Chapter 1.

1.1K 36 9
                                    

Pagi ini cerah. Aku bangun pukul enam, lalu bergegas mandi dan memasak sarapan untuk aku dan ayah.

Hari ini adalah hari test faksi. Dimana pemuda dan pemudi yang tahun ini sudah berusia 16 tahun akan menjalani test yang akan menentukan faksi apa yang sesuai dengan mereka. Tetapi, mereka bebas memilih faksi yang mereka kehendaki di hari pemilihan. Tidak perlu sesuai test.

"Hai Hazel. Kau siap untuk test nanti?" Tanya ayahku.

"Ya... Kurasa." Jawabku. Tak begitu yakin.

"Ada kemungkinan kau akan menjadi Divergent. Oh Tuhan, semoga yang mengetestmu bukan orang-orang ibumu." Kata Ayah. Yang membuatku bingung. Aku tau bahwa menjadi Divergent itu berbahaya dan aku tak boleh membicarakan Divergent selain dengan ayahku. Tapi memangnya kenapa kalau yang mengetestku orang-orang ibuku?

"Memang kenapa?" Tanyaku.

"Karena ibumu ingin membunuh semua Divergent di Chicago." Jawab ayah.

Aku terhenyak. Kaget. Kenapa?

"Tapi kalau begitu... Kenapa ibu tak membunuh ayah?" tanyaku.

"Ibumu orang terpelajar, nak. Ia tak bisa membunuh. Ia pasti menyuruh orang untuk membunuh kita. Dan sepuluh tahun lalu ibumu belum punya orang suruhan, sayang." jawab ayah.

Aku hanya diam. Menghabiskan sarapan. Dan kemudia mencuci piring. Aku dan ayah berangkat sekolah bersama. Karena ayah adalah guru di sekolahku.

-Di depan sekolah-

"Hati-hati sayang, ayah akan ke ruang guru dulu. Sampai nanti." kata ayah, lalu mencium keningku. Seperti biasa.

Aku mengangguk dan pergi ke kelas 1A Chicago Senior High School.

"Anak-anak, seperti yang kalian ketahui, hari ini adalah hari test. Kalian tidak ada pelajaran. Duduklah di ruang tunggu di lantai 1 sambil menunggu nama kalian dipanggil untuk di test. Semoga beruntung." Kata Miss Sonia, lantas memberi isyarat agar kami segera turun.

Aku dan teman-teman sekelasku turun. Aku berkumpul dengan sesama anggota faksi Erudite, yang sebagian besar sedang asyik membahas kimia.

"Hazel...? Aku takut!"

"Hannah! Kau mengagetkanku!" Ternyata itu Hannah, sahabatku.

"Ups, maaf. Hehe. Btw, aku takut." Jawab Hannah dengan santai.

"Dengan ucapanmu yang sangat santai itu aku tak berpikir kalau kau takut." Jawabku.

"Beneran! Bagaimana kalau hasilku bukan Erudite? Bagaimana aku akan menjelaskannya pada orangtuaku?" Kata Hannah.

"Peraturannya kita bebas memilih. Bukan orangtua kita yang menentukan." Jawabku.

"Aku takut menyakiti hati orangtuaku." Jawab Hannah.

"Takut menyakiti orangtua ya.... Hahaha...." Aku tertawa lemas mengingat percakapanku dengan ayah tadi pagi. Tentang Divergent dan ibu.

"Eh? Kenapa terta...."

"Hazel Alexander! Ruang test 2!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Divergent fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang