Epilog

13.1K 808 41
                                    


22

Lima tahun kemudian.
Istana kekaisaran Wu.

Pangeran Tian Zhi tumbuh dengan sehat dan menjadi seorang pangeran kecil yang tampan, walaupun umurnya baru menginjak lima tahun. Wajahnya persis seperti sang ayah waktu kecil, kaisar Tian yi. Namun, sifat dan perilakunya seperti sang ibu, permaisuri Meihua.
Putri Mei Lian juga telah berumur enam tahun, wajahnya cantik, dan bersyukurnya sifat-sifat sang ibu yang licik tidak menurun padanya.
Mei Lian atau putri pertama dan pangeran kedua atau Tian Zhi tumbuh dalam didikan Meihua. Kasih sayang yang dicurahkan untuk keduanya sama besar. Walaupun Mei Lian bukan putri kandungnya, Meihua tetap menyayangi dan memperhatikan anak itu.

"Kakak Mei, adik kecil menangis," adu Tian Zhi pada Mei Lian.
Adik kecil yang dimaksud adalah Wu Fang Hua, bayi kecil yang baru berusia dua tahun.

"Zhi, kau apakan adik kecil?" Mei Lian menghampiri dengan raut wajah cemas. "Kasihan ibunda harus menggendong adik kecil, ibunda kan sedang hamil besar."

Ya, kini Meihua tengah hamil yang ketiga kalinya. Posisinya sebagai istri tunggal kaisar menuntutnya untuk mempunyai anak lebih dari satu -Kaisar sama sekali tidak mau mengambil selir yang lain lagi- Namun, dia sama sekali tidak pernah mengeluh. Baginya, Tian menitipkan anak padanya, sebagai ujian untuknya agar masuk surga.

Seorang dayang masuk dan menenangkan Fang Hua, tidak berapa lama bayi kecil itu tertidur lagi. Mei Lian dan Tian Zhi menghela nafas lega. Dengan pelan, keduanya keluar dari kamar sang adik.

Keduanya berjalan ke gazebo, dan duduk di sana memperhatikan kolam kecil yang penuh ikan.

"Zhi, kenapa kau tidak masuk ke sekolah istana hari ini?"tanya Mei Lian lembut.

"Malas, disana sangat berisik. Berbeda dengan disini, sungguh tenang,"sungut Tian Zhi.

"Kau itu calon putra mahkota, kalau kau terus-menerus malas, saat ada pangeran lahir lainnya, gelar putra mahkota pasti diberikan padanya."

"Aku tidak terlalu peduli dengan takhta. Yang terpenting adalah ayahanda kaisar dan ibunda permaisuri serta kakak Mei Lian dan adik Fang Hua selalu bahagia bersamaku."

Mei Lian tersenyum. "Kakak bangga padamu, Zhi."
Tian Zhi kecil hanya tersenyum polos.
*
*
*
*
Setelah Wu Fang Hua, permaisuri melahirkan lagi seorang pangeran dan diberi nama Wu Tian Yu. Istana kekaisaran yang dulunya sepi kini bertambah ramai. Tahun demi tahun terlewati dengan damai dan tenteram. Kaisar Tian yi membawa kekaisaran Wu ke masa kejayaannya. Rakyat hidup berkecukupan, seluruh negara dalam keadaan aman. Kerjasama dengan Wen juga terjalin dengan baik.

Bicara tentang Wen, tentu teringat ChinSuo yang kini menjadi istri Hao Chen. Beberapa waktu yang lalu, ChinSuo melahirkan bayi kembar. Li Qian Feng dan Li Qiao Feng. Kini keluarga kecil mereka sangat bahagia.

*

*

*

*

"Bao-yu adakah yang kau pikirkan?"tanya kaisar Tian yi saat menemukan Meihua tengah melamun.

"Paduka, hamba teringat adik Mingfen."

"Jangan terlalu dipikirkan, Mingfen sendiri yang memilih jalan seperti itu. Mungkin sekarang mereka juga tengah berbahagia dengan anak-anak mereka."

"Ya paduka. Semoga saja."

Mingfen memang tidak pernah mengirim surat walaupun Meihua telah berpesan. Pernah saat ia tengah hamil besar, Meihua mengirim seseorang untuk mengunjungi desa Yinghua, namun ternyata Mingfen tidak ada di sana.

Adik Ming, semoga Tian selalu melindungi mu dan memberikan kehidupan yang bahagia untukmu.

.
.
.
.
.
Wu Tian Zhi dinobatkan sebagai putra mahkota saat umurnya menginjak sembilan tahun. Seluruh negeri bersuka cita, apalagi dengan bertambahnya seorang putri kecil di istana, Wu Tian Ba.

Dengan lima orang anak yang diasuhnya bersama para dayang, Meihua merasa hari-harinya tidak pernah lagi kesepian. Bahkan, ia melupakan keinginannya untuk kembali ke masa depan. Biarlah, Tian yang mengatur semuanya.
Bunga Meihua tahun itu berbunga lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Seolah mengiringi kebahagian yang terasa di dalam tembok istana.

End



Akhirnya end juga. Setelah ini mungkin author belum bisa up cerita baru. Hari raya idul Fitri tinggal seminggu lagi, jadi author sibuk bantuin emak mertua bikin kue-kue 😁😁

Terimakasih atas semua vote dan komentar yang menyemangati saya. Maafkan tidak bisa balas komentar kalian satu persatu. Tapi saya selalu baca semuanya.

Terakhir mohon maaf lahir dan batin ya, author cuma manusia biasa yang punya segudang kesalahan 🙏🙏🙏🙏 dadaaahhhh


My Empress from the Future (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang