6 ( Mulai memilih 1)

34 3 0
                                    

Hai Hai...

Jawab dong :v

How are you? Kumaha damang?

Oke Aku publish lagi nih, hehe jan lupa follow yah :*

          Happy Reading :*

💮_Butuh waktu untuk bisa memilih dalam hal ini. keputusan yang mungkin tak akan ada untuk kedua kalinya._💮

Sepeninggalan Raras, ada seseorang yang berjalan mendekati UKS. Aku yang tadinya berniat untuk mengistirahatkan mata, karena rasanya perih setelah tadi ngisbar (nangis bareng) sama Raras terpaksa mengurungkan niat karena Aidan yang tiba-tiba masuk ke UKS.

" Put?" Sapa Aidan sambil menutup pintu Uks. Aidan memang sering mengganti nama panggilan untukku, kadang putri, put dan kadang Lia. Tapi, Aidan lebih sering memanggilku Put atau putri. Dan aku tidak terlalu mempermasalahkannya.

Nah kan malah bahas Aidan :v

Aku melirik Aidan," Hemm?"

Aidan mendekat,"Maaf," ujarnya.

Aku menautkan kedua Alisku, heran. Kenapa Aidan meminta maaf? Apakah dia sudah sadar, kalau dia sudah mengecewakanku? Seakan mengerti Aidan pun memperjelas maksudnya.

" Maaf karena gue gak nolongin lo, Maaf karena gue lebih milih nemenin Maya " akunya dengan nada menyesal.

Mendengar Aidan meminta maaf, membuatku semakin ragu, apakah aku bisa dengan mudah melupakan Aidan. Pasalnya aku selalu gagal untuk melupakan perasaanku pada Aidan.

Aku tersenyum untuk menutupi perasaanku yang belum jelas," iyh, gak papa. Lagian tadi ada Kak Azka yang bawa aku kesini,"

Aidan tersenyum kecut," syukurlah, setidaknya ada orang yang lebih peduli sama lo,"

" Iyh,"

Aidan duduk disamping ranjangku," Gue sayang sama lo, tapi gue gak bisa jagain lo. Gue gagal jadi kakak yang baik buat lo,"

Yap, benar sekali Aidan pintar menerbang dan menjatuhkan perasaanku. Di awal aku bahagia Aidan mengakui bahwa dia menyayangiku. Tapi, diakhir kalimatnya dia kembali mematahkan perasaanku kembali.

Dan apa katanya?  Gagal jadi kakak yang baik? Sepertinya Keputusanku untuk melupakan perasaan ini,  sudah tepat. Karena, sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa memiliki Aidan. Aidan hanya menganggapku sebagai Adiknya dan itupun akan aku terima. Setidaknya aku masih bisa bertemu dengan Aidan meskipun bukan sebagai pacar. Dan aku akan berusaha agar bisa melupakan Aidan dengan mudah.

" Makasih Dan, kamu dah peduli sama aku, walaupun telat hehe,"

Aidan mengacak-ngacak rambutku untuk pertama kalinya, " Kan gue bilang maaf, "

Aku tersenyum getir, rasanya aku ingin menangis. " Heem, Aku maafin. Tapi, janji minggu ini kamu ajak aku jalan-jalan pake motor."

" Ok. Gue bakalan jadi orang pertama, yang boncengin lo,"

" tepatnya, orang ke dua setelah orang itu. Lo telat Dan! " batinku

Diujung HarapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang