7 percikan cinta

27 1 0
                                        


"LIA!" panggil seseorang dibelakangku.

Aku tidak berani untuk melihat ke arah suara itu. Rasanya terlalu takut jika orang yang saat ini dibelakangku ternyata orang jahat. Mau tak mau aku memutuskan untuk bertahan tanpa melihat kearah pria itu.

Badanku terasa Sangat dingin, dan kepalaku juga mulai pusing. Saat aku akan terjatuh, tiba-tiba ada seseorang yang memegang, menahan kedua pundakku, agar aku tak terhunyut kebelakang. Pria itu menolongku, menandakan dia orang baik. Tapi, tetap saja aku belum berani melihat wajahnya.

"Lo gapapa kan,?" tanya pria itu Sembari membuka bajunya, kupikir begitu, Karena terdengar suara orang yang berusaha membuka baju.

Aku menggeleng berusaha menepis pikiran negatif itu. Tiba-tiba ada sesuatu yang menempel ditubuhku, ternyata sebuah jaketnya. Pria itu  menyelimutiku menggunakan jaket miliknya. Tapi....

"Farhan?" gumamku.

Yah, aku mengenali jaketnya. Jaket yang selalu ia bawa, sekedar untuk jaga-jaga jika dia kedinginan sepulang kerja. Katanya. Sebenarnya aku juga mengenali suara yang memanggil namaku, namun aku terlanjur takut dan panik karena petir. Jadi, aku tidak bisa berpikir jernih.

Dia. Farhan Devantara, Pria tampan dengan hidung yang mancung, mata yang sedikit sipit, bibir yang cukup tipis nan merah alami. Membuat semua kaum Hawa terpesona, tapi tidak denganku. Bukan tidak tapi mungkin belum. Entahlah, aku sendiri bingung dengan perasaan ini.

"iya, ini gue Li." Farhan duduk di sebelahku, dan memutar tubuhku agar bisa menghadap kearahnya.

Dia, menghapus lembut buliran bening yang masih tersisa di sekitar mata dan pipiku. Farhan orang yang sangat perhatian, baik, aneh dan misterius. Farhan adalah orang yang selama ini menjaga dan membantuku, selain bang Angga dan Aidan. Bahkan, saat ini ketika bang Angga diluar negeri dia tetap menjagaku. Hanya saja aku yang sering kali menolaknya. Dan soal penyakit yang selama ini aku derita, hanya dia dan bang Angga yang mengetahui penyakitku. Mama? Tidak. Aku belum berani menceritakannya kepada siapapun. Meskipun Farhan sering menyuruhku agar  menceritakan semuanya kepada Mama. Tapi, lagi-lagi aku menolak dan berakhir malah memaki pria aneh itu.

"gue takut Han,"lirihku

Farhan membawaku ke dalam pelukannya, "jangan takut, Li. Ada gue disini nemenin lo,"

Ucapan Farhan membuatku sedikit tenang dan berada dipelukannya, tidak terlalu buruk. Cukup nyaman untuk aku yang sedang merasa anxiety. Apalagi saat ini sedang hujan.

"Maafin gue. Gue gak denger ucapan lo, gue gak percaya sama lo. Lo bener, Aidan gak akan pernah dateng, Aidan gak akan pernah nepatin janjinya. hiks..."buliran bening itu kembali mengalir membasahi pipi dan memberikan bekas di tempat yang telah Farhan hapus sebelumnya.

"Gue bodoh Han. Gue cewe yang bego!  Gue benci sama diri gue sendiri," aku menangis di pelukan Farhan dan memukul dada bidang miliknya.

"Hati gue terlalu mengharapkan Aidan, yang jelas-jelas hanya menganggap gue sebagai adiknya. Gue malah menutup mata, hati, dan perasaan gue cuma karena orang goblok yang gak pernah peka sama perasaan gue." Farhan sepertinya tidak berniat membalas ucapanku, tapi aku yakin Farhan pasti mengerti. Dia hanya memelukku lebih erat, menyalurkan kehangatan ke dalam hati dan tubuhku.

"Gue salah, Han. Gu... gue... Gue itu cewe paling bego!" racauku sembari terus menangis. Rasanya aku adalah wanita paling bodoh di dunia ini.

Farhan melepas pelukannya, memegang kedua pundakku, dan menatapku dengan tajam."Berhenti Li, Lo gak salah dan lo gak bego! Lo tuh cewe paling kuat dan paling pinter yang gue kenal, " ujar Farhan berusaha menenangkan ku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diujung HarapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang