Make It Secret, Stupith!

133 9 0
                                    

Kenapa sih harga-harga di Bibliotheque tuh selangit? Atau lebih tepatnya, kok bisa ya segelas air mineral jadi seharga Rp 12.800 kalau ditaruh disana?

Mungkin ada lima jawaban menurutku. Pertama, lokasi Bibliotheque yang emang strategis abis di Sampoerna Strategic? Buat anak-anak ABG, Lexa berani jamin pasti pada udah pernah hanging out ke kawasan high class itu. Iya, kan?

Kedua, mau makan di luar ruang dengan hujan lampu bintang plus sapuan angin malam? Ting-tong! Di sini tempatnya! Itu keunikan yang ngga akan bisa kamu temukan di kafe lain. Lagi pula, desain interior dan eksteriornya memang keren abis! Semua furnitur berwarna inti merah marun, yang notabene merupakan warna favoritku.

Lanjut ke yang ke tiga, karena bahan mentah makanannya diimpor langsung dari negara yang bersangkutan, yang ini katanya sih. Terus yang keempat, karena ada fantastic live performance gitu di tiap malam. Fantastik? Ya keren-keren gitu maksudnya! Lalu, yang terakhir atau kelima, hmmm... mungkin karena ada aku kalau yang datang! Hehehe... busyeeeng, ngga nyambung banget, ya? Jadi intinya, air mineral pun haram hukumnya kalau ngga diabisin, apalagi di Bibliotheque! Rugi braatz!

"Mamamu lih yang ngajak..."

Bukan sulap bukan sihir, aku lagi duduk di sofa empuk Bibliotheque malam ini. Dan itu tadi jawaban Papa begitu aku tanya.

"Tumben banget Mama-Papa ngajak Alexa kesini?"

Aneh memang, tapi kebetulan aku juga udah lama ngga makan spaghetti khas Bibliotheque plus yoghurt yang bisa bikin otak kinclong dan...

"Tapi kamu ngga buat masalah lagi kan di sekolah?"

Uups, pertanyaan Mama bikin sekejap ada DEG di jantung dan JLEB di dadaku. Kunyahan spaghetti yang lagi lezat-lezatnya di mulut langsung terasa hambar. Aku menelannya paksa.

'Ooowwww bagus, pertanyaan Mama ngebuktiin kalo dia emang belum tahu masalah skors itu dan ini berarti, dia... NGGA BOLEH TAHU!!!' batin ku.

"Alexa? Kok kamu diam?"

"E-e-eh..." Aku malah jadi gelagapan. Gawat! Aku buru-buru cari alasan sekenanya. "Ng...A-Alexa lagi mikirin ini, Ma. Be-besok kan ada ulangan sosiologi, tapi Alexa baru belajar setengahnya aja... Alexa takut ngga bisa aja besok."

Mulut Mama jadi meng-o sambil meneguk ice lemon tea-nya. 'Good! Kelihatannya Mama ngga curiga. Dia malah geleng-geleng bangga! Fiuuuh.. untung-untung.. gue mesti jaga rahasia ini rapat-rapat! Gue ngga mau merusak hari-hari gue di Bintang Kejora. Gue mesti bisa...

   DAPH!!!

Mendadak ada tangan yang memegang pundak gue dari belakang? Siapa tuh? Gue ngga merasa punya janji sama siapa-siapa deh di sini.

   Aku setengah berbalik dan...

   'BENNYYY?!!!'

   DEG di jantungku sekejap berkembang biak seratus kali lipat!

   'Plis deh, ngapain si cowok lembek binti nyebelin itu ke sini juga?!'

Di belakang cowok berkemeja distro kotak-kotak itu berdiri dua pengikut setianya yang kompak berkaus ijo, Zen dan Ron. Lengkaplah si trio nyebelin.

"Tuhaaaan!!! Kenapa sih nasib sial selalu duduk di samping gue?! Gue mesti cepat-cepat cari akal sebelum dia cerita masalah skors ke Mama!"

"Hai Lex, besok pagi lo udah ada rencana belom mau ke mana? Eh, ada Om dan Tante juga. Malam Om, malam Tante," sapa Benny sok ramah sambil menunduk kecil.

Rencananya udah dimulai. Sial! Dia pura-pura bego! Pura-pura baik! Dasar sialan!!! Dia kira gue tolol?! Gue buru-buru jalanin rencana gue sebelum reaksi Mama-Papa melebihi sekedar menengok bingung. Ini nih, Benny!!!

"Hai, Sam!" sapaku sok gembira riang dengan hati yang cerah.

"Oh ya, kebetulan ketemu lo di sini! Gue mau kasih lihat lo sesuatu nih! Ayo ikut gue! Ini rahasia banget!"

"Sam?" Benny kebingungan sendiri. "Nama gue kan..."

Tapi, sebodo amat, aku langsung aja narik paksa tangannya!!! Kan kalo ngga ada ketuanya, dua pesuruhnya, alias Zen dan Ron, juga pasti cuma bisa diam!

                                   *****

"Satu peringatan buat lo. Sekali lagi lo berani dateng ke meja gue dan ngomong macam-macam ke Bonyok gue, gue bakal bilang ke Bu Dyah biar skors lo di perpanjang!" ancamku ketus. "Ngerti lo?!"

Kubuang genggaman tangan kirinya di pojok kanan kafe.

'Kebetulan , di sini sepi, jadi gue mau nendang, nonjok, atau bikin kapok si cowok berengsek itu... yah terserah gue! So what?!'

"DENGER NGGA LO APA KATA GUE?!"

Herannya, si Benny malah jadi ketawa najis mendengar bentakanku.

"Lexa-Lexa... lo itu goblok apa emang ngga bisa mikir sih?! Jangan mikir pake dengkul dong! Lo mau ngadu ke Bu Dyah? Boleh banget! Toh, meski hukuman gue diperpanjang, gue cuma bakal diskors kok Nah,lo? Bila Bonyok lo tahu masalah berantem tadi pagi, kan lo bakal..."

"Tutup mulut lo!!!" Aku mendengus kesal. Kutatap mata dan senyum yang teramat sangat belagu itu.

"Tuhan... Masa gue mesti bertekuk lutut sih sama cowo kayak gini?! Nyerah, ngga, nyerah, ngga, nyerah, ngga, dan... nyerah? NGGA!!! Gue ngga mau dia menang! Tapi... tapi kalo ngga, Mama-Papa bisa tahu semuanya... dan gu-gue... gue bisa... ah. Apa emang harus yang ini jadi pilihan terakhir gue?! Pikir ku.

"Oke, kali ini lo yang menang." Kubuang napasku panjang dengan dongkol. "Sekarang apa mau lo?"

'Tuh, kan! Udah gue duga kalau cengiran Benny pasti bakal makin menjadi-jadi begitu tahu gue ngibarin bendera putih. Gayanya makin tengil! Argh!'

"Hmmm... gue cuma mau lo bayarin acara makan gue malam ini. That's it. Gampang kan?"

"APAAAA???!" Gila aja! Ngebayarin dia di Bibliotheque? Sama aja puasa tujuh turunan gue?!?!

"Kalo lo ngga mau sih, ngga apa-apa. Gue ngga maksa kok. Tapi, lo mesti tahu akibatnya kalo gue ke meja lo sekarang. Pertama, rahasia lo bakal kebongkar. Kedua, Bonyok lo bakal marah besar. Dan ketiga, ngga dimungkiri lagi kalo lo bakal di..."

"FINE-FINE-FINE!!!"

@$^&^%$*&^%^&^&*$!!!

                                     *****

Fight For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang