Bab 9

3.5K 254 20
                                    

Hari sudah sore, aku dan Frengky kembali ke kost. Setelah mengantarkanku kembali ke kost Frengky kembali kerumahnya. Lagi-lagi aku kesepian karena Gandhi belum pulang pergi dengan bang Frans. Kemudian tiba-tiba pintu kost di ketuk oleh seseorang, saat aku membuka pintu Frengky kembali.

"...."

"Aku tau kamu kesepian, makanya aku kembali lagi dan tidak jadi pulang. Mulai dari sekarang kamu tidak akan kesepian lagi, aku akan tinggal disini bersamamu." ujar Frengky.

"Huh? Tapi bagaimana dengan om dan tante?" tanyaku.

"Suamimu ini sudah minta ijin dengan mertuamu sayang. Mereka mengijinkan kok,  " ujar Frengky.

Aku hanya tersenyum, lalu kami pun masuk kedalam rumah. Aku menyusun barang-barangnya di kamarku, lalu aku pergi menyiapkan makanan untuk kami makan malam. Sejak saat itu Frengky tinggal bersamaku di Kost, yang kami herankan adalah Gandhi tidak pulang atau bahkan tidak masuk ke sekolah sudah hampir tiga bulan ini. Aku sudah menelpon berkali-kali tapi tidak ada jawaban, aku hanya berharap bahwa Gandhi baik-baik saja. Ke esokan harinya aku dan Frengky berangkat ke sekolah. Saat aku membuka ponselku dan aku mendapat pesan dari Gandhi.

"Nouvan maafin gue, gue lama tidak memberi kabar ke Loe. Gue dan bang Frans sedang di luar negeri, mungkin gue tidak akan kembali ke Indonesia lagi, loe jaga diri loe baik-baik ya."

"Loe juga jaga diri baik-baik Ya Gandhi..." balas chatku dengan Gandhi.

Tidak ada balasan lagi, Frengky menyadari kesedihanku, ia menghentikan mobil lalu berbicara padaku. "Kenapa kamu sedih? Apa aku berbuat salah padamu?"

"Gak kok, koko Frengky gak salah. Aku cuman sedih Gandhi gak tinggal bersamaku lagi dan gak sekolah di tempat kita lagi. Dia sekarang di luar negeri bersama Boyfriend nya..." sahutku.

"Dia sudah bahagia bersama pacarnya, dan kamu akan bahagia bersamaku." ujar Frengky sambil menjalankan mobilnya kembali.

Aku hanya tersenyum, aku sendiri bahkan tidak tahu sampai kapan aku bersama Frengky. Bisa saja selesai sekolah aku dan Frengky terpisah, hal itu yang selalu membuatku takut. Kami pun sampai di sekolah, jujur saja ini adalah tahun-tahun terberat buatku dan Frengky sebanarnya, kami sekarang sedang ujian akhir sekolah. Kami pun akhirnya sampai pada titik dimana kami merayakan kelulusan, aku lulus dengan nilai yang memuaskan, begitupun dengan Frengky. Aku sudah memutuskan untuk melanjutkan kuliahku atau tidak, tetapi orang tuaku sudah menyuruhku untuk ikut mereka pindah kekota lain. Di kampung orang tuaku mencoba merantau ke kota lain, dan sekarang mereka sudah menetap di kota itu. Setelah lulus SMA Frengky kembali kerumahnya, hari ini ia mengajakku untuk bertemu, nada suaranya terdengar sedih. Kami pun bertemu, ia datang ke kost ku.

"Sayang, aku minta maaf sama kamu. Jujur aku gak mau kita berpisah, tapi ayah dan ibuku memintaku untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Aku..." ujar Frengky.

Aku tersenyum dan berusaha menyemangatinya. "Tidak apa-apa, ikuti saja apa mau kedua orang tua koko, aku akan selalu mendoakan buat kesuksesan koko."

"Baiklah jika itu maumu, tapi berjanjilah satu hal padaku." ujar Frengky.

"Apa itu?" tanyaku.

"Jika suatu saat nanti kita bertemu lagi, masih mau kah kamu menerimaku lagi? Aku juga tidak tahu seperti apa kita di masa depan, tapi aku berharap kita masih bisa bertemu." ujar Koko Frengky.

"Aku janji...." sahutku.

Kami berpelukan, Frengky memelukku erat sekali. Aku pun mengantarkannya ke bandara, aku tersenyum padanya tetapi tersirat kesedihan di wajahnya. Frengky sudah pergi, kini giliranku meninggalkan kota dengan sejuta kenangan itu. Sejak saat itu juga aku tidak pernah berhubungan atau bertelponan bahkan chat pun tidak pernah. Frengky benar-benar menghilang bagaikan di telan bumi. Aku sampai di kost ku, lalu aku mengembalikan kunci kost kepada mama kak Raihan. Raihan melihatku, aku pun berpamitan dengannya. Aku pun melangkah pergi menuju ke terminal bus, aku melihat kembali kebelakang, tersirat senyuman Gandhi padaku, koko Lee, Willyam, Raihan, dan Koko Frengky.
Aku tersenyum sendiri, lalu aku pun pergi meninggalkan kota itu. Kota dimana aku pertama kali terjun kedunia maho, aku hanya menyimpannya sebagai kenangan masa lalu, aku bahkan tidak tahu akan jadi apa kedepannya.

Satu tahun kemudian....

Aku sekarang sudah tinggal dan pindah bersama kedua orang tuaku, nenek, dan tanteku. Tanteku usianya hanya terpaut dua tahun saja denganku, aku dengannya terlihat seperti kakak dan adik. Kemana-mana selalu berdua, sehingga orang-orang berpikir kalau kami kakak beradik, padahal kami sebatas ponakan dan tante atau kalau orang jawa bilang bibik...

Di kota dimana aku tinggal sekarang ini aku tidak pernah bertemu atau bahkan pacaran dengan siapapun. Dan aku pun tidak melanjutkan kuliah, aku langsung mendapatkan pekerjaan tetapi bukan di kota tempat ku tinggal, melainkan keluar kota. Mau tidak mau aku harus merantau dan jauh dari orang tuaku, aku juga sudah minta ijin dengan orang tuaku mereka pun mengijinkan. Aku pun berangkat, sebut saja kota itu kota Jambi. Dan kota aku tinggal sebut saja Pekanbaru. Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, akhirnya aku sampai di kota Jambi, disana aku bekerja sebagai Consultant marketing di sebuah perusahaan pertambangan. Kami pun di sediakan tempat tinggal gratis untuk karyawan, kebetulan aku mendapatkan tim yang baik dan bocor alus alias koplak.

Tepat tengah malam  aku sampai di Muara Bungo Jambi, di Mess aku pun bertemu dengan ketua yang ada disana, pria dan wanita campur ada sekitar sepuluh orang termasuk aku disana. Hanya kamar saja yang di pisahkan, begitu sampai aku pun langsung beristirahat. Pagi harinya kami bersiap-siapa untuk berangkat kerja. Semua ramah dan baik padaku. Tiga bulan sudah aku di Muara Bungo, tidak ada yang spesial disana. Hanya teman dan rekan kerja yang membuat hari-hari tidak sepi. Tepat enam bulan aku pun di pindahkan ke Palembang, aku pun tidak bertemu dengan siapapun, aku masih menutup diri dan hanya fokus pada pekerjaan. Enam bulan sudah aku pun kembali ke Pekanbaru, di Pekanbaru aku juga masih tidak memiliki pasangan.

Bertahun-tahun aku lalui tanpa pasangan, tetapi aku juga sempat kenal dengan seorang wanita bahkan menjalin hubungan selama dua tahun. Kami putus karena selalu beda pendapat. Lalu pada akhirnya aku pun mendapat pekerjaan dan harus training di Jakarta. Aku berpamitan dengan kedua orang tuaku, lalu aku berangkat ke Jakarta. Ayahku yang mengantarkanku kebandara, aku pun berpamitan dengan ayah. Sekarang aku pun tiba di Jakarta dan di jemput oleh Managerku.

"Haiiii nak, Welcome to the junggle..." ujar managerku yang bernama Kiki.

"Ya Allah ibu makin cantik aja, hmmm..." sahutku.

"Makasih Ovan, ya udah ayok kita cuss.." ujar Bu Kiki padaku.

Sebenarnya aku bertemu ibu Kiki waktu di Pekanbaru, saat itu dia sedang mencari talent atau karyawan untuk cabang Pekanbaru. Di Pekanbaru sendiri sudah ada Manager yang mentraining anak-anak lain, sementara aku harus training ke jakarta. Aku pun sampai di sebuah Mall yang besar banget, lalu bu Kiki pun memperkenalkan aku dengan tim yang akan bekerja denganku. Lalu aku berkenalan dengan timku.

"Halo, saya Naovan..." ujarku.

"Halo juga cakep, aku Ega... Leadernya kamuh... Uh lala..." ujar Kak Ega, hmm kak Ega ini orangnya gendut tapi dia super duper pede banget.

"Halo, saya Taufan, Distric Manager kamu..." sahut Pak Taufan.

"Hai, saya Mayang... Managernya kamu nanti. Semoga betah ya Ovan..." ujar bu Mayang.

"Aamiin, semoga... Tapi ngomong-ngomong nanti kita di mana ya pamerannya?" tanyaku.

"Wah Ovan udah gak sabaran kayaknya nih, kita nanti Pamerannya di PIK ya Van..." ujar Bu Mayang.

"Oh Pantai Indah Kapuk ya, baiklah." ujarku lagi.

Kami pun bersiap-siap untuk menuju kepameran. Aku bahkan sudah mendapatkan kost untuk aku tinggal, jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat kerjaku di PIK...






Bersambung....




Hai maafkan aku ya kalau ceritanya agak gaje... Wkwkwkkw

BL- ME...!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang