Bab 2

44 15 23
                                    

Membuat orang disekitarnya senang, suatu energi yang amat besar bagi Lona.
-Adia Ilona Wibowo-

(灬♥ω♥灬)


          Saat makan malam, setelah Lona mandi dan sedang mengerjakan tugas sekolah yang sulitnya seperti mencari jarum ditumpukan jerami, Mama Tia memanggil Lona untuk makan malam. Dan dengan langkah gontai Lona keluar dari kamar seraya merapikan piyamanya yang kusut.

          Tepat saat itu, matanya menemukan Rendra yang telah duduk enteng di kursi meja makan.
Ibarat mendapat durian runtuh, Lona cengengesan menatap Rendra yang juga sedang menatapnya.

"Kenapa?"

Lona menarik kursi seraya menyengir lebar.
"Bantuin aku ngerjain tugas ya,"

"Pelajaran apa?" tanya Rendra dengan tetap menatap Lona seolah-olah Lona bisa saja hilang jika ia berpaling sebentar saja.

"Kimia,"
"Itu besok dikumpulinnya, tugas yang lain juga ada banyak, bantuin juga ya." lanjut Lona memohon.

         Rendra hanya mengangguk sebagai respon jawabannya kepada Lona. Lagi pula, memang ia bisa menolak permohonan Lona?

"Udah-udah, entar ini keburu dingin. Oiya, kalo selesai ngerjain tugasnya kemaleman, Rendra nginep aja ya," seru Mama Tia menghentikan percakapan mereka.

"Iya Ma," jawab Rendra. Rendra pun memakan makanan yang diambilkan Mama Tia untuknya, diikuti dengan Lona yang juga memakan bagiannya.

          Dilihat dari sisi manapun, Rendra tetap terlihat menawan walau hanya sedang memakan makanannya. Lona tak pernah melihat sisi tak menawan dari seorang Rendra. Tanpa sadar, Lona makan dengan menatap wajah Rendra.

"Na, kamu ya yang nyuri topi hitam abang?" tanya Bang Reyhan di tengah-tengah makannya seraya melotot kearah Lona. Pertanyaan Bang Reyhan yang ditujukan untuk Lona sukses membuat Lona berpaling dari menatap Rendra menjadi menatap Abangnya itu.

"Engga kok, aku cuma minjem bentar," elak Lona tak mau disalahkan.

Setelah itu Bang Reyhan menjewer telinga Lona "Banyak alasan kamu, tinggal ngaku aja susah banget sih,"

          Sebenarnya jeweran itu tidak sakit, tetapi Lona teriak kesakitan.

"Sakiiitttt!! Papaaaaaa," Lona mengeluh penuh kesakitan dengan drama.

"Sejak kapan kamu mengeluh hanya karena jeweran hmm?" Papa Bram acuh seraya terus menyantap makanannya.

          Tak mendapat respon yang sesuai keinginannya, Lona beralih menatap ke sosok yang sudah pasti membe....

"Jangan tatap aku. Habiskan makananmu" Rendra berujar bahkan sebelum Lona mengatakan apapun kepadanya.

          Lona cemberut karena tak ada yang membelanya, sementara disebelahnya Bang Reyhan telah mati-matian menahan tawa agar tak menyembur keluar.

®®®

          Setelah makan malam dengan perasaan kesal, Lona segera mengambil buku-buku pelajaran, dan tas sekolah dengan motif tentara dan bertuliskan 'Adia Ilona Wibowo'. Ini merupakan tas yang dibelikan Papa Bram ketika Papa Bram pulang dari tugas luarnya, bukan karena Papa Bram merupakan anggota TNI, tapi karena Papa Bram tahu sang putri kesayangan mempunyai selera yang 'unik'.

          Seraya mempertahankan wajah kesalnya, Lona menuruni tangga menuju kearah ruang tamu,dia melihat Rendra sedang duduk disofa dengan memainkan ponsel pintarnya.

SHONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang