"And then?"

15 5 0
                                    

"Katakan apa yang kamu rasakan, sekalipun itu mengecewakan. Karena jika dipendam itu akan melukaimu."

Tapi apa? Kau pun tidak tahu apa selanjutnya, bukan?

Kau tidak tahu kapan kebodohan yang dilakukan orang lain kelak akan bertamu denganmu. Karena sangat tidak mungkin jika seseorang tidak pernah menaruh perasaan kepada orang lain.

Dikemudian hari, seseorang itu datang. Kau merasa risih, terganggu, dan apapun itu alasannya yang membuatmu membencinya.

Tapi apa setelahnya? Semakin hari percakapan terasa nyaman. Pertemuan rasanya terlalu cepat untuk berlalu. Kau relakan waktumu sekedar menanyakan sedang apa dia di seberang sana.

Semakin hari kalian semakin dekat. Dihatimu muncul sebuah getaran hebat saat ada di dekatnya. "Apakah aku menyukainya?" Ucapmu membatin, tapi anggapan itu langsung kau tepis jauh. Alasannya karena, pertama "Itu tidak mungkin," kedua, "Dia tidak mungkin menyukaiku," ketiga, "Ini terlalu cepat," dan semua kau sebut satu persatu alasan yang mendukung ke kwatiran itu.

Dan pada akhirnya kau memendamnya. Yang kau lakukan hanya diam. Mengaguminya dalam diam. Mencintainya dalam diam. Bahkan menginginkannya dalam diam.

Terkadang terbesit pikiran bahwa dia memang menyukai dirimu. Karena apa yang dia lakukan dan katakan seakan memberikan harapan dihatimu. Tapi tetap saja kau hanya diam tanpa kata.

Di waktumu yang diam tanpa kata, kau tetap mengharapkannya. Banyak waktu yang kalian habiskan bersama. Banyak yang berkata kalian cocok jika jadi pasangan. Kau hanya diam dan membalas dengan senyuman. Namun di dalam hatimu, "Ya kami memang cocok."

Ejekan-ejekan itu membuatmu tersenyum membayangkan betapa bahagianya jika memang benar itu terjadi. Menjadi sebuah pasangan, "Wah betapa uwunya kami," katamu.

Namun tetap saja, bagianmu hanya menunggu. Terlalu takut memulai. Belum siap kecewa.

Menunggu. Menunggu. Menunggu.

Itu hobimu sekarang. Lalu apa?

🖤🖤🖤

Siklus RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang