12 | Pameran

11 4 0
                                    

Sudah hampir seminggu Riri berada di dalam kamar.

Belajar untuk ujian kenaikan tentu saja.

Hari ini, ia merasa bosan.

Teman-temannya pun tidak ada yang datang, terakhir setelah mereka datang untuk menjenguk Riri tiga hari empat hari yang lalu.

Mungkin, sibuk mempersiapkan ujian.

Berhubung sekarang hari sabtu, malam minggu. Riri berencana untuk pergi ke pameran, yang kebetulan di adakan setiap enam bulan selama seminggu, dan tepat pada hari ini.

Ia bersiap untuk pergi ke pameran seorang diri.

Tidak apa. Itung-itung untuk menghilangkat penatnya.

Setelah pamit pada orang rumah, Riri menyusuri jalanan sore di kompleknya.

Sampai di depan jalan besar, ia memesan grab.

10 menit kemudian grab itu datang dan mereka langsung pergi ke tempat tujuan.

Padahal belum malam, tapi pameran ini sudah lumayan ramai.

Banyak anak wahana-wahana yang ingin Riri coba.

Gue mau naik apa dulu, ya? Kora-kora dulu apa biang lala dulu?

Kora-kora dulu aja, deh. Naik biang lalanya ntar malem biar bagus pemandangannya.

Riri pun pergi membeli tiket. Antriannya cukup ramai, ia jadi sedikit merasa tidak nyaman karena harus berdesak-desakkan.

Setelah berjuang, Riri pun mendapatkan tiketnya.

Eh? Kok gue ambil dua sih?

Riri hendak mengembalikan tiket itu, tapi melihat antrian yang semakin penuh, membuatnya mengurungkan niatnya.

Karena gilirannya masih cukup lama, ia jadi berjalan-jalan dulu sebentar untuk berkeliling.

Riri melihat berbagai minuman dan makanan di sana.

Ia memilih mampir untuk membeli beberapa makanan dan minuman.

Setelah dapat, ia mencari tempat duduk.

Di sini rame banget, tempat yang nyaman tapi agak sepi di sebelah mana, ya? Gue pengen duduk anjir.

Dari jauh Riri melihat ada bangku panjang kosong. Ia berniat untuk duduk di sana.

Tapi, tempat duduk itu sudah lebih dulu di duduki orang lain.

tiga orang lelaki. Sepertinya anak remaja seumiran Riri juga, hanya saja terlihat lebih tua.

Yah, gak jadi deh gue duduk. Masa kudu makan sambil berdiri gitu? Terus ini gue mau gimana? Balik lagi? Tanggung. Tapi kalo di lanjutin malu juga.

Yaudah, lah. Daripada diem bae di sini mending gue punten lewat aja.

Ada perasaan tak enak yang Riri rasakan. Tapi, ia mencoba untuk tetap tenang.

Riri pun melewati ketiga lelaki itu.

Benar saja.

Tepat saat Riri lewat, salah satu dari mereka mencoba memegang lengan Riri.

"Ih, apaan, sih!"

"Kok takut gitu, Teh? Tenang aja atuh da saya mah gak akan ngegel, hahahah," ujar seorang dari tiga lelaki itu.

Lelaki lainnya ikut tertawa.

Riri ingin memberontak, tapi kedua tangannya yang memegang makanan tidak bisa ia lepaskan bergitu saja.

My Precious Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang