12
Malam semakin larut, bahkan pagi hampir menjelang. Di istana emas, Meihua yang telah tertidur beralaskan lengan suaminya mulai membuka mata.
Hal pertama yang dilihatnya adalah seraut wajah tampan, dengan hidung mancung dan rahang yang kokoh. Alis mata yang hitam, bulu mata yang panjang menaungi kelopak mata yang biasa menyorot tajam.
Untuk sejenak, Meihua merasa pipinya memerah mengingat apa yang telah mereka lakukan."Permaisuri, kau bangun?" Suara berat kaisar Tian yi mengagetkan Meihua.
"Ya...yang mulia. Hamba terbangun belum lama. Menurut Baginda apakah sekarang terlalu larut untuk makan malam?"
"Ternyata permaisuri lapar hemm? Bangunlah akan Zhen suruh dayang menyiapkan makan malam kita."
.
.
.
Ketika makan malam telah dihidangkan, Meihua dengan telaten mengambilkan mangkuk nasi dan lauk untuk kaisar, kemudian untuk dirinya sendiri."Yang mulia, seharusnya Anda berkunjung ke istana Giok dan istana Mutiara untuk memberi muka pada kedua selir," Meihua membuka percakapan.
"Begitukah? Permaisuri sungguhan dengan kata-kata itu?"
"Tentu saja sungguh-sungguh yang mulia. Adik Ming dan adik Hong pasti menunggu Anda sejak sore. Siapa yang tahu apakah mereka telah istirahat atau belum karena menunggu yang mulia."
"Zhen telah mengutus kasim untuk mengabari mereka. Kenapa permaisuri tenang sekali? Tidakkah permaisuri merasa cemburu?"
"Hamba adalah permaisuri, rasanya tidak pantas untuk cemburu tentang hal-hal yang sudah menjadi takdir."
Setelah itu tidak ada obrolan lagi di antara mereka. Kaisar hanya memilih diam, pandangan mata yang sebelumnya menatap Meihua dengan hangat itu kembali dingin.
Suasana menjadi canggung, hingga kasim Kang datang memberitahu agenda untuk kaisar sepanjang hari ini. Setelah memakai jubah kebesarannya yang bersulam naga dengan benang emas, kaisar meninggalkan kediamannya.
.
.
.
.
"Yang mulia permaisuri datang, selir Hong dan selir Ming datang," seorang kasim di istana ibu suri berseru lantang."Hamba, Meihua menghadap ibu suri, semoga ibu suri damai selalu."
"Hamba Hongmei, memberi salam pada ibu suri. Semoga bahagia selalu."
"Hamba, Mingfen memberi salam pada ibu suri, semoga ibu suri sehat selalu."
"Kalian semua bangunlah!"
"Terimakasih ibu suri."
"Permaisuri, kemarilah duduk di sebelahku!"
"Baik ibu suri." Seorang pelayan membawakan kursi dan meletakkannya di sebelah kursi ibu suri.
"Katakan, apakah kau merawat kaisar dengan baik? Kulihat akhir-akhir ini raut wajah kaisar sangat bahagia sekali. Ini pasti berkatmu."
"Yang mulia ibu suri terlalu memuji hamba. Tentu saja karena ada dua adik-adik yang begitu cantik telah menjadi selir yang mulia kaisar," Meihua merendah.
"Ah ternyata begitu. Selir Hong dan selir Ming memang cantik dan anggun. Suatu keberuntungan bagi kerajaan Wu kita."
"Terimakasih atas pujian ibu suri,"selir Hong menyahuti.
"Terimakasih atas pujian ibu suri, Mingfen tidak ada apa-apanya dibandingkan kakak-kakak sekalian," giliran selir Ming yang merendah.
"Sudahlah. Kalian adalah istri dari seorang kaisar. Lakukan yang terbaik untuk menyenangkan hati suami kalian dan berikan keturunan untuk kerajaan kita. Terutama kau permaisuri, lahirkan anak laki-laki yang sehat agar ia menjadi putra mahkota," ucapan ibu suri membuat pipi Meihua merona.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Empress from the Future (END)
FantasyHighest Rank on Wattpad: #1 - Empress (25/11/2020) #2 - Empress (27/11/2020) Bai Meihua terjebak di dunia yang sama sekali asing baginya. Ketika ia melarikan diri dari kejaran anak buah Tuan Choi yang berniat menjadikannya istri. Saat ia terdesak di...