video itu berdurasi sekitar lima hingga lima belas menit, wooyoung memegangnya dengan tangan gemetaran walau masih terlukis ekspresi yang misterius di wajahnya.
masih ingat kan kalau wooyoung punya fobia akan darah?
jaebum ikut berkumpul dan melihat video yang diberikan oleh wooyoung itu.
"re-rekayasa ini! apa-apaan sih lo young?! tadi lo ikut-ikutan mojok-mojokkin chaeyoung, kok sekarang jadi kayak gini?! vi-video itu penuh dusta pak! rekayasa!"
mark dan jaebum hanya menatap orang yang barusan membantah isi dari video tersebut dengan tatapan penuh curiga.
"kenapa kamu malah panik kalo kamu memang bukan pelakunya?" tanya mark penuh selidik.
"ya..., karena..., ya..., emm...,"
"perlu kamu ketahui, hasil tes forensik menunjukkan bahwa rambut tadi adalah rambut milik kamu, dan sidik jari yang tercetak pada leher mark lee adalah sidik jari milik kamu." jelas mark panjang lebar.
jaebum menghela napas panjang. tanpa basa-basi lagi ia segera mengeluarkan borgol dan memegang tangan perempuan itu dan langsung memborgolnya.
"kamu ditangkap atas dugaan kasus pembunuhan. kamu diperbolehkan untuk tetap diam atau membela diri pada saat pengadilan nanti."
perempuan itu memberontak.
"biadab kalian semua! giliran kayak gini aja gue dibawa ke pengadilan! terus gimana kabar paman gue yang udah melakukan pembunuhan besar-besaran lima tahun yang lalu hah?! kemana kalian para pihak kepolisian? pengadilan? cuma karena paman gue punya uang jadinya dia dibebasin, gitu? pfft, menegakkan keadilan dari mananya, sat."
gertakannya membuat semua orang terdiam membisu.
semua mengetahui kabar tersebut. kabar dimana seorang pria melakukan pembunuhan secara besar-besaran di Kota K. ia membunuh tak pandang bulu, siapapun bisa habis ditangannya.
tapi fakta bahwa pembunuh yang masih menjadi buronan di kalangan para pihak kepolisian itu adalah paman tzuyu membuat mereka semua menutup mulut, terkejut.
"maksud kamu..., cho seungyoun?" tanya mark hati-hati.
tzuyu tersenyum miring. "udah mati orangnya, dibakar massal. telat lo pada. jadi polisi nggak becus, belum juga kasusnya ditutup."
tzuyu menghela napas panjang, lalu menatap ke arah teman-temannya. menenangkan dirinya. lalu ia menatap jaebum dan mark.
"sebelumnya pak, saya mau jelasin ke mereka dulu. abis ini kalo misalkan saya mau dihukum penjara seumur hidup atau bahkan dihukum mati juga nggak papa." kata tzuyu pada jaebum dan mark.
jaebum dan mark membolehkan.
"gue ngaku, gue yang bunuh mereka berempat. alasannya kekanakan asal kalian tau. gue iri sama yeonjun yang dapet perhatian dari satu sekolah karena dulu gue yang dapet. gue iri sama mina karena dia disukain sama mark. gue kesel sama mark karena dia mandang ke gue aja kagak. niatnya gue cuma mau bunuh mereka bertiga, tapi arin datang, dia bahkan udah nelpon pihak kepolisian. gue panik, akhirnya gue bunuh, dan gue nggak tau kalo akhirannya gue bakal ditangkap juga."
tertangkap air mata yang menggenang di pelupuk mata tzuyu, ia berusaha dengan keras untuk menahannya namun tetap lolos juga.
"se-sebenernya gue punya alasan lain. dan, gue tau gue salah dengan melampiaskan ke mereka yang nggak tau apa-apa. malahan asal kalian tau, awalnya pengen gue lampiasin ke kalian. gue kesel paman gue nggak dapet hukuman yang seharusnya. udah hilangin nyawa orang, buat sedih keluarga orang, gue kesel. gue udah pengen balesin nyawa yang dia ambil dengan rencana untuk membunuh dia. tapi dia mati duluan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIVE • 99L [✔]
Fanfiction[ SELESAI ] "I .. I don't understand." ©moonchaey, 2020