15: WAKTU YANG TIBA

23 3 0
                                    

Pada akhirnya manusia yang kita kenal adalah mereka yang dapat kuat dan bisa jadi lemah. Bisa bangkit dan bisa jatuh sesuai dengan waktunya. Karena mereka hanyalah seorang manusia yang berdarah ketika terjatuh._ Keysa Bintara.

•••••

"...I had to go, oh na-na-na-na-na..."

Penggalan lirik lagu milik Camila Cabello-Havana melantun pelan dari mulut Keysa yang sedang mengikat tali sepatunya dengan Headset ditelinganya.

Dengan terus mendengarkan lagu yang cukup fenomenal itu Keysa melangkah keluar menuruni tangga dengan setengah berlari.

Ia melewati ruang makan dengan cepat dan berhenti ditempat Ka Rian berdiri. "Motor yang aku pesan sudah ada?" Tanya Keysa dengan tangan didepan wajah Ka Rian menunggu kunci motornya.

"Gunakan baik-baik," pesan Ka Rian dengan berat hati meletakkan kunci itu ditelapak tangan Keysa.
"Aku berniat menggantinya dengan yang lain lusa," jawab Keysa kemudian melanjutkan langkahnya menuju garasi.

"Keysa.."

"You call me?" Keysa berbalik kearah Ka Rian dengan wajah yang sangat asing bagi penglihatan seluruh penghuni rumah ini. Apa barusan Keysa memasang wajah bingung?

"Kamu tau bukan aku." Jawab Ka Rian setelah menutupi segala keterkejutannya.

"Kukira hanya kau yang ada diruangan ini..." "whats wrong?" Lanjut Keysa menatap kearah Papanya yang menenteng tas kantornya didekat ruang tamu.

"Papa rasa kita perlu bicara," ujar Bintara sambil tersenyum kecil. "Itu tidak perlu. Akan sangat awkward bagi kita," anjur Keysa sekaligus sebagai keputusan dengan tersenyum lebar. Semuanya tidak tahu dan tidak paham apa maksud senyuman itu.

"Why not? Kita sering melakukannya dulu," bujuk Bintara berjalan mendekati Keysa. "Yah. DULU. But not for now and forever," bantah Keysa dengan suara keras bahkan sampai mundur saat Bintara hampir mendekatinya.

"Jangan mempersulit semuanya. Kita aman seperti sekarang," putus Keysa kemudian keluar dari rumah tanpa berlama-lama.

Bunyi motor baru yang terdengar sangat keras itu keluar dari kawasan rumah mewah tersebut.

"Now. I know how difficult it is to be someone else,.."

•••••

"Weits. Anak IPA 2 lagi pada free class tapi belajar terus yah," Dino yang memimpin kumpulan itu memasuki ruangan IPA 2 dengan santai dan membuat keributan disana.

"Apalagi, cewek tercantik dikelas mereka. Rajin tapi sendirian. Cantik tapi nggak ada yang temenin. Sad Girl," cemoohnya mencoba memancing Keysa.

Arga dan yang lainnya sedang berdiskusi kelompok untuk tugas senibudaya mereka. Tapi harus terhenti karena titisan lucifer ini mengacaukan kelas mereka.

"Ritna, Kok duduknya dipojokan sana. Nggak bareng dia lagi?! Kasian dong nggak ada temen," senyum miring tercetak jelas dibibir nya.

Keysa memijat pelan keningnya. Lalu terdengar helaan nafas kasar keluar dari mulutnya. Namun, ia terus melanjutkan tugasnya tanpa meladeni Dean yang berdiri tepat didepannya.

"Ouh jual mahal. Dia fikir sepadan," gagal memancing emosi Keysa dengan kata-kata seperi biasanya. Kini lebih kurang ajar lagi.

"Hey... cheap," sapa Dean dengan kepala tertunduk tak jauh dari Keysa lalu memukul pulpen ditangan Keysa sampai terlempar jatuh ke lantai.

Keysa mengangkat wajah dengan tersenyum sinis seolah meremehkan cara Dean. Dengan kasar ia mendorong kursinya kebelakang dan berdiri disana.

Tapi tak sempat Dean ikut berdiri lurus...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Meaning of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang