Kelahiran Putra Mahkota

11.2K 795 36
                                    

22


Selama sebulan istana berkabung, dimanapun memandang semuanya bernuansa putih. Ibu suri yang berada di kuil telah dikabari perihal 'kematian' selir Ming. Wanita tua itu meneteskan air mata kesedihan. Akhir-akhir ini kesehatannya memburuk dan terus seperti itu. Bermula dari kabar yang diterimanya tentang pemberontakan Kang Libo, dan 'kematian' selir Ming.

Beruntung, kabar kehamilan permaisuri membuatnya tetap bertahan. Kabar baik itu memberikan suntikan semangat baru untuk ibu suri. Setiap harinya, ibu suri memanjatkan doa-doa kepada penguasa surga. Meminta agar berkah diturunkan pada anak cucunya dan kerajaan Wu.

*

*

*

*

*

Akhirnya masa berkabung selesai, istana menggeliat seolah naga yang sedang bangun dari tidurnya. Warna-warna cerah terlihat di sana-sini. Para pelayan tersenyum manis, semanis warna gaun yang mereka pakai. Di istana emas, Meihua yang sedang duduk melamun seorang diri merasa sangat kesepian. Tidak berapa lama, seorang dayang yang biasanya bertugas di aula utama istana memohon untuk menghadap.

"Yang mulia permaisuri diminta oleh Baginda kaisar agar hadir di pertemuan hari ini."

Dengan berbekal tanda tanya besar dalam benaknya, Meihua mengikuti pelayan itu ke aula utama. Serombongan dayang dan kasim mengikutinya. Setiap prajurit yang dilewatinya membungkuk hormat.

"Permaisuri telah tiba," seruan kasim penjaga pintu memecah keheningan di aula utama.
Para pejabat dan menteri yang baru saja dilantik oleh kaisar serentak memberikan penghormatan.
"Salam hormat kami pada yang mulia permaisuri, semoga panjang umur hingga ribuan tahun."

"Bangunlah kalian!"

"Salam hormat pada yang mulia kaisar. Ada hal apakah paduka memanggil hamba?" Walaupun terhadap suaminya, Meihua tetap memberi hormat.

"Duduklah disamping Zhen, permaisuri."

Dengan hati-hati Meihua meniti undakan didepan takhta kaisar, dan duduk disampingnya.

Kaisar pun berdiri. "Para pejabat dan menteri ku yang setia, hari ini adalah hari yang bahagia. Pemberontakan telah berhasil ditumpas hingga ke akarnya. Dalam perang melawan pemberontak tentu kalian tahu bahwa permaisuri telah menyelamatkan nyawa Zhen. Permaisuri tidak ragu untuk berkorban nyawa bahkan saat ia tengah mengandung. Oleh karena itu Zhen menganugerahi permaisuri Meihua dengan gelar Bao-yu."
(Bao-yu berarti permata yang berharga)

Mendengar hal itu, para pejabat dan menteri membungkuk hormat. "Selamat kepada yang mulia permaisuri."

Meihua sendiri merasa kaget dengan keputusan kaisar yang memberinya gelar Bao-yu. Permata yang berharga? Bukankah itu berarti kaisar menganggapnya berharga seperti permata yang berharga. Ahh rasanya ia ingin terbang hingga ke langit.

"Terimakasih atas kemurahan hati Kaisar, sudah kewajiban hamba dan setiap bawahan paduka untuk rela berkorban nyawa demi paduka," ucap Meihua merendah.

"Duduklah permaisuri, Zhen memberimu gelar Bao-yu dengan tulus."

Meihua tersenyum. Hatinya menghangat melihat kelembutan terpancar dari mata kaisar untuknya. Berbeda saat pertama kali mereka bertemu, saat itu seolah pandangan matanya bisa membekukan tubuh.
Ketika akhirnya pertemuan dibubarkan, kaisar Tian yi dan permaisuri masih tinggal di aula utama. Mereka berpelukan, saling menguatkan satu sama lain.
Mereka sadar betapa sepinya istana saat ini, betapa terlalu besarnya istana hanya untuk mereka berdua.

#

#

#

#

Bulan berganti, tiba saatnya permaisuri untuk melahirkan. Hari itu istana emas sekali lagi begitu ramai, para pelayan kembali berlarian. Mengambil air hangat, mempersiapkan semua hal yang dibutuhkan untuk persalinan. Di dalam peraduan telah dipasang tirai melingkari ranjang, beberapa dayang senior yang mengerti persalinan berada di sana. Para tabib berjaga di luar tirai, memberi arahan pada para dayang.

Li Mei dengan setia duduk disamping kepala tempat tidur, menemani Meihua dan menyeka peluh di wajah permaisuri. Nyonya besar Lianhua datang dengan terburu-buru, bersama dengan jenderal Li Hao.

Di aula istana emas, kaisar tegak mematung. Terlalu bingung untuk melakukan apa, Kasim Kang berulangkali menasehati kaisar untuk tenang dan duduk saja menunggu. Namun, kaisar Tian yi nyatanya tidak bisa tenang satu detik pun.

Dengan peluh yang terus menetes, Meihua berjuang untuk membawa anaknya keluar melihat dunia. Tak ada raungan tangis dan teriakan keluar darinya. Hanya terkadang gumam kesakitan keluar dari bibirnya. Sungguh permaisuri yang tangguh.

Tak berapa lama, suara tangisan bayi yang lantang terdengar hingga ke aula. Kaisar buru-buru merangsek masuk untuk melihat keadaan permaisuri, di pintu masuk kaisar hampir saja bertabrakan dengan salah satu tabib yang berniat mengabarkan bahwa persalinan telah selesai.
Para dayang dan tabib yang berada di sana berlutut untuk memberi hormat dan ucapan selamat.

"Hormat kami untuk paduka kaisar, selamat atas kelahiran pangeran kecil."

"Selamat kepada paduka kaisar, permaisuri telah berhasil dengan selamat melahirkan seorang pangeran, izinkan hamba untuk membersihkan pangeran kecil," ucap seorang dayang.

Terukir senyum di wajah yang biasa terlihat dingin itu. Ditengoknya ranjang yang masih tertutup tirai. Kepalanya mengangguk memberikan persetujuan. Di ranjang, Meihua tengah dibersihkan dan berganti pakaian.

Seorang dayang menggendong pangeran kecil dengan hati-hati, dan membawanya untuk bertemu kaisar serta permaisuri. Kaisar menyambut bayi kecil itu dengan senyum yang terus terukir. Dipandanginya wajah mungil itu, rambut hitam sekelam malam,wajah yang putih kemerahan, mata yang terpejam, hidung yang mancung, pipi yang gembil dan bibir merah yang masih begitu mungil. Pangeran kecil yang sempurna.

Meihua tersenyum melihat ekspresi takjub suaminya. Ia sungguh bahagia bisa melahirkan dengan selamat seorang pangeran.
"Anda bahagia paduka?"tanya Meihua pelan.

"Sangat bahagia, Bao-yu. Terimakasih telah memberikan Zhen seorang putra yang sempurna,"ucap kaisar.

"Apakah paduka akan memberinya nama sekarang?"
Sejenak kaisar berpikir, lalu seulas senyum terukir lagi di bibirnya.
"Ya, Zhen akan umumkan besok kepada seluruh rakyat. Namanya Wu Tian Zhi. Artinya bayi laki-laki yang mulia dan berasal dari surga."

Mereka tersenyum penuh bahagia, Meihua memeluk suami dan putranya dengan lembut. Kini tak akan ada lagi penderitaan yang menghampiri mereka.



Double up ini 😊😊 karena besok saya tidak tahu bisa up atau tidak.
Setelah ini ada epilog ya. Jadi perjalanan Meihua tamat, gapapa kan??? 😂😂 Mohon jangan timpuk saya
Dadaaahhhh
*Authorkabuurrrrr*

My Empress from the Future (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang