Chapter 21

95 13 0
                                    

   Tepat jam 01.30 WIB, Alvito yang tak bisa tidur terus-terusan memegang handphonenya untuk menghubungi Alana tapi dia masih bingung sekarang saja atau nanti pagi saja dia akan memberitahukannya. Alvito pun menghubungi Alana. Alana yang sudah tidur yang tadinya ingin mengambil handphonenya di ruang TV menjadi lupa karena kejadian sebelumnya. Handphonenya berdering getar di meja dekat ruang TV tak ada satupun yang mendengarnya karena Alana dan orangtuanya tertidur pulas. Alvito pun berulang kali mencoba untuk menelepon Alana kembali udah hampir limapuluh kali tapi tetap saja tak ada respon, ia pun mencoba menghubungi Alana lagi.

   Waktu terus berjalan detik demi detik, menit demi menit, dan sudah berjam-jam Alvito masih tak bisa tidur sampai akhirnya jam menunjukkan waktu sholat subuh. Ia pun pergi ke toilet untuk mengambil air wudhu dan sholat agar hati dan pikirannya menjadi tenang, dan tak lupa pula berdoa untuk kepergian Naufal. Setelah sehabis sholat ia mencoba untuk tidur kembali dan mengistirahatkan badannya.

***

   Keesokan paginya ... Ketika Alana sedang menyapu rumahnya."Aku sampai lupa hp ku masih disini ternyata." Ucapnya berbicara pada dirinya sendiri. Ia pun membuka handphonenya dan melihat notif panggilan tak terjawab dari Alvito sebanyak seratus kali."Alvito nelpon aku sampai seratus kali." Batinnya berbicara karena terkejut kenapa Alvito meneleponnya ditengah malam saat orang lagi pada tidur pulas. Ia pun mencoba untuk menghubungi Alvito, namun ia mendengar suara mobil Alvito yang datang ke rumahnya. Ia pun langsung keluar rumah dan menghampiri Alvito.

"To maaf kamu nelepon aku sampai seratus kali dan aku gak jawab. Hp aku ada di ruang TV To." Ucap Alana dengan rasa bersalahnya.

"Iya gak papa Lan, Nih." Ucapnya sambil memberikan sebuah surat amanah dari Naufal.

"Apa ini To?" Tanya Alana sambil mengambil surat itu dengan penasaran dan bingung seketika wajah Alvito berubah menjadi murung. Alvito pun langsung duduk di kursi depan rumah Alana. Alana langsung membuka surat itu dan membacanya.

"Terimakasih sudah mau menjadi sahabat gue dari kecil, gue senang selama hidup gue yang hanya cuma sekali ini saja bisa bertemu dengan lo dan selalu ada di hari-hari gue. Sejak SMP gue suka sama lo Lan, udah hampir lima tahun gue memendam rasa ini Lan, mungkin ini kesalahan terbesar gue dan penyesalan terbesar yang gue alami. Gue gak berani nyatain perasaan gue ke lo hingga akhirnya lo punya pacar. Tapi syukurlah gak masalah bagiku untuk saat ini dan sampai hari-hari berikutnya. Semoga kalian bisa menikmati hidup bersama sampai tua nanti. Gue juga udah senang kok bisa mencintai seorang seperti lo sahabat gue sendiri. Mungkin ini adalah kata terakhir yang gue ucapkan secara tidak langsung ini. Gue minta maaf sama lo gak bisa jagain lo sampai akhir hidup lo dan gak bisa menemuimu lagi dalam dunia yang hanya sementara ini. Lo mungkin bisa nemuin gue dalam mimpi, dan lo juga bisa ingat gue dalam benakmu. Gue sayang lo lan. Alvito juga udah janji sama gue bakal jagain lo.

Salam dari sahabatmu 

Naufal."

Alana membaca surat itu sampai meneteskan air mata. Alana bingung kenapa dalam isi surat ini seakan-akan Naufal itu udah gak ada. Hingga dia bertanya kepada Alvito."Apa maksud dari semua ini To?" Dengan erat dan takut Alvito menjawab."Naufal meninggal Lan." Alana spontan mendekat Alvito, dan Alvito pun berdiri dari kursi yang didudukinya."Kamu bercanda kan To, kamu bercanda kan?" Ucapnya dengan air mata yang mengalir dengan suara yang terisak-isak."Aku serius Lan.", "Gak mungkin ini semua mimpi Lan." Ucap Alana dengan frustasinya mendengar kabar itu."Lan tenang Lan dengar aku, ini gak mimpi ini nyata Lan, Naufal meninggal." Perjelas Alvito dengan ucapan yang begitua tegas yang dibalut dengan kesedihan. Alvito pun memeluk Alana dengan sangat erat, ia tahu betapa sedihnya Alana, sahabat dia yang dari kecil telah meninggal dan sudah menjadi tenang di alam selanjutnya.

***

   Setelah sampai di pemakaman Naufal. Alana terus-terusan menangis tak bisa menahan air matanya yang jatuh. Alana pun mendekat ke kuburan Naufal, memegang nisannya dan berkata tidak mungkin terus-terusan."Naufal sakit prankeas."
Alana yang mendengar perkataan Naufal langsung berdiri dan berkata kepada Alvito.

"Jadi kamu selama ini tahu? Kenapa gak beri tahu aku To?" Ucap Alana dengan segala keemosiannya dengan nada yang tinggi.

"Lan dengar aku dulu."

"Mau dengar apa lagi To."

"Semuanya udah jelas kamu gak mau kasih tahu aku karena keegoisan kamu. Kamu takut kalau nantinya aku lebih perhatian sama Naufal. Itu yang dalam pikiranmu To. Aku gak nyangka." Lanjut Alana dengan rasa kecewanya ia pergi meninggalkan Alvito. Alvito pun mengejar Alana yang pergi meninggalkannya. Saat di pinggir jalan."Lan." Ucap Alvito sambil menangkap tangan Alana. Alana pun berbalik dan menghadap Alvito."Aku mau sendiri dulu." Jawabnya dengan nada yang sedikit lembut."Yaudah kalau kamu maunya gitu, tapi biarkan aku yang antarin kamu pulang Lan aku takut kamu nanti kenapa-kenapa." Ujar Alvito dengan rasa kekhawatirannya. Alvito pun mengantarkan Alana pulang ke rumahnya, ketika diperjalanan.

"Lan ini semua rencana Naufal, Naufal yang minta aku agar rahasiain ini semua ke kamu. Kalau kamu gak percaya sama aku tanya sama Riski. Riski melihat kejadian itu saat Naufal datang menghampiri aku di rumahku. Itu makanya saat Naufal anak kamu pulang bareng aku izinin, karena itu semua permintaan Naufal Lan." Alana hanya diam saja menghadap kedepan tanpa sedikit pun merespon perkataan Alvito."Yaudah mungkin kamu masih perlu waktu, tapi yang aku katakan adalah benar Lan."

   Setelah sampai Alana langsung membuka pintu mobil itu dan tak ada berkutik sedikit pun untuk berucap seperti biasanya. Hm mungkin Alana masih butuh sendiri. Alvito pun langsung pulang menuju ke rumahnya. Alana yang masuk kedalam rumahnya masih saja meneteskan air matanya, tepat ia melihat ibunya ia pun memeluknya."Bu Naufal Bu." Dengan suara yang lembut dan mengelus kepala Alana ibunya menjawab."Yang sabar Lan ini semua sudah menjadi na'az nya  Naufal Lan. Jadi jangan sedih lagi perbanyak doa Lan.", "Iya bu." Jawab Alana untuk mencoba menjadi tegar.

Bersambung ...

Voment ya ...

ALANA & ALVITO [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang