02 | Perjuangan

98 13 15
                                    

Bahasa campuran / masih banyak typo / cerita cuma imajinasi author aja
enjoy ♡^▽^♡

-

Hari ini sekolah terasa lebih ramai dari biasanya.

Entah karena Riri yang datang tepat waktu, atau memang hanya perasaannya saja.

Jaehyun bersama temannya itu mendekat. "Widih, makin cakep aja," puji Jaehyun.

"Iyalah. Bosen jadi kentang mulu."

"Gak akan muji balik?" goda Jaehyun sembari menaikan alisnya.

Riri menonjok bahu Jaehyun pelan. "To the point aja."

"Galak amat, gak ada yang mau gima—" tangan Riri mengepal di udara. "—eh, ya, gak. Ampun deh. Lo udah liat grup OSIS kan?"

"Udah."

"Nah. Lo tau kan lo harus nga—"

"Kepada anggota bidang dua, di mohon untuk membuat proposal terkait acara yang akan di pertunjukkan untuk perpisahan kelas 12. Karena ini acara bidang akademik kreatif, acara ini di pegang oleh anggota bidang dua. Dan yang lain di mohon untuk membantu karena ini adalah tanggung jawab bersama," sela Riri dengan lancar tanpa jeda.

Tangan Jaehyun mengacak-ngacak rambut Riri. "Pinter."

Riri menghindar karena tangan Jaehyun terlalu lama di kepalanya. "Ih, udah atuh. Acak-acakan, kan, jadinya!"

"Halah, jaga image ceritanya? Mau keliatan cakep lo di depan Pak Botak?"

Mata Riri sudah melotot. Tapi dehaman seseorang membuatnya dan Jaehyun tersadar, telah mengacangi seseorang.

"Eh, iya gue jadi lupa. Nih, Jeka mau ngomong. Sok atuh, Jek."

Jeka mengulurkan tangan tanpa berkata apapun.

Satu alis Riri terangkat. "Riri. Kenalan lagi kita?" tanyanya sembari menjabat tangan Jeka.

"Pfft, kaku amat kek lagi berhadapan ama bu Inggrid, lo, hahaha," ujar Jaehyun sembari menutup mulutnya dengan kepalan tangan.

Jeka langsung salah tingkah. "Eh? Orang gue mau ngambil ini juga." Ia mengambil selotip yang menempel di pergelangan tangan Riri.

"Oh, thanks. Gue masuk kelas dulu, ya."

"Eh, bentar, Ri," cegah Jeka. "Ini gue mau bilang ka–"

"Iya. Nanti kalo udah selesai proposalnya, gue langsung kasihin ke lo, kok," potong Riri lagi-lagi.

Jaehyun menepuk dahi Riri pelan. "Main potong-potong aja! Bukan itu yang Jeka mau bilang." Ia menyenggol lengan Jeka. "Ya, kan, Jek?"

Jeka menggeleng. "Udah bener, kok. Gue emang mau bilang itu. Oh, iya, sering-sering dateng kalo rapat, ya, jan di wakilin sama Rose mulu. Lo juga penting, kok."

Jaehyun membuka mulutnya lebar. "Lah? Jek?"

"Tuh, bambank! Denger gak, lo?" cetus Riri sembari menatap tajam Jaehyun.

My Precious Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang