Chapter 11

134 37 20
                                    

Malam harinya Alvito, mamanya, dan adiknya pun pergi ke rumah Alana untuk melihat kondisi Alana. Alvito mencoba mengetuk pintu rumah Alana yang tertutup.
Tok ... Tok ... Tok ... Sambil mengucapkan salam, dan terdengar dari dalam rumah Alana suara langkah kaki yang menuju untuk membuka pintunya sambil mengucapkan jawaban salam dari Alvito, ya ... Itu adalah suara ibunya Alana.

Kreeek ... Pintunya pun dibuka

"Eh ada mamanya Vito dan adiknya juga, ayo masuk." Ucap Ibunya Alana yang sangat senang akan kedatangan mereka. Alvito, mamanya, dan adiknya pun masuk ke dalam rumah Alana dan duduk di ruang tamu. Dan Ibunya Alana pun berkata. "Kalo gitu tunggu sebentar ya sayaa buatin minum dulu."

Mamanya Alvito pun menjawab perkataan ibunya Alana dengan mengatakan untuk tak usah repot-repot membuat minuman, namun ibunya Alana tetap ke dapur dan membuat minuman untuk mereka. Datanglah Ayahnya Alana yg baru saja keluar dari kamarnya."Eh om" Kata Alvito, berdiri dan menyalami ayahnya Alana."Oh iya om Alana nya dimana ya.", "Alana lagi di dalam kamar to.", "Boleh saya kesana om?", "Eh to ga sopan kekgitu.", "Gak papa kok, Alana juga tadi saya lihat baca buku seperti nya.", "Jadi beneran gpp ini om Alvito ke kamar nya Alana?", "Vitooo." Ucap mamanya Alvito sembari menatap nya."Udah ma biar Hanna temanin.", "Nah kalo gitu mama setuju.", "Yaelah ma emangnya Alvito mau ngapain ada-ada aja."

Alvito dan Hanna pun bergegas pergi ke kamar nya Alana. Alvito udah gak sabar yg ingin melihat pacarnya yang baru keluar dari rumah sakit."Emangnya Abang tahu kamarnya kak Alana?", "Ya tahulah tuh yang pintu pink."

Ibunya Alana yang telah siap membawa minum untuk mereka melihat heran kok Alvito dan Hanna gak ada." Loh Alvito sama Hanna kemana?", "Pergi ke kamar nya Alana." Jawab Ayahnya Alana. "Silahkan diminum buk.", "Iyaa makasih banyak ya buk, udah ngerepotin." Orang tua Alana dan Alvito pun berbincang-bincang mengenai hubungan mereka supaya hubungan mereka tetap baik-baik saja.

Tok ... Tok ... Tok ... Suara ketukan pintu itu terdengar dari kamar Alana, dimana Alana yang sedang membaca buku biologi terhenti demi membuka pintu itu."Eh Vito, Hanna", "Hi kak". Alana pun mengajak Alvito dan Hanna untuk masuk ke kamarnya. Sedangkan Hanna sibuk mengepoin apa yang ada di dalam kamar Alana.

"Boleh aku duduk di tempat tempat tidur kamu kan?"

"Duduk aja kali to."

"Udah baikan kan lan."

"Alhamdulillah udah baikan to."

"Lagi baca apa?"

"Buku Biologi."

Hanna yang melihat papper bag warna pink polos itu pun menanyakannya pada Alana. Hanna memberikan itu pun kepada Alana. Alana lupa untuk membuka nya karena setelah diantar pulang oleh Alvito dia jatuh pingsan untung saja papper bag nya masih ada.

"Oh iya aku lupa membukanya."

"Yaudah sekarang buka aja lan, semoga kamu suka ya."

"Wah ayo buka kak jadi penasaran nih aku."

"Lah kok malah adek yang penasaran."

"Gak papa dong bang."

"Ayo kak buka."

"Iya iya kakak buka."

Alana pun membuka papper bag nya terdapat kertas dan ada sesuatu barang kecil didalamnya pantas saja dibawa kok ringan. Dia pun mengambilnya dan membuka kertas itu terlihat lah sebuah cincin permata yang begitu indah. Dan Alana membuka kertas itu yang berisikan sebuah puisi.

ᴛᵉⁿᵗᵘˡᵃʰ ᵏᵃᵐᵘ
ᴡᵃⁿⁱᵗᵃ ᵖᵃᵗᵘᵗ ʸᵃⁿᵍ ᵃᵏᵘ ᶜⁱⁿᵗᵃ
ᴅᵉⁿᵍᵃⁿ ᵐᵉˡⁱʰᵃᵗᵐᵘ
ʜᵃᵗⁱᵏᵘ ʲᵃᵈⁱ ᵈᵃᵐᵃⁱ
sᵉⁿʸᵘᵐᵐᵘ
ᴍᵉᵐᵇᵘᵃᵗ ᵈⁱʳⁱᵏᵘ ᵗᵉʳᵏᵘʲᵘᵗ
ᴅᵃˡᵃᵐ ⁿᵃᵘⁿᵍᵃⁿ ʰᵃᵗⁱᵐᵘ
ᴍᵃʷᵃʳ ʸᵃⁿᵍ ᵇᵉʳᵐᵉᵏᵃʳᵃⁿ
ᴅⁱᵖᵉʳᶜⁱᵏᵃⁿ ᴇᵐᵇᵘⁿ ᴘᵃᵍⁱ
sᵉʲᵘᵏ ᵃˢᵃᵏᵘ ˢᵉʲᵃʰᵗᵉʳᵃ ⁿᵘʳᵃⁿⁱᵏᵘ
ᴊᵘʲᵘʳ ᵃᵏᵘ ᵗᵉʳᵖᵃⁿᵃ ᵐᵉˡⁱʰᵃᵗᵐᵘ
ʙᵃᵏ ᵖᵘʲᵃⁿᵍᵍᵃ ᵗᵉʳᵍⁱˡᵃ ᶜⁱⁿᵗᵃ
ᴛᵉʳⁱᵐᵃᵏᵃˢⁱʰ ᵃᵗᵃˢ ᵏᵉʰᵃᵈⁱʳᵃⁿᵐᵘ

Alana membaca puisi tersebut tersenyum-senyum sambil melihat Alvito. Setelah membaca puisi itu Alana meletakkan kertas yang berisikan puisi itu ke dinding kamarnya, kemudian Alana bangkit dari kursi belajar nya dan duduk disamping Alvito tak lupa membawa cincin yang diberikan Alvito sedangkan Hanna hanya melihat mereka dua dengan wajah yang bengong."Ah keluar aja dah gak enak ternyata kalo liat orang yang sedang pacaran." Batin Hanna. Hanna keluar dari kamar Alana tanpa sepengetahuan mereka dua.

"Pasangin." Ucap Alana dengan suara merdunya dan memberikan cincin itu kepada Alvito. Alvito pun mengambilnya dan memasangkan cincin itu kepada Alana."Makasih ya to.", "Aku juga makasih atas kehadiranmu lan, hadirmu membawa  diriku menjadi nyaman, kedatanganmu membuat diriku menjadi lebih cerah akan pancaran senyummu yang kamu berikan." Mereka pun bertatapan mata sambil tersenyum-senyum. Dan tersadar Hanna udah keluar dari kamar.

"Hm ... To kok Hanna gak ada."

"Ha masa sih."

"Iya gak ada."

"Mungkin udah keluar lan, tahu juga dia jadi obat nyamuk itu gak enak yang 😂😂😂"

"Ada-ada aja kamu to."

"Yaudah yuk kita keluar, ntar dikira aneh-aneh lagi."

Alana dan Alvito pun keluar dari kamar menuju ke ruang tamu.

"Loh Hann bg Vito sama kak Lana mana." Tanya Mamanya yang keheranan melihat Hanna keluar sendiri

"Pacaran dalam kamar." Jawab Hanna sambil duduk disamping mamanya.

"Ha ..." Kejut mamanya.

Alana dan Alvito pun tibanya sampai di ruang tamu."Gak ngapa-ngapain kok ma, Hanna nya aja liat kami baper." Canda Alvito pada adiknya."Idih bucin.", "Iya Tan cuma ngomong-ngomong biasa aja kok.", "Iyalah tuh yang dikasih cincin dan sepatah kata puisi bucin." Sahut Hanna dengan ngeledek abangnya dan Alana. Mereka pun tersenyum-senyum kecil.

Bersambung ...

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



5 MEI 2020



ALANA & ALVITO [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang