[AU]Soldier!Iwaizumi x Scientist! Oikawa

402 100 23
                                    

Warning : TYPOS, BAD WORDS!









"BRENGSEK! BAJINGAN!"

Iwaizumi merangsek maju sambil terus mengumpat. Ia tidak peduli pandangan menegur dari kapten tim dan juga rekannya. Ia benar-benar frustasi dan merasa hampir gila Ia membutuhkan sesuatu untuk dikeluarkan saat ini.

Pertama salah satu sahabatnya dilarikan ke rumah sakit setelah tiba-tiba pingsan di dalam mobil. Sejenak Iwaizumi takut juka tejadi kebocoran virus. Namun sepertinya bukan. Dan hingga detik ini ia tidak tahu bagaimana kabar Bokuto. Ia berhaarap pemuda itu akan baik-baik saja. Kini ia pasti sudah ditangani oleh Akaashi.

Kemudian saat ia meluncur ke laboratorium bisa dibayangkan bagaimana semangat dan mengharapkan bisa bertemu sosok yang sudah sangat dirindukannya. Setelah hampir lima tahun akhirnya ia memiliki kesempatan untuk mendatagi tempat dimana Oikawa Tooru berada.

Namun rupanya predikisinya salah karena ia justru disambut oleh orang lain. Dan baru saja ia akan meminta untuk sekedar melihat Oikawa Tooru, sebuah panggilan darurat datang.

Pihak musuh sudah tahu jika gudang mereka dibobol dan dimusnahkan. Kini mereka mengamuk sehingga kesatuan memanggil dan menarik kembali Iwaizumi Hajime ke medan perang.

Sungguh menyebalkan!

Maka Iaizumi mengeluarkan semua frustasinya ke dalam pertempuran. Belum lagi lengannya kini sudah perih dan basah. Sepertinya lukanya terbuka. Tetapi Iwaizumi tidak peduli. Ia ingin semua ini selesai dan ia ingin bertemu lagi dengan Oikawa Tooru.

Dengan brutal iwaizumi menembaki semua barisan musuh dan untuk pertama kali dan sebulan ini ia berhadapan langsung dengan tentara musuh. Sungguh waktu yang tepat untuk mengamuk. Ia masih bisa mendengar ketua timnya menyuruh untuk tenang. Karena bertarung dalam keadaan emosi tidak akan menghasilkan hal yang baik. Maka, setelah menarik nafas dalam-dalam dan berteriak, Iwaizumi langsung dengan brutal menumbangkan sepuluh prajurit musuh dalam sekali brondongan peluru senjata apinya.

Di dalam kepalanya ia bisa mendengar suara meledek Tooru yang dulu sering ia dengar.

'Hidoi,Iwa chan. Kau brutal sekali. Mana ada gadis yang akan mendekatimu kalau galak begitu.'

Ia tidak butuh para gadis itu karena ia sudah memiliki Oikawa Tooru. Rasa rindu yang luar biasa itu kembali membanjiri dadanya dan tanpa sadar pipinya sudah basah oleh air mata.

************

Semua wajah di ruangan itu terlihat tegang.

"Suasana di luar sudah tidak terkendali. Kini kita benar-benar terpepet. Jangan sampai misi yang sudah dengan gagah berani dilakukan oleh tim pilihan menjadi sia-sia. Mereka sudah memberikan virus itu pada kita dengan gemilang melalui Iwaizumi san," Hati Oikawa begitu perih "Dan kini mereka masih bertempur secara langsung dengan para musuh di sana. Kini waktunya kita membuat antidote yang sudah bertahun-tahun kita impikan. Kalau perlu kita buat juga sesuatu yang bisa kita gunakan sebagai senjta melawan mereka. Kuberi waktu lima hari!"

Seluruh peneliti kini sudah memakai APD khusus dan juga peralatan di atas standard. Kini mereka sduah menemukan virus yang sudah lama mereka cari antidotenya. Dengan memiliki virus super rahsaia itu kini mereka bisa bekerja lebih efisien.

Oikawa Tooru terus menatap ke dalam mikroskopnya. Ia mendengar bahwa seorang tentara bernama Iwaizumi Hajime telah mengantar virus itu hingga ke labortorium. Satu jam yang lalu kekasihnya berdiri di depan pintu laboratorium. Kesayangannya baru saja mendekat kurang dari jarak satu kilometer dan mereka masih tidak bertemu.

Kejam sekali takdir kepada mereka!

Menahan isak tangis Oikawa terus mencoba lebih fokus. Ia harus bekerja cepat dan tepat karena kini kekasihnya juga tengah mempertaruhkan nyawa melindungi mereka yang bekerja dari garda lapis berikutnya. Bukan saatnya untuk sentimental dan merasa emosional. Semua dipertaruhkan mulai dari sini. Berakhir atau tidak, berhasil atau gagal kini tim peneliti yang sedang diuji dengan waktu. Seperti bekerja dengan bom waktu yang angkanya muncur semakin cepat.

Yang berhadapan langsung di medan perang yang satu bergumul melawan waktu. Tidak peduli jika mereka baru saja dipermainkan oleh takdir.

Oikawa berusaha menghilangkan semua pikiran buruknya dan berfokus pada pekerjaannya. Ia meneliti dan segera mencatat apa saja yang sudah ia temukan sebelum diberikan kepada rekannya untuk diolah lebih lanjut. Suara detik jarum jam tidak pernah semenegangkan ini. Lebih menakutkan dari letusan senjata api maupun debaman suara peledak.

"Tunggu aku,Hajime."

*******************

"Kau ini gila ya?"

Kunimi yang baru saja merobohkan dua pasukan musuh terengah-engah dan menoleh ke arah Iwaizumi. "Untung yang kena musuh. Kalau teman kita sendiri bagaimana? Tolong jangan gegabah!"

"Maaf."

Iwaizumi benar-benar membabi buta.

"Dan mengumpat di medan perang juga bukan hal yang bagus untuk dikenang,Iwaizumi san. Meski kau sedang emosi tetap control mulutmu." Kini prajurit bernama Kindaichi bersuara. Ketiganya terengah-engah. Kunimi dapat dua, Kindaichi berhasil meloloskan diri dari peluru nyasar Iwaizumi dan senior mereka itu baru saja memberondong musuh unuk yang ketiga kali.

"Maaf,Kindaichi. Tapi kau tidak apa-apa,'kan?"

"Aku tidak apa-apa."

Ketiganya kini tengah bersembunyi di balik reruntuhan tembok yang menghalangi tubuh mereka dari peglihatan musuh. Banyak tubuh tak bernyawa baik dari pihak musuh maupun rekan sejawat bergelimpangan. Kunimi Akira memandang tubuh-tubuh rekannya yang telah gugur dengan tatapan pilu.

"Kau ini sedang kenapa sih? Kalau perang ini selesai dan kau masih hidup aku yakin sekali ketika semua prajurit menerima penghargaan kau sendiri akan dihukum,Iwaizumi san."

Iwaizumi bergidik.

"Aku sedang emosi."

"Kami tidak buta," balas kunimi sambil mengamati senjata laras panjangnya "Kenapa? Karena Bokuto san masuk rumah sakit?"

'Astaga!' Iwaizumi tersentak 'Ia bahkan sampai lupa jika sohibnya sedang tak berdaya.

"Bukan," jawab Iwaizumi dengan suara dalam "Kupikir si Burung Hantu itu sedang bahagia bersama kekasihnya di rumah sakit."

"Lantas?"

"Kalian tahu sendiri aku baru saja mengirim barang hasil misi ke laboratorium. Tapi baru saja aku sampa sana sudah dipanggil untuk perang."

"Lalu?" Kindaichi masih saja bertanya karena tidak mengerti.

"Pacarku kerja di sana. Kupikir aku akhirnya bisa bertemu dengannya tapi tidak jadi. Nyaris saja jadi aku merasa sangat emosi."

"Pfftt!!"

Iwaizumi dan Kindaichi menoleh dan mendapati Kunimi Akira tengah membekap mulutnya menahan tawa.

"Ya ampun! Masalah asmara nih?"

Kini Kindaichi ikut terkekeh dan keduanya tertawa membuat senior mereka menjadi berang. Dan Iwaizumi melakukan satu kebodohan. Ia berseru kesal membongkar tempat persembunian pada musuh yang masih mondar-mandir mencari. Suara tembakan dari kedua belah kubu tidak terelakkan lagi.

"IWAIZUMI SAN! Teriak Kunimi di sela suara berondongan peluru "TIDAK PERLU MENUNGGU KAPTEN, SETELAH PERANG INI AKU SENDIRI YANG AKAN MEMBANTAIMU!"

Ketiganya berjuang melawan tembakan musuh sebelum akhirnya anggota lain datang bergabung dan memenangan sesi tembak-menembak di reruntuhan bangunan itu. Sebelum mereka kembali beralih mencari  pasukan lain yang butuh bantuan. Kunimi yang baru saja kembali lepas dari maut berusaha keras untuk tidak meniru tingkah seniornya yang tekadang bisa bodoh itu dengan mengumpat-umpat kesal.

Pesan moral : jangan bergosip ketika sedang perang.

~GUARD YOU~ [AU]- EDITEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang