Bab 5

5.5K 400 20
                                    

Koko Lee bangun lebih dulu hari ini, sementara aku masih tidur. Koko Lee mencium mataku, hidungku, bahkan bibirku. Aku terbangun, lalu melihat senyumnya yang mengembang. "Selamat pagi, bagaimana tidurmu?"

"Pagi, koko kenapa udah bangun?" ujarku.

"Mau bangun duluan sambil melihat wajah milikku yang cakep ini," ujar Ko Lee.

"....."

Aku hanya diam, sementara koko Lee tersenyum manis sekali membuatku ingin pingsan. Lalu ia menarikku bangun dan mengajakku berendam di bethup. Aku duduk di depannya dan bersandar di dadanya, kami bercerita banyak hal, mulai dari masalah pribadi hingga semua nya. Koko Lee sebenarnya tinggal di kota tempat ku tinggal sendirian, di usianya yang masih muda, ia mengurus semua bisnis keluarganya di kota itu. Sementara Ayah dan ibunya berada di Australia. Sudah empat hari setelah Gandhi menjualku pada Koko Lee, ia tidak pulang ke kost dan tidak masuk sekolah. Hari ini Gandhi kembali, karena penasaran aku pun menanyakan hal itu padanya.

"Loe dari mana aja? Empat hari kagak pulang, trus juga gak masuk sekolah." ujarku pada Gandhi.

"Kangen loe ya?" ujar Gandhi.

"Anak setan, heh gue serius. Guru dan kepala sekolah pada nanyain ke gue. Loe ah." ujar Ku sambil ngomel.

Gandhi hanya tertawa melihatku marah-marah seperti emaknya itu. Lalu Gandhi memberiku coklat, dia tau betul kalau aku suka coklat. Akhirnya dia pun menceritakan kemana ia pergi selama empat hari itu. "Sebernya gue habis dari Singapore sama bang Frans, oh iya bagaimana dengan koko Lee?"

"Oh kirain kemana, ya paling enggak loe kabarin gue, biar gue punya jawaban kalau di tanya guru. Soal koko Lee gak gimana-gimana kok, orangnya baik dan..." sahutku pada Gandhi.

"Kyaaaaaaa, loe jadian sama dia kan? Iya kan? Udah mau aja, dia kaya banget loh," ujar Gandhi.

Aku hanya tersenyum melihat Gandhi kegirangan gitu. Lalu tiba-tiba dia teringat Willyam. "Gue lupa, Willyam suka sama Loe. Gimana perasaan Willyam ya kalau tau loe sudah ada yang punya? Tapi masa bodoh ah, ahhaha."

"Loe tau dari mana Willyam suka ma gue? Lagian gue habis mergokin dia tadi siang di sekolah." ujar Ku pada Gandhi.

Gandhi tiba-tiba bangkit dan menyemburkan minumannya ke arahku, udah kayak dukun aja. "Loe pikir gue kesurupan pakai nyemburin air segala."

"Gue kaget, loe mergokin apaan?" tanyanya penasaran.

Aku pun menceritakan kepada Gandhi perihal apa yang aku maksud, bahwasanya aku memergoki Kak Willyam bersama temannya sedang melakukan itu di toilet kosong. "Kemarin saat gue mau ke toilet, gue mendengar suara aneh gitu, saat gue lihat di dalam toilet kosong yang juga jadi gudang sekarang itu, kak Willyam dan kak Fernando sedang uhuk uhuk, maksud gue sama sperti yang loe lakukan sama pak Andhi tempohari di tempat yang sama."

Lagi-lagi Gandhi menyemburkan air minum ke wajah ku. "Loe bisa gak sih ga usah nyembur-nyembur gue, basah ni gue."

"J-jadi loe udah lihat gue sama pak Andhi juga? Gimana ya Van, permainan pak Andhi itu enak banget, terus dia bimbing gue. Ampun deh. Gue suka banget," seru Gandhi sambil ke girangan.

"......"

Aku hanya diam melihat tingkahnya seperti itu, kemudian Gandhi mengajakku jalan-jalan ke Mall. "Beb, kita ke Mall yuk. Bosen ni gue di Kost mulu."

Aku mengangguk, kami pun pergi jalan-jalan ke Mall, hari ini Mall ramai sekali karena sedang ada pemotretan salah satu Photographer ternama disana. Aku dan Gandhi lewat begitu saja, tanpa sengaja aku lewat di belakang model yang sedang di Photo. Aku dan Gandhi pergi ke toko pakaian yang menjadi langganan Gandhi, kemudian dia membelikan beberapa setel baju.

BL- ME...!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang