah
Kita terlanjur mencipta tawa
Wajar jika sakit saat akan pisah

Tiap malam aku membuang air mata
Teruntuk sosok yang tidak tau aku bagaimana
Ia hanya tau bahwa aku bahagia
Tak pernahkah ia melihat manipulasi kamera?
Ketikan jariku selalu tampak ceria
Padahal aku tidak pernah baik-baik saja
Aku tidak pernah baik-baik saja setelah kepergiannya
Ia hilang direbut semesta
Katanya akan kembali mencipta tawa
Namun aku menunggu rasanya sudah terlalu lama
Aku menyerah...


Antologi PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang