Assalamualaikum...
Haii temu lagi...Ok yang minta next nih aku lanjut... :*
Masih ingetkan waktu Lia dianter laki laki misterius...??
Yang penasaran mana nih..??
Kalo lupa kalian bisa flashback di chapter2
Happy Reading :*
=========================
..... Hingga sebuah pertanyaan dari pria itu yang membuat perasaanku sedikit terusik.
" Bagaimana dengan itu?"
Entah kenapa setiap dia bertanya tentang ini membuatku sedikit gelisah.
Ada sesuatu yang membuatku takut tanpa sebab, dia satu satunya orang yang tahu tentang semua yang aku rasakan dan aku alami, selain Bang Angga.
Bang Angga selalu bilang, jangan pernah ragu untuk mengatakan semua isi hatiku padanya dan orang yang saat ini bersamaku. Karena Bang Angga sangat percaya kepada dia, mau tidak mau aku harus mempercayainya juga. Bahkan, ketika Bang Angga pergi untuk menyelesaikan urusannya, bang Angga tetap mempercayakanku kepadanya selain kepada Aidan.
Aku tidak tahu ada hubungan apa dia dengan Abangku yang jelas, Bang Angga sangat percaya padanya.
" Entah, gw belum memeriksanya kembali,"
" Gw harap, l bisa lebih fokus untuk hal itu. Jangan pernah mengecewakan orang-orang yang sayang sama l. Terutama Angga, abang l."
Mendengar dia berkata seperti itu, membuatku semakin gelisah. Aku terlalu takut untuk hal 'itu'. Meskipun dia selalu memberiku nasihat untuk memberikanku semangat. Tetap saja aku ragu.
" Bisa sih l, gak usah bahas itu mulu?" Omelku karna aku sangat tidak ingin siapapun mempertanyakan tentang hal itu padaku.
" ok, sorry. Gw cuma enggak mau, l bikin Angga kecewa. "
" iyh, gw tau. Sebenarnya setiap l tanya itu, gw ngerasa takut. " Aku tak bisa menyembunyikan ketakutanku dihadapannya.
" Gw tau, karna ketika liat l, gw juga ngerasa ada sesuatu. " ucap orang itu datar. Dia tidak sadar kalimatnya membuat perasaanku terusik kembali. Tapi bukan ketakutan yang sedang mengusikku, sesuatu yang etah itu apa. Membuatku semakin gelisah.
Aku hendak membuka suara untuk menanyakan maksud dari kalimatnya. Tapi...
" Aidan kemana? Kenapa l pulang sendiri ?" Tanyanya membuatku kembali mengurungkan pertanyaan yang hendak aku tanyakan.
" Emm.. Aidan pulang duluan, ada urusan,"
" Urusan apa yang lebih penting? Bukannya dia yang udah bersedia jagain l selama Angga pergi?" Lagi lagi orang itu membuatku bungkam dengan kalimat pertanyaannya.
" Sebaiknya, l jangan terlalu berharap kepada Aidan. Gw tau l suka sama Aidan " lanjut orang itu membuatku dilema antara 'iya' dan 'tidak'.
Aku tidak bisa menjawabnya 'iya' karna aku belum yakin dengan apa yang aku rasakan. Dan jika 'tidak' lalu kenapa aku merasa nyaman dan seakan takut Aidan pergi.
" jangan sotoy jadi orang, gw nggak suka sama Aidan. Lagian dia tuh sahabat gw dari orok," Akhirnya aku memilih jawaban dengan ebel ebel SAHABAT. Orang itu hanya tersenyum meremehkan.
Orang bodoh pun tau tidak ada persahabatan yang Murni antara laki-laki dan perempuan. Pasti akan ada salah satu dari mereka yang berharap lebih dari sekedar kata 'SAHABAT' bahkan bisa jadi keduanya memiliki rasa yang sama. Namun, takut merubah segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diujung Harap
Teen Fiction" Jika nanti waktu mengizinkan kita untuk bertemu, jika nanti Allah yang maha kuasa menakdirkan kita bersatu, aku ingin bercerita banyak hal padamu. " doanya pada setiap malam. Bagaimana tentang sebuah penantian yang tak berujung kepastian? Baga...