Alvito yang telah sampai di rumah sakit bergegas menuju ke ruang rawat Naufal. Membuka pintu kamarnya terlihat suster Nasywa sedang memberi makan Naufal. Alvito mendekat ke kasurnya Naufal dengan awal ia menanyakan keadaan Naufal. Naufal pun menyuruh Suster Nasywa untuk menyudahi makannya."Seperti biasa To, mungkin inilah takdirku." Jawab Naufal ketika Alvito menanyakan keadaannya. Alvito kemudian memohon kepada Suster Nasywa untuk berbicara berdua dengan Naufal agar pembicaraan mereka bisa lebih tenang. Suster Nasywa pun mengiyakannya dan pergi keluar dari ruang rawat Naufal.
"Tadi Alana ke rumah lo bareng gue Fal. Alana terus-terusan mikirin lo Fal, hampir tiap hari ia selalu bercerita tentang pikirannya padaku dan pasti selalu khawatir terhadap lo yang gak pernah kasih kabar lagi kepadanya."
"Gue gak mau Alana khawatir To, gue gak mau karena gue kekgini Alana jadi terus-terusan semakin kepikiran akan gue yang kekgini To."
"Menyembunyikan ini semua dari Alana mau sampai kapan Fal?"
"Sampai gue mati To, biarlah kejadian di danau itu terakhir kalinya gue melihatnya."
"Bukankah itu semakin membuat Alana terpuruk? Setelah mendengar kabar kalau sahabat dekat dia sejak kecil meninggal karena lo kena penyakit? Dan ujung-ujungnya Alana marah juga sama gue Fal, karena gue udah nyembunyiin ini dari dia."
"To gue mohon, iya gue akui gue emang udah pernah jahat sama lo, gue waktu itu khilap To dan sekarang gue tau cinta itu gak bisa dipaksain. Emang rasanya berat untuk move on dari Alana tapi gue akan mencoba mengikhlaskannya. Gue minta tolong banget sama lo To buat nyembunyiin ini sampai gue mati."
Mendengar perkataan akhir dari Naufal membuat Alvito semakin emosi karena mati bukan manusia yang nentuin melainkan Tuhan kita gak tahu gimana kehidupan keesokan hari kita. Bisa saja kan Naufal mendapatkan kesembuhannya? Naufal yang duduk berbaring di kasurnya kini mencoba untuk bangkit dari kasurnya karena Alvito yang tengah emosi akan menuju keluar dari ruang rawatnya."To gue mohon." Ucapnya dengan suara yang sedikit tertahan akan kesakitan jikalau dia bangkit dan turun dari kasurnya.
Brak ...
Naufal terjatuh ke lantai dan terbaring kesakitan. Alvito yang hampir keluar dari ruang rawatnya kini berbalik badan dan langsung menolong Naufal yang tengah tak berdaya dan tiba-tiba jatuh pingsan. Alvito merasa bersalah akan tindakan yang ia lakukan terhadap Naufal baru saja, ia pun langsung membaringkan Naufal ke kasurnya, dan keluar memanggil Suster Nasywa.
"Sus." Teriak Alvito memanggil Suster Nasywa yang sedang berada di ruangannya.
"Naufal pingsan tadi jatuh dari kasur." Lanjut Naufal dengan kepanikannya. Suster Nasywa dan Alvito pun bergegas ke ruang rawat Naufal. Suster Nasywa panik mendengar kabar lagi Naufal jatuh dari kasur, karena jika terbentur lagi Naufal akan semakin sangat melemah. Ketika sampai Suster Nasywa langsung mengecek keadaan Naufal keadaan semakin memburuk Dokter yang biasa memeriksa Naufal baru saja keluar dari rumah sakit. Setelah beberapa saat diperiksa Suster Nasywa, syukurlah Naufal terbangun, Alvito pun meminta maaf kepada Naufal atas kejadian yang tadi. Kemudian Naufal berkata kepada Alvito lagi."Gue udah gak kuat lagi To ... Sus bisa ambilkan surat yang waktu itu aku tuliskan, biarkan Alvito yang memberinya." Suster Nasywa pun memberikan surat itu kepada Alvito."Ini apa Fal?." Tanya Alvito.
"Itu surat terakhirku yang gue buat untuk Alana To gue mohon berikan itu saat gue udah gak ada. To berjanjilah untuk selalu menjaga Alana jadikan dia suatu saat nanti sebagai istrimu." Ucap Naufal dengan suara yang pelan seperti orang yang akan dicabut nyawanya."Iya Fal gue akan jaga Alana sampai kapanpun.", "Makasih To." Seusai berterimakasih mata Naufal tertutup. Alvito dan Suster Nasywa sangat terkejut melihat itu. Alvito terus membangunkan Naufal tapi sia-sia karena Naufal telah pergi ke alam berikutnya. Suster Nasywa pun langsung menghubungi orang tuanya Naufal. Dan Alvito tak bisa lagi menahan rasa sedihnya sehingga meneteskan air matanya. Di depan matanya ia melihat sendiri kepulangan Naufal.
***
Alvito yang sudah sampai di rumah sangat bersedih sambil memegang surat yang diberikan Naufal untuk Alana nantinya."Kamu darimana aja To? Malam begini pulangnya, Mama telepon gak aktif, Alana mama hubungi dia bilang kamu udah pulang siang tadi. Terus kenapa itu kenapa wajah kok lesuh?" Alvito langsung duduk di sofa dan menghela nafas sambil berkata."Hp aku mati ma.", "Terus kamu darimana aja?", "Seharian aku di rumah sakit Naufal meninggal ma." Mamanya Naufal terkejut mendengar berita duka itu dan berkata."Naufal? Naufal yang waktu itu datang ke rumah?.", "Iya ma.", "Yauda ma aku mau mandi dulu." Lanjut Alvito.
Malam itu juga Alana tak bisa tidur masih saja memegang foto yang diberikan Naufal sewaktu itu. Tiba-tiba aja listrik di rumahnya mati ia pun bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil hp nya sambil memegang foto itu. Ia lupa kalo hp nya tertinggal di ruang tv saat dia tadi menonton TV, ia pun pergi mengambilnya sambil memegang foto itu, dengan jalan yang meraba-raba. Tak sengaja saat keluar kamar Alana menabrak Ibunya juga yang sedang jalan.
Brak ...
Pecahlah bingkai foto itu."Alana kenapa keluar kamar gak hati-hati apalagi mati lampu gini, apatuh yang jatuh Lan?" Ucap Ibunya.
"Foto aku sama Naufal buk." Alana pun langsung mengambil foto itu.
"Tunggu Lan masih gelap nanti kena belingan kacanya.", "Tunggu sebentar ayah masih benerin skring lampunya." Lanjut Ibu Alana. Lampunya pun kembali nyala setelah diperbaiki ayahnya Alana."Nah udah hidup, udah kamu ambil tuh fotonya biar Ibu aja yang bersihin pecahan kacanya."Bu perasaan Lana kok semakin gak enak ya apa ini pertanda?", "Lan kan udah Ibu bilang pikirkan yang baik-baik saja yang negatif thinking muluk Lan, berdoa saja agar semuanya baik-baik saja." Alana pun menganggukkan kepalanya."Yaudah ini kan udah malam kamu tidur aja ya.", "Iya bu." Alana pun masuk kedalam kamarnya dan mencoba untuk tidur sambil memegang foto itu.
Bersambung ...
Voment ya guys ...
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA & ALVITO [ON GOING]
Teen Fiction'JUDUL BERSIFAT SEMENTARA DAN AKAN SAYA BERI SETELAH CERITA END' ------------------------------------------- Mohon maaf kalau tulisan saya masih kacau ... ------------------------------------------- "Maafin aku To." Ucapnya melepas pelukan itu. "Kam...