Bismillahirrahmanirrahim
Ternyata cuma diriku yang mencintai dirimu sedalam ini, dan kamu?
ᵒDi dalam doaᵒ
Di dalam mobil ketika perjalanan pulang, Amar dan Sasa duduk bersama dibelakang. Seperti patung yang duduk di mobil, mereka berdua sama sekali tidak ada yang mau untuk memulai pembicaraan terlebih dulu. Hingga pak sopir menanyakan yang sama sekali tidak diharapkan jawabannya oleh Sasa.
"Itu pacar mas ya?, kok di diemin toh mas kasihan loh." Tanya Pak Andi-- sopir Amar, yang mampu membuat pipi Sasa kemerah-merahan. Dan pertanyaan itu cukup membuat otot-ototnya kaku dan keringat dingin mulai bercucuran.
"Bukan." Jawaban Amar cukup singkat dan padat. Sampai-sampai Sasa menoleh ke Amar tanpa ia sadari. Hitungan ke satu...dua...dan... tiga mata mereka saling tatap dengan kebingiungan dan membuat Sasa langsung menundukkan pandangannya.
'Apa yang dijawab sama Amar itu bener gaada salahnya kalo Amar jawab kayak gitu ke sopirnya. Lagian aku ini kan cuma temennya Amar nggak lebih. Batin Sasa.
"Owalah kirain pacarnya mas, soalnya pantes sih." Lagi-lagi pertanyaan Pak Andi itu membuat pipi Sasa merah merona.
"Bapak fokus aja ke jalan, nggak usah tanya-tanya nggak jelas kayak gitu. Saya itu nggak suka kalo tanyanya kayak gitu." Jawab Amar dengan sedikit nada tinggi.
"Iya mas, maaf." Pinta Pak Andi dengan sedikit menyesal karena telah menanyakan pernyataan tidak jelas itu ke Amar.
"Ya"
🍁🍁🍁
Setelah menempuh waktu kurang lebih dua puluh menitan, akhirnya Sasa dan Amar turun dari mobil dan masuk ke rumah yang sederhana tapi sangat mewah. Bagaikan istana putih yang sangat megah, itulah yang Sasa liat saat pertama kali datang ke rumah Amar.
Ya, rumah amar memang sangat megah bak istana putih. Rumahnya berada di perumahan arum indah. Di perumahan itu, mungkin rumahnya lah yang paling sederhana tapi sangat mewah. Halaman rumahnya saja ada taman mini dan gazebo yang sangat indah.
"Ini rumah kamu?" Tanya Sasa sambil melihat pemandangan di sekililing rumah Amar. Mungkin tingkahnya seperti orang yang pertama kali memasuki rumah seindah ini, ya emang pertama kali sih.
"Iya ini rumah saya, mari masuk. Kamu duduk dulu di sini saya mau ganti baju dulu." Kata Amar sambil mempersilahkan Sasa duduk "Bi, tolong siapin minuman sama makanan ringan buat temen saya" lanjut Amar sambil berjalan menuju ke dalam.
"Iya." Jawab Sasa dengan singkat sambil duduk di sofa yang sangat empuk. Bahkan keempukan sofa itu tidak pernah ia rasakan.
Sasa melihat sekeliling tembok di dekat sofa, disana ada beberapa lukisan abstrak yang mungkin harganya tidak mampu untuk ia beli. Di tembok itu juga terpajang foto masa kecil Amar memakai pakaian seperti orang naik haji, mungkin itu ketika ia manasik haji.
Setelah beberapa menit wanita paruh baya datang membawakan nampan berisi minuman dan camilan. Ya, dia ART di rumah Amar.
Mbok Siti--ART, menyodorkan makanan itu kepada Sasa "Diminum non, jangan lupa dihabisin ya." Pinta Mbok Siti sambil tersenyum manis.
"Iya Mbok, terimakasih."Jawab Sasa diakhiri dengan senyuman.
Ketika Sasa akan meminum minuman yang telah Mbok Siti buatkan. Wanita paruh baya yang masih kelihatan muda dan cantik datang ke arahku dan duduk di sebelahku. Ternyata wanita itu adalah ibunya Amar. Ibu amar bertanya sedikit tentang kehidupanku sehari-hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di dalam doa
SpiritualDi dalam doa, semua keluh kesah, semua keinginan kita utarakan lewat doa. Begitu juga doa yang dapat mengubah takdir seseorang. Seorang perempuan yang hidup bersama ibunya dengan keadaan ekonomi yang tak tercukupi. Dia berharap, segala doa bisa meru...