Bab 6

4.4K 350 42
                                    

Setelah Raihan pergi aku hanya terheran-heran kenapa dia selalu menyebut hutang padaku. Emangnya dia siapa? Aku kenal saja tidak, huh menyebelkan. Kali ini aku pulang sekolah sendirian, Gandhi ada janji ketemuan dengan bang Frans. Semenjak kepergian koko Lee, kami lost contcat dan gak ada  menghubungiku lagi. Aku sih sudah menduga mungkin dia lupa sama aku, taoi ya sudahlah apa boleh buat.

Hari ini aku berjalan kaki, tiba-tiba aku bertemu sama orang yang mengikutiku dan Gandhi di Mall, aku berputar arah, tetapi dia memanggilku. "Dek, tunggu."

Orang itu menghampiriku dan aku pun berhenti. "Ada apa bang?"

"Gak usah takut, saya photographer yang tempo hari. Abang melihat photomu tanpa dengaja di salah satu photo abang. Dan abang lihat kamu punya bakat. Ini kartu nama abang, kebetulan abang butuh model buat pameran photo. Mudah-mudahan kamu mau. Oh iya nama abang Sadewa." seru bang Dewa padaku.

Aku mengambil kartu nama itu, lalu bang Dewa pergi. Aku membolak balikan kartu nama itu, lalu aku pun langsung pergi kestidio miliknyan. Ternyata studionya tidak jauh dari tempat kami bertemu, lalu bang dewa pun langsung menemuiku. Dia menjelaskan banyak hal, kemudian ia menerangkan sesi photo yang harus aku lakukan.

"Ovan, photo kali ini saya mengangkat tema The Rimba. Kamu akan berphoto dengan salah satu hewan. Beberapa model sudah berphoto, dan kurang satu. Karena tidak ada yang berani photo dengan macan." ujar Mas Sadewa.

"Ya elah mas, terang aja ga ada yang berani. Tapi boleh deh saya mau," ujarku.

Hari itu juga kami melakukan sesi photo itu, tidak di sangka mas Sadewa suka bekerja sama denganku. Pemotretan pun selesai, mas Sadewa sangat puas. Kemudian sampailah pada hari dimana pameran photo itu berlangsung. Aku tidak menyangka banyak yang suka dengan photoku. Banyak yang bertanya-tanya dengan mas Sadewa, salah satunya designer kenamaan di kotaku. Kemudian mas Sadewa menelponku dan memberi kabar baik itu padaku, mas Sadewa memintaku untuk datang ke studio besok saat pameran usai.

Ke esokan harinya sepulang sekolah aku langsug pergi ke studio. Gandhi tidak bersamaku hari ini, dan beruntungnya aku tidak ketemu si penagih hutang yang gak jelas itu. Aku pun sampai di studio Mas Sadewa.

"Siang mas, kemarin manggil Ovan kesini kenapa ya?" ujarku pada mas Dewa.

"Begini Van, ini ada designer yang mau pakai jasa kamu sebagai model, bayarannya lumayan satu kali Show dan pemotretan." ujar Mas Dewa.

"Boleh mas, kapan?" ujarku senang.

"Hari ini, kita pemotretan dulu. Kebetulan orangnya baru aja datang." ujar mas Dewa.

Aku mengangguk, aku mulai duduk manis di meja rias untuk make up. Setelah make up aku ganti baju dan mulai pemotretan baju pertam, kedua, dan ketiga. Client ku puas bahkan ia mengontrak ku sebagai model Show nya nanti. Photoku pun mulai terpampang dimana-mana. Di depan Boutique designer itu sebesar-besarnya, di bilboard pinggir jalan bahkan Mall. Bahkan menjadi cover majalah fashion setempat. Fashion show pun di gelar di sebuah hotel termewah di kota ku saat itu, aku tidak menyangka Gandhi menjadi tamu Vip dan duduk di bangku depan, Gandhi tidak tau kalau aku jadi Model. Gak cuman Gandhi yang hadir saat itu tetapi ada juga si penagih Hutang, Raihan. Raihan datang dengan wanita paruh baya, mungkin ibunya atau dia simpanan tante? I dont know...

Saat Show di mulai aku tampil pertama dan membuka Fashion Show itu. Blits kamera membuat mataku silau tetapi aku tetap profesional, Aku melihat ekspresi Gandhi dan Raihan sekilas, Gandhi langsung merekam ku di ponselnya. Saat aku kembali ke belakang panggung dan ganti baju, Gandhi mengirimiku pesan. Tetapi pesan itu tidak sempat aku balas, karena tidak semoat memegang ponsel.

Saat itu aku tampil satu panggung dengan model dari ibu kota, rasanya senang sekali. Setelah Show selesai aku membuka ponselku dan melihat pesan dari Gandhi.

BL- ME...!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang