Chapter 16

83 24 12
                                    

   Alana yang telah sampai ke rumahnya diantar oleh Alvito langsung masuk ke dalam kamarnya, mencampakkan tasnya ke atas tempat tidurnya dan berbaring lelah mengingat kejadian di sekolah tentang kebohongan yang dikatakannya kepada Alvito. Tak berapa lama ia bangkit dari tempat tidurnya, keluar dari kamarnya menuju dapur dan mengambil minum untuk melegakan pikirannya.
Ibunya yang melihatnya masih mengenakan pakaian sekolah langsung menyuruh anak perempuan semata wayangnya untuk menggantinya, Alana pun menuju kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya.

    Terdengar suara mobil Ayahnya dari dalam kamarnya, Alana pun langsung keluar kamarnya menuju ke pintu rumah dan membukanya dengan wajah yang murung."Ayah ..." Seru Alana dengan merundukkan wajahnya dengan suara yang pelan. Sambil berjalan duduk di sofa Ayahnya menjawab."Ada apa Lan?"

"Yah aku mau kuliah di UI aja."

"Lan Ayah kan udah bilang kalau kita nanti akan pindah ke Malang."

"Tapi Yah Lana kan bisa hidup mandiri disini."

Ibunya Alana pun berkata kepada Alana."Lan bukannya Ayah dan Ibu gak ngizinin kamu kuliah di UI, tapi keadaannya emang udah begini Lan."

"Ayah dan Ibu sayang sekali kepada Alana, Ayah, Ibu gak bisa Lan lihat Alana disini sendiri, jauh dari Lana."

Perlahan Alana meneteskan air matanya, lalu berlari menuju ke kamarnya.

"Lan, Alana." Seru Ayahnya langsung berdiri dari sofa itu.

"Biarkan Alana tenang dulu yah." Ayah dan Ibunya pun membiarkan Alana menenangkan dirinya.

***

   Alvito yang bengong melihat langit malam di jendela kamarnya sambil mendengarkan lagu sampai-sampai tak sadar Riski datang ke rumahnya dan masuk ke dalam kamarnya. Riski yang melihat Alvito lagi bengong menarik earphone Alvito. Alvito pun sedikit terkejut."Elah bro gitu aja terkejut." Ujar Riski, "Lo macam maling aja masuk gak ketuk pintu dulu.", "Gue dari tadi ketuk tuh pintu Lo nya aja sih kek orang galau aja dengerin lagu natap langit To To napa lagi sih bro?" Kata Riski sambil tertawa kecil."Cuma dengerin lagu doang Ris.","Lo ngapain kesini?", "Njir parah Lo, emang gak boleh.", "Baper lo." Kata Alvito melemparkan buku fisikanya ke muka Riski dan keluar dari kamarnya menuju halaman samping rumahnya tempat biasa Alvito dan teman-temannya nongkrong."Jadi Lo mau ambil dimana Ris, lulus juga Lo ya ternyata." Ujar Alvito. Seperti biasa kalo Alvito kedatangan temannya, Mamanya bakal siapin minuman."Kenapa gak panggil Vito ma biar Vito yang bawa.", "Kamunya gak dengar To." Ucap Mamanya. "Pake earphone terus, gue udah lama disini setengah jam yang lalu.", "Lah.", "Yaudah dimakan tuh, Tante mau ke dalam dulu.", "Ok Tan."

   Tiba-tiba adiknya Alvito datang menghampiri mereka berdua, mengatakan bahwa ada temannya datang tapi tak pernah sebelumnya Hanna melihatnya."Lah siapa Hann?", "Dibilangin juga ga pernah lihat, dia cuma bilang temannya Alvito." Alvito pun langsung menuju ruang tamu untuk melihat siapa sebenarnya yang datang.

   "Naufal?" Panggil Alvito yang telah sampai di ruang tamu. Alvito terkejut melihat Naufal datang ke rumahnya entah ada urusan apa lagi Naufal menemuinya."Hm gini To, gue mau nanya sesuatu sama Lo." Alvito pun mengajak Naufal ke halaman samping rumahnya."Loh Fal, tumben kesini." Ucap Riski sambil memakan snack yang diberikan Mamanya Alvito tadi."Iya ris.", "Mau nanya apa fal?"

"Beberapa Minggu yang lalu gue sempat ke rumah Alana, malam itu gue sempat dengar Alana debat dengan Ayahnya masalah dia kuliah."

"Maksud Lo?" Tanya Alvito kebingungan.

"Maaf gue tadi gak sengaja dengar percakapan Lo sama Alana di kantin, dia bilang sama Lo kalo dia mau ambil di UI, tapi nyatanya dia akan ambil di UB To. Alana nantinya akan pindah ke Malang karena Ayahnya pindah tempat kerja, Alana udah berusaha buat bujuk Ayahnya tapi alhasil Alana tak bisa membantah perkataan Ayahnya. Mungkin itu yang buat dia bengong tadi To."

"Kenapa Alana gak cerita ke gue?"

"Mungkin dia takut To." Jawab Naufal.

"Gue tau Lo sayang banget sama Alana makanya gue kasih tau semua ini ke Lo, gue juga mau bilang tolong jagain Alana nantinya, mungkin Lo adalah laki-laki yang tepat buat ngelindungi dia To."

"Maksud perkataan Lo?"

"Mungkin kalo gue ngomong tentang keadaan gue bakal gak ada yang percaya." Seketika suasana menjadi lebih menegangkan.

"Gue kena penyakit prankeas dan umur gue udah gak panjang lagi." Alvito dan Riski tercengang mendengar perkataan Naufal. Riski yang sedang mengunyah makanan terhenti sejenak.

"Gue kesini juga mau minta maaf To atas kejadian yang dulu."

"Gue maafin Fal."

"Gue juga mau minta satu permintaan kepada Lo To, karena umur gue udah gak panjang lagi, gue bolehkan buat saat ini dekat dengan Alana? Gue ingin menghabiskan sisa hidupku bersamanya. Tapi aku mohon jangan beritahu Alana dan yang lainnnya mengenai penyakitku ini."

Alvito bingung ia harus mengizinkannya atau tidak, Alvito sempat terpikir akan cerita penyakit Naufal yang katanya umurnya bakal gak panjang lagi. Mungkin hatinya sedikit tersentuh hingga ia mengizinkan permintaan dari Naufal.

"Makasih banyak To, untuk masalah kuliah tadi aku harap kalian bisa nyelesaikannya, gue cabut dulu ya."

Naufal pun beranjak pergi dari rumah Alvito."Gila bro gue gak habis pikir kalo Naufal ada penyakit." Kata Riski.
"Yah namanya hidup, mungkin masih banyak lagi kejadian yang belum kita ketahui bisa saja Lo besok mati." Ucap Alvito sambil tertawa."Kampret Lo."

   Alvito tiba-tiba terdiam lagi memikirkan masalah Alana yang akan pindah ke Malang."Napa lagi To? Baru juga ketawa udah galau lagi.", "Masalah Alana Ris.", "Hm ... Kalo menurut gue ya To jangan gara-gara cinta kampus yang ingin Lo masuki jadi sirna, bukankah kalian bisa LDR-an? Dan kalaupun kalian emang jodoh pastinya cinta kalian akan terus berjalan." Ujar Riski.

Bersambung ...


21 MEI 2020






ALANA & ALVITO [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang