Bab 7

4K 325 39
                                    

Lama mengobrol, Kak Raihan memutuskan untuk pulang, dia mengatakan padaku akan menjemputku untuk pergi kesekolah bersama-sama besok. Aku di kost sendirian, aku baru saja menelpon ibuku di kampung, memberi kabar kalau sudah mentransfer uang. Nasib menjadi anak tunggal seperti ku, ingin berbagi cerita tidak tahu kemana. Terkadang aku suka iri, melihat orang-orang yang memiliki adik, kakak, atau abang. Tapi mau bagaimana lagi, aku hanya bisa pasrah kepada yang maha kuasa dan harus ikhlas menjalani semuanya. Bahkan aku merasakan kekurangan kasih sayang seorang ayah. Ayah dan ibuku lama berpisah, saay usiaku masih lima tahun. Ayahku berselingkuh dengan wanita lain dan ibu membawaku bersamanya. Aku tidak ingin menceritakan kisah ayah dan ibuku, karena itu akan membuat hatiku sakit dan perih.

Hari sudah malam, pintu kost ada yang mengetuk, aku mengintip dari celah pintu, aku melihat Raihan datang sambil membawa makanan. Aku membukakan pintu, lalu ia tersenyum padaku.

"Kakak tau kau sendiri di kost, jadi kakak putuskan kemari buat nemanin kamu, dan kakak juga udah bawa baju sekolah, jadi besok berangkat dari sini saja. Sekalian, tadi mama buat makanan, katanya disuruh kasih ke menantunya." ujar kak Raihan.

"Hah? Mantu?" tanyaku heran.

"Iya kamu menantu mama, mama senang melihat kamu. Jadi mau di jadikan mantu," ujar Raihan.

Kak Raihan masuk, aku menutup pintu, lalu aku bertanya lagi. "Maksudnya mau di jodohkan sama anak ceweknya tante Wilda?"

"Ya sama gue lah sayang, anaknya cuman satu gue aja." ujar Raihan sambil memepetku ke tembok.

Lalu dia menciumku, aku berusaha menolak, tetapi... "Jangan menolakku aku mohon, aku akan melakukan apapun untukmu. Membahagiakanmu, memberikan segalanya untukmu. Asalkan kau berjanji, hatimu hanya untukku."

Aku mengangguk, kemudian kak Raihan hanya mencium keningku. Lalu kami makan bersama, tidak ada rasa canggung sama sekali antara aku dan Raihan, lalu selesai makan kami pun menonton TV. Kak Raihan menyandarkan kepalanya di bahuku, lalu lama kelamaan ia turun dan berbantalan denga pahaku. Sementara tanganku reflek mengelus lembut rambutnya, tanpa sadar Kak Raihan meraih tanganku dan menciumnya.

Raihan tersenyum padaku, lalu ia menarik tanganku untuk berbaring di sebelahnya, alih-alih berbaring usilku muncul dan aku tidur di atasnya, Raihan hanya tertawa lalu aku menggelitiknya. Posisi kini berbalik, aku berada di bawah dan kak Raihan di atasku, ia mendekatkan wajahnya lalu menciumku, melumat bibirku dengan lembut. Aku diam saja, karena kaget dia seperti itu.

Kak Raihan menghapus bibirku yang basah, lalu ia menarik ku ke kamar. "Kakak ngantuk, bobok aja yok."

Aku hanya mengangguk, lalu saat di kamar aku tidak menduga dia akan melakukan hal itu padaku.  Setelah dikamar, kak Raihan mendorongku hingga aku jatuh ketempat tidur, dia menindih tubuhku, lalu menciumku dengan penuh gairah dan napsu. Aku mendorong tubuh kak Raihan, aku tidak tahu kenapa aku tidak memiliki hasrat dengannya. Raihan menghentikan kelakuannya padaku, lalu ia meminta maaf dan langsung mengajakku tidur.

Pagi harinya aku bangun duluan, aku membuat sarapan untuk kami berdua. Hari ini Gandhi tidak pulang ke kost, jadi aku hanya membuat sarapan untuk ku dan kak Raihan. Setelah selesai aku membangunkam kak Riahan untuk mandi dan bersiap-siap. Ketika selesai kami pun bersarapan dan setelah selesai sarapan kami pun langsung pergi kesekolah. Sesampainya di sekolah kamu berpisah, aku kekelasku dan kak Raihan ke kelasnya. Entah kenapa perasaanku tidak enak, aku pun keluar kelas dan ke toilet. Saat ke toilet aku mendengar kak Raihan dan Willyam berbicara.

"Gue berhasil tidur dengan Nouvan, dan gue menang taruhan. Dan loe semua bayar taruhan ke gue." ujar Raihan.

"Sip deh, nih sesuai kesepakatan." ujar Willyam.

Mereka ada berenam, dan aku hanya di jadikan bahan taruhan. Saat mereka tengah asik tertawa dan Raihan sibuk menghitung uang itu, aku pun langsung mengambil uang hasil taruhan itu. Mereka terkejut, lalu Raihan berbicara. "Loe, kembalikan uang gue."

"Kalian jadiin gue bahan taruhan? Dan ini bayaran buat gue, karena gue sudah jadi korban taruhan kalian. Permisi!" sahutku sambil berlalu pergi dan membawa uang itu.

Semua melongo, mereka pikir aku masih si anak cupu yang bisa mereka kerjain. Jam pelajaran pun di mulai, Gandhi sudah datang aku pun menceritakan segalanya pada Gandhi, Gandhi merasa naik pitam. Tetapi aku sudah menenangkannya. Jam istirahatpun di mulai, aku dan Gandhi pergi ke kantin. Tetapi Raihan dan Willyam menghadang ku.

"Mau apa loe?" seru Gandhi.

"Balikin uang yang udah loe ambil," ujar Raihan.

"Uang? Oh uang itu, kalau mau ambil aja sendiri." sahutku sambil mendorong Raihan ke dinding. Dan tanganku bermain di selangkanya.

Aku tidak perduli di depan umum atau apa, pada kenyataannya dia menikmatinya. "Anggap saja itu bayaran buatku karena loe sudah meniduriku semalaman. Dan Aaahhh, permainan loe kurang menarik.”

Saat tanganku bermain naik turun di benda milik Raihan, Raihan nampak menikmatinya, sementara Willyam aku melirik ke gundukan miliknya sudah mengeras. Gandhi hanya tertawa, lalu aku dan Gandhi pergi meninggalkan Raihan dan Willyam. Celana Raihan sudah basah akibat tidak tahan lagi. Aku dan Gandhi sampai di kantin, disana aku melihat ada anak baru yang selalu duduk menyendiri. Wajahnya tampan, putih, bahkan tidak ingin ada yang menemaninya. Pendiam dan sedikit sombong.

"Itukan anak baru yang satu kelas sama kita," ujar Gandhi.

"Si muka datar?" Sahutku.

"Loe ah, dia punya nama. Namnya Frengky Loan. Agak-agak cina gitu dianya," ujar Gandhi.

Aku melihatnya sebentar, aku kaget saat dia juga melihatku. Tatapan kami bertemu, aku langsung mengalihkan pandanganku. Gandhi berpamitan padaku ke toilet sebentar, lalu aku tidak menduga kalau Frengky duduk di depanku sekarang. "Boleh aku duduk disini?"

"Oh, iya boleh silahkan. Di sebelahku saja itu nanti temenku duduk disitu." sahutku.

Dia pun menuruti perkataanku, lalu duduk di sebelahku. Kemudian kami berbicara banyak hal. Ternyata anaknya asik dan tidak sombong, meski kami satu kelas tetapi dia lebih tua satu tahun denganku. Aku dan Frengky masuk kedalam kelas, ia duduk tepat di belakangku. Sebelum pelajaran di mulai kami pun berbincang-bincang sambil bercanda. Kemudian guru pun masuk kedalam kelas dan memulai pelajaran.

Setelah beberapa jam pelajaran berlangsung, bell pulang sekolah pun berbunyi. Kami keluar kelas dan disuruh kumpul di lapangan terlebih dahulu. Karena kepala sekolah akan mengumumkan sesuatu. Kepala sekolah datang dan menyampaikan bahwasanya minggu depan akan berangkat study tour. Aku dan Gandhi ikut, lalu Frengky mendekatiku.

"Loe ikut? Kalau loe ikut, gue ikut." ujar Frengky.

"Gue ikut kok, lagian kalau gue gak ikut loe masih bisa ikut kali. Ngapain mesti ngikutin gue?" sahutku.

"Itu tandanya dia gak nyaman kalau gak.ada loe, dasar gak peka amat." ujar Gandhi.

"Eh,,, ahhahahah... Iya gue ikut kok." sahutku lagi.

Murid semua bubar, lalu Gandhi tidak pulang ke kost lagi. Akupun pulang sendirian, lalu sebuah motor gede alias moge datang menghampiriku. "Yok pulang sama gue,"

Aku pun tersenyum lalu pergi bersama Frengky.






Bersambung....




Jyaaaaaa jyaaaaakyaaaaaa kyaaaaa

BL- ME...!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang