Tersedia kaca untuk sadar.
Tersedia hati untuk bersabar.Kali ini kau melalui hari-hari berat. Mencoba terbiasa tanpa sapaannya. Mencoba baik-baik saja untuk hatimu. Seolah semalam bukan kau yang sedang menangis. Bukan kau yang tersedu-sedu menahan perih hati. Bukan kau yang berlarut-larut dalam tangismu.
Kau mencoba mencari seribu kesibukan, tetapi selalu ada satu cara yang membuatmu gagal. Otakmu mengingat dia lagi. Disaat mencoba melupakannya, tanganmu nakal memegang ponselmu. Kau baca kembali percakapan-percakapanmu dulu.
"Lihat betapa serunya kita dulu," katamu membatin. Namun, di percakapan terakhir, hatimu tergores lagi. Matamu mulai sembab lagi. Lagi, lagi, dan lagi. Apa kau tidak bosan?
Tolong jangan sia-siakan waktu untuk menangisi manusia itu.
Tidak bosankah kau mendengarkan lirik-lirik patah? Tidak bosankah kau men-scrool percakapan yang akhirnya itu-itu saja? Tidak bosankah kau menatap sosok di foto yang kau genggam itu?
Memang tidak bisa lari dari rasa itu. Tapi kau bisa pergi dari rasa itu. Jangan bersembunyi di dalam rasa itu, dia tidak akan mencarimu.
Berhentilah menikmati rasa pedih itu sendirian. Sebab kebahagiaan itu pilihan. Jika rasa itu malah menyakitimu, tinggalkan. Lupakan. Sebab kebahagiaan itu pilihan. Apapun yang membuatmu sedih tinggalkan. Apapun yang membahagiakan mu pertahankan.
Oh ayolah. Mahluk bumi beribu-ribu orang. Jangan bertahan pada satu titik yang melemahkanmu.
Kau pasti bisa bangkit, hai hati yang patah. Pasti bisa.
🖤🖤🖤
Tinggalin jejak dong✌️
KAMU SEDANG MEMBACA
Siklus Rasa
Teen FictionYang awalnya cerita hidup hanya soal pertemanan, kesenangan, jalan-jalan. Lalu kemudian tiba di siklus rasa. Why? Jawabannya karena itu sudah bagian dari hukum kehidupan. Tidak bisa dihindari ataupun ditentukan. Ini tentangmu. Untukmu. Yang pernah a...