Bell jam istirahat pun berbunyi, aku menunggu Gandhi yang tak kunjung keluar, aku sih sudah yakin ini anak pasti bakalan berlama-lama di dalam kelas, karena seharusnya Gandhi menyusulku keluar, karena semua jawaban sudah aku berikan padanya. Sudah kuduga, dia sengaja karena guru Favorit nya yang bau minyak senyongnyong itu. -_-
Karena Gandhi tidak kunjung keluar, aku pun berjalan menuju kekantin, tetapi aku merasa pundakku berat sebelah, apa? Tunggu siapa yang di sampingku? Aku menoleh lalu kudapati Willyam tengah berjalan di sampingku dan lengannya di letakkannya di pundakku.
"Heh, ni pundak masih ada yang punya. Sopanan sedikit kenapa?" seruku pada Willyam.
"Kalau marah makin cakep aja loe, yuk ah babangmu ini lafar..." sahutnya dengan santai dan menyeretku ke kantin.
Semua orang melihat kami berdua aneh mungkin, tetapi tidak buat gadis yang bernama Laras. Laras adalah gadis tomboy yang suka histeris kalau lihat cowok dan cowok gandengan dan selalu ia kaitkan dan selalu ingin melihat mereka pacaran. Dia menghampiri kami di kantin dan makan satu meja.
"Kyaaaaaaa.... Duh seneng deh lihat kalian akur begini. Gue gabung ya, bosen tau gak ada temen gue," ujar Laras.
"Heh suruh siapa loe duduk disini? Ganggu aja," sahut Willyam kesal.
"Elah, galak amat bang. Oh iya, Ovan, gue duduk sini boleh ya." Rengek laras padaku.
Aku mengangguk, aku lihat wajah kesal Willyam. Aku ingin tertawa tapi takut dosa. Kami pun menyantap makan siang kami di kantin langganan kami, kantin Ibu Sri. Jam istirahat sebentar lagi usai, karena kesal aku cuekin Willyam pun pergi meninggalkan kantin, aku dan Laras. Laras tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Willyam, aku pun jadi ikut tertawa saat melihat Laras tertawa sambil menirukan ekspresi Willyam. Bell masuk kelaspun berbunyi, yang aku herankan Gandhi tidak datang ke kantin. Pikiranku jadi melayang kemana-mana, lalu Laras mengagetkanku dan membuyarkan pikiranku.
"Woi, ngelamun. Kesamber setan loe entar. Gih sono masuk kelas, udah mau mulai pelajaran. Oh iya, nanti pulang sekolah gue kekosan loe ya, gue bosen nih.." ujar Laras.
"Oke, datang aja. Bawa cemilan tapi ya. Di kos dah pada abis." sahutku.
"Beres, bye..." seru Laras sambil melambaikan tangan padaku.
Aku pun mengangguk, lalu aku pergi menuju ke keles, tetapi aku kebelet pipis, dan saat aku mau masuk ke toilet, aku mendengar suara-suara yang aneh dan sedikit membuat pikiranku mesum, dan ternyata benar saja. Aku melihat Gandhi dan pak Andhi tengah pa pa pa pa di toilet kosong dan sudah tak di pakai. Takut ketahuan, aku pun buru-buru lari keluar dan menuju kelas. Saat tengah buru-buru aku menabrak Willyam.
"Kenapa? Jalan gak pakai mata. Kok muka loe merah? Loe sakit? Demam?" ujar Willyam sambil menyentuh dahiku.
"Enggak kok kak, ya udah maaf, gue kekelas dulu. Kakak buruan sana kekelas, nanti di hukum lagi." ujar Ku.
"Loe khawatirin gue? Makasih, ya udah babang keceh ke kelas dulu." ujarnya padaku lagi.
"Bbbuuuuueeeeeek, loe jadi orang kepedean amat. Jiyjiyk gue." ujar ku pada Willyam.
Willyam hanya tersenyum, mungkin bagi sebagian orang Willyam cowok terkeren di sekolahku, senyum manis dan lensung pipinya menambah ketampanannya. Tapi buatku tidak, dia hanya sebatas cowok gesrek yang suka gangguin gue. Kadang jahat, kadang baik, sifatnya membuatku ambigu. Aku sudah berada di kelas, lalu saat Gandhi masuk kedalam kelas, aku melihat ia tampak senyam senyum senang. Gue yang keheranan langsung menanyakannya.
"Loe kenapa sih? Dari tadi senyam senyum aja." tanyaku pada Gandhi.
"Duh Ovan sayang, nanti gue traktir loe ya makan, gue lagi seneng banget." sahutnya sambil mencubit pipiku dengan gemasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BL- ME...!!!
RandomMe adalah judul novel terbaru aku. "Aku sudah bilang padamu, kalau kau mau keluar bawa bodyguard yang aku sediakan untuk menjagamu. Atau menungguku datang dan pergi bersamaku." ujar Glen kepadaku saat itu. "Aku bosan di rumah, jadi aku memutuskan...