Seven

128 9 0
                                    

Flashback on.

Rain Angelica. Nama itu dibuat oleh orang tuanya. Rain adalah hujan dan Angelica diambil dari kata Angel yang artinya malaikat. Malaikat hujan, itulah namanya.

Ayahnya suka hujan. Ibunya pun sama. Ayah dan Ibu Rain bertemu saat hujan. Keduanya bilang bahwa suara gemericik hujan membuat mereka tenang. Damai. Saat hujan di luar mereka bisa menghirup aromanya. Melihat tanaman yang tertimpa air dari langit menjadi terlihat hidup, seolah tanaman-tanaman tersenyum saat adanya hujan.

Rain lahir pada saat turun hujan. Pertandakan berkah. Rain senang saat usia remaja orang tuanya mengatakan Rain benar-benar berkah dari Tuhan untuk keluarga kecilnya. Orang tua Rain memiliki toko kue kecil di kota Glendale. Setelah lahirnya Rain bisnis toko kue itu semakin baik, semakin maju. Hingga akhirnya mereka pindah ke New York saat Rain sekolah menengah atas. Orang tuanya berpikir mungkin saat mereka pindah ke New York, membuka toko di sana akan lebih memperluas jangkauan pemasarannya. Nyatanya sulit. Mereka harus memulai dari pertama.

Pada bulan kedua mereka tinggal di New York kedua orang tua Rain pergi ke Glendale untuk mengambil bahan kebutuhan toko kue mereka pada langganan. Naas mereka tidak sampai dengan selamat. Saat Orang tua Rain berada di taxi yang mereka naiki mengalami kecelakaan. Kecelakaan itu terjadi saat orang tua Rain melakukan perjalan dari Bandara yang ada di Glendale ke tempat tujuan, kejadiannya malam hari dan saat hujan lebat .Taxi yang mereka naiki bertabrakan dengan sebuah pembatas jalan besar, kecelakaan diduga bisa terjadi karena supir yang mengendara dalam keadaan mabuk.

Mobil taxi tersebut mengalami kerusakan parah. Hancur. Bagian depan mobil hancur parah, hingga mengeluarkan asap. Semua yang ada di dalam mobil tewas tidak terselamatkan. Sang supir tewas di tempat kejadian karena kepalanya terbentur dengan keras pada dashboar mobil dan pecahan kaca depan yang mengenai langsung kewajahnya. Sedangkan kedua orang tua Rain meninggal saat sedang dibawa menuju rumah sakit terdekat oleh orang sekitar. Luka mereka juga tak kalah jauh lebih parah dari supir. Mobil taxi itu berputar tergelincir beberapa kali karena jalanan sedang licin.

Malam hari yang dingin di tengah guyuran hujan lebat. Rain mendapat kabar dari pihak rumah sakit bahwa kedua orang tuanya meninggal. Terkejut, sedih, takut, hancur. Semua ia rasakan menjadi satu.

Rain melihat anak berusia sembilan tahun. Sunny adiknya yang sedang tertidur pulas. Wajah Rain menatap sang adik dengan datar. Ia bingung harus mengekspresikan bagaimana.

Terkejut, sedih, takut, dan hancur.

Rain memejamkan mata. Tubuhnya merosot ke lantai, tiba-tiba kedua kakinya lemas, tidak kuat menahan tubuhnya sendiri. Setetes demi setetes air mata keluar dari matanya. Membasahi wajah. Dibalik namanya ada keterpurukan yang ia rasa. Hujan membuat orang tuanya lebih baik, dan hujan juga membuat orang tuanya pergi.

Sunny terbangun dari tidurnya, karena mendengar isakan tangis sang kakak yang ada tak jauh dari tempat tidurnya. Sunny bertanya kenapa Rain menangis. Mau tidak mau Rain memberi tahu kabar buruk itu pada Sunny. Dia ikut menangis, Sunny langsung menghampiri Rain yang masih terperosot dilantai. Sunny memeluk Rain. Mereka sama-sama menumpahkan banyak air mata malam itu. Tak kalah dengan derasnya hujan yang sedang turun diluar.

Sejak saat itu Rain benci hujan. Namanya sendiri.

***

Setelah seminggu berlalu dari kejadian itu, tentu Rain dan Sunny masih berduka. Pemakaman kedua orang tuanya dilakukan di Glendale. Rain dan Sunny hadir diantar oleh tetangga di New York mereka yang cukup baik.

Rain dan Sunny kembali ke New York. Mereka tidak mungkin bergantung pada tetangganya. Mereka masih harus melanjutkan sekolah.

Setelah sebulan berlalu dari kejadian itu, tentu Rain dan Sunny masih berduka. Tapi tetap saja mereka harus kembali ke aktivitas normal. Mereka yang terbilang masih belia, sungguh bingung harus melanjutkan hidup bagaimana. Toko kue milik orang tuanya Rain jual untuk memenuhi kebutuhan hidup sementara. Hanya sementara. Karena terbilang biaya hidup di ibu kota yang sangat tidak murah. Ada tabungan milik orang tuanya namun Rain simpan untuk pendidikan sang adik saja.

***

Saat pulang sekolah Rain sengaja tidak langsung pulang. Rain berjalan entah kemana. Rasanya sudah kehilangan selera untuk apapun. Uang hasil jual toko kue sudah mulai habis. Ia bingung harus bagaimana. Ingin bekerja cukup sulit. Rain sudah mencoba bekerja paruh waktu disana sini, tapi hasilnya tidak seberapa.

Rain menyebrang jalan tanpa memperhatikan rambu pejalan kaki yang masih merah. Pikirannya masih kosong. Hampir saja ia kehilangan nyawa jika salah satu pengendara mobil tidak berhenti tepat di depan Rain. Pengendara itu keluar dari mobilnya dan marah-marah pada Rain. Lalu membawa Rain masuk kedalam mobilnya menuju kantor polisi. Apa yang dilakukan Rain adalah pelanggaran. Pengendara wanita itu masih marah-marah sambil melajukan mobilnya. Rain tak berkata apapun. Ekspresinya datar, wajahnya pucat pasi.

Saat sudah sampai di parkiran kantor kepolisian. Mereka tidak langsung turun. Wanita itu masih terus marah-marah pada Rain. "Hey, apa kau gila? Kalau mau bunuh diri jangan di jalan raya, berdiri saja sana di rel kereta, atau lompat dari gedung tinggi."

"Saran yang bagus," ucap Rain. Akhirnya ia bersuara.

"Kau benar-benar gila hah?!"

Rain tidak mengubris. Ponselnya yang ada di saku bergetar. Ada dua pesan masuk. Rain membacanya. Yang pertama pemberitahuan bahwa minggu depan adalah acara kelulusan sekolahnya. Dan pesan satunya adalah pemberitahuan bahwa Rain mendapatkan full-beasiswa studi S1 ke Negeri Gingseng. Pada pesan tersebut tertera Rain di beri waktu dua hari untuk pengkonfirmasian penerimaannya.

Rain berpikir sebentar. Ia bahkan lupa pernah mengikuti ujian beasiswa tersebut sebelum orang tuanya meninggal. Rain langsung mengetikkan bahwa ia menolak beasiswa itu tanpa pikir panjang.

Terkirim. Emailnya sudah terkirim, bahwa Rain menolak beasiswa itu.

"Kau benar-benar gila?" ujar pengendara wanita yang ada di sebelah Rain ini. Wanita itu melihat pesan-pesan yang ada di ponsel Rain. Ia juga melihat Rain menolak beasiswa.

Rain menatap wanita itu datar. "Memangnya kenapa?"

"Kau pikir itu main-main? Diluar sana banyak orang yang menginginkan beasiswa itu, sainganmu bahkan sedunia." Ujar wanita itu dengan nada tinggi.

"Kalau aku menerimanya, lalu adikku tinggal dengan siapa?" ucap Rain tanpa ekspresi.

Wanita di hadapan Rain menggerutkan dahinya.

Rain tanpa sadar menceritakan semua apa yang terjadi. Dari ia kehilangan kedua orang tuanya, sudah tidak punya anggota keluarga lain selain sang adik, ia juga bercerita sedang mengalami krisis keuangannya. Dan tanpa sadar Rain bercerita sambil mengeluarkan air mata.

"Kau memiliki beban berat untuk ukuran seorang anak remaja." Ujar Wanita itu berkaca-kaca.

"Siapa namamu?" tanya wanita pengendara itu.

"Rain Angelica." Jawab Rain tersedu berusaha menghapus air matanya.

"Aku Jeslyn Valerie, aku akan membantumu. Rain."

Flashback off.





























-Bersambung-

awhile |Namjoon| ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang