●_●
"STOP!"
____________________Setelah pengayaan selama enam bulan terakhir ini, akhirnya Ujian Nasional hanya tinggal hitung hari. Isya dan Zaid yang akan melaksanakan ujian tentunya sedang menyiapkan senjata dengan matang-matang. Seperti malam ini, Zaid dan Isya terlihat fokus dengan buku masing-masing.
Zaid yang duduk di sofa sedangkan Isya duduk di bawah sambil bersender di sofa tak jauh dari Zaid.
Isya melambai-lambaikan tangannya di depan mulut saat menguap, matanya sudah mulai lelah melihat huruf-huruf yang terususun dengan sangat rapi di buku. Isya menutup buku dengan perlahan lalu berjalan menuju kasur.
Entah hanya iseng atau gerak refleks, Isya membuka laci meja di samping kasur lalu ia menemukan susunan belasan kotak susu di sana. Dan bagusnya, ia mengenali merek susu ini, karena –dulu– setiap hari Zaid selalu memberinya sekotak susu. Diam-diam Isya tersenyum senang.
Tiba-tiba tubuh Zaid sudah berada di depan Isya, memberi jarak antara Isya dengan belasan susu kotak itu.
"Za, minta satu"
Zaid gelagapan, hampir tidak tahu harus buat apa. "Jangan yang ini"
"Maksudku yang ini" Isya perlahan mengangkat tangannya, ada sekotak susu vanila di sana.
Zaid panik dan langsung ingin mengambil sekotak susu itu jika saja Isya tidak menyembunyikan susu itu di balik tubuhnya. Dan tentu saja, Zaid tidak tinggal diam. Tangan panjang Zaid menjulur ke belakang Isya, mencari-cari keberadaan susu kotak itu.
Karena geli dan tidak nyaman dengan keberadaan tangan Zaid di belakang tubuhnya, Isya hanya mengikuti instingnya yang menyuruhnya untuk menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.
"Za, Stop! Geli Za! Zaid! Geli!" satu tangan Isya keluar untuk menghentikan tangan Zaid yang tidak mau berhenti.
Mata Isya melotot menatap Zaid tajam begitu pula dengan Zaid yang balik menatapnya. Tangan kiri Zaid yang sudah berhasil meraih pergelangan tangan Isya yang berada di bawah tubuh gadis itu langsung menarik tangan Isya, namun sayang, ternyata Isya meninggalkan susu kotaknya tetap di bawah tubuh.
Zaid kurang suka posisi ini, saat tubuhnya mengurung Isya di bawahnya, sangat kurang menyenangkan. Karena itu, Zaid yang sudah mengambil alih kedua tangan Isya langsung bangkit berdiri, sambil memeluk gadis itu. Setelahnya Zaid bisa melihat susu kotak yang tadi di tindih oleh tubuh Isya.
Isya pasrah saja, walau sebenarnya ia tidak rela Zaid yang menang dalam pergulatan mereka kali ini.
Zaid menjulurkan tangannya hendak mengambil susu kotak, tapi karena tidak sampai, ia sedikit membungkukkan tubuhnya sampai hampir membuat Isya jatuh kalau saja tangan Zaid lainnya tidak menahan pinggang gadis itu.
Isya memukul dada Zaid dengan kerasa saat Zaid berhasil mendapatkan susu kotaknya. "Ada apa dengan susu ini? Padahal hanya minta satu juga"
Masalah bukan ada pada susunya tapi ada pada tulisan di bungkus kotak susu. Tulisan itu, kenapa juga Zaid menulis itu.
Sebelum Isya memukulnya lagi, Zaid mengambil sekotak susu lainnya dari laci dan memberikannya pada Isya. "Yang ini boleh, yang ini nggak boleh"
●_●
Entah kapan ini bermula tapi Isya cukup sadar saat menyadari kalau apa yang mereka lakukan saat ini adalah sabuah kesalahan. Jujur, Isya tidak ingin berhenti tapi ia harus berhenti.
"STOP!" Isya menghentikan tangan kanan Zaid yang hendak masuk di balik piyama tidurnya, mata Isya langsung menatap mata Zaid yang tampak terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause We Young
RomanceApa yang terjadi, jika Isya yang tak pernah dekat dengan laki-laki selain Abang-abangnya, tiba-tiba di paksa menikah dengan laki-laki yang ternyata adalah teman sekolahnya? "Ayah ngaco?" Ayahnya menggeleng pelan. "Bercanda?" Ayah kembali menggeleng...