Bab 6 - Diam

40 10 0
                                    

Bismillah

Tidak semua yang ada di hati harus  diungkapkan, karena terkadang diam itu lebih indah.

ᵒDi dalam doaᵒ

Di pagi hari ini adalah penentuan siapa dan lomba apa yang diikuti. Sasa sangat takut jika ia tidak mengikuti lomba CCAI, karena yang dia sanggupi hanyalah pelajaran tentang agama. Tetapi beruntunglah takdir memihaknya, alhasil ia diikutkan lomba CCAI untuk mewakili kelasnya.

“Pagi anak-anak, hari ini ibu akan memberi hasil seleksi lomba yang kalian pilih. Tetapi kemarin ibu kebingungan ada satu anak yang tidak masuk, apa benar ada satu anak yang tidak masuk?” Tanya Bu Dewi membuat Nasya bergegas menjawabnya. Ya, karena Nasya bertugas sebagai pengabsen.

“Iya Bu, kemarin Amar tidak masuk. Ya kan Mar?” Nasya menjawab pertanyaan Bu Dewi sekaligus bertanya kepada Amar untuk memastikannya.

“Iya Bu kemarin saya tidak masuk karena ada acara keluarga.” Jawab Amar.

‘Acara keluarga? Padahal dia jarang loh nggak masuk, tapi alesannya masuk akal sih. Tapi masa iya urusan keluarga beneran, batin Nasya.

Sebenarnya Amar tidak masuk bukan karena dia ada acara keluarga, melainkan dia harus menjaga ibunya di rumah sakit.

Hari ini, Amar terpaksa untuk masuk sekolah. Tetapi karena ia dibujuk oleh ibunya, apa boleh buat. Kali ini, Amar harus bisa menjaga ucapan dan tingkah nya. Karena sekecil apapun kecerobohan Amar dapat membuat ibunya syok atau bahkan sakit jantungnya akan kumat.

Alhasil, membuat Amar masuk ke sekolah dengan sangat terpaksa. Satu hari lagi ibunya diperbolehkan untuk pulang. Siang ini Amar berencana untuk menjenguk ibunya seusai sekolah.

Tanpa bertanya lebih panjang lagi, Bu Dewi langsuk membacakan hasil pilihan lomba masing-masing.

“Yasudah, sekarang ibu bacakan ya hasil pilihan kalian kemarin.” Bu Dewi yang memiliki masalah dengan matanya, karena mengalami minus langsung memakai kacamata dan membuka lembaran demi lembaran kertas.

“Ya Bu."

“Untuk lomba class meeting yang akan ikut Nia, Melin, sama Niki. Trus untuk lomba CCAI nya Sasa. Dan yang terakhir lomba LCC Nasya, Riko, sama Amar. Walaupun Amar kemarin nggak masuk tapi nilai matematika nya selalu tertinggi, nggak papa kan Mar?” Amar yang merasa namanya disebut refleks untuk menjawab.

“Iya Bu nggak papa. Yang penting saya kebagian lomba, daripada nggak kebagian takutnya nanti saya nganggur.” Jawab Amar dengan sangat yakin.

‘Bagus deh kalo Amar ikut lomba LCC bareng aku, kan bisa ngeliat senyumnya yang manis bangettt, batin Nasya diakhiri senyuman tipis.

“Baik kalau tidak ada pertanyaan saya keluar dulu. Yang terpilih untuk mengikuti lomba silahkan persiapkan diri kalian, jangan lupa jaga kesehatan karena besok sudah lomba dan semoga mendapatkan hasil yang memuaskan.” Bu Dewi berjalan keluar meninggalkan kelas dan bergegas menuju ruang guru untuk melaksanakan rapat.

“Aamiin yarabbal ‘alamin.” Serentak murid-murid di kelas menjawab.

Setelah Bu Dewi keluar kelas, murid-murid yang terpilih mengikuti lomba langsung mempersiapkan diri mereka masing-masing. Nasya, Riko, dan Amar membentuk kelompok untuk membicarakan lomba mereka, sedangkan Sasa hanya menyendiri mencoba fokus ke buku islami yang sedang ia baca.

“Gimana seneng gak Sa kepilih ikut lomba CCAI? Kan pengenya ikut lomba itu, ya kan?” Nasya menghampiri Sasa yang tidak jauh dari tempatnya untuk bertanya dengan sedikit menaikkan alisnya.

Di dalam doaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang