saat ini kesembilanan dari mereka tengah berada didepan batu nisan bertuliskan "CHOI YEONJUN - 13 SEPTEMBER 1999 - 17 APRIL 2020". menatap sendu, berharap akan ada keajaiban yang terjadi, namun hanya hampa yang didapat.
"kenapa harus yeonjun bin, kenapa?"
"yang sabar woo, semua yang terjadi pasti ada hikmahnya kok." chaeyoung menenangkan sahabatnya tersebut.
mereka kehilangan choi yeonjun, sahabat terbaik mereka. yang paling merasa kehilangan adalah wooyoung dan changbin. bagaimanapun juga, mereka bertiga berteman lebih dari kata lama, mereka bertemu sejak taman kanak-kanak.
"I regret to not received his help that night." ucap changbin penuh penyesalan. "kalo aja gue tau bakal kayak gini kejadiannya, gue pasti bakal nemenin dia ke sekolah malam itu." sambung changbin.
"itu lebih baik bin." sahut yeosang, changbin ingin menyahuti namun dipotong lagi oleh yeosang. "jangan dipotong, gue belum selesai. kalo misalkan ternyata lo juga ikut jadi sasaran dan berakhir tragis seperti yeonjun, gimana coba? lo nggak tau bakal kayak gini kejadiannya dan lo pastinya nggak bawa senjata buat melawan, sedangkan musuh ada. lebih baik kehilangan satu orang daripada dua sekaligus. tuh, hikmahnya." ucap yeosang.
"semua merasa kehilangan, nggak cuma kita aja. kita hidup udah diberi konsekuensi sama Tuhan. kehilangan, derita, kesedihan, masalah, merupakan salah satu diantara banyaknya konsekuensi yang kita dapat selama kita hidup. lo menyalahkan takdir? lo bodoh. kalo lo nggak mau menghadapi setiap konsekuensi ya udah nggak usah hidup." sambung yeosang yang membuat yang lainnya bungkam, dalam hati pun mereka setuju dengan ucapan yeosang.
san merangkul pundak wooyoung dan changbin. "bener sama apa yang dibilang sama yeosang. di dunia ini yang hidup pasti akan mati, meninggalkan dunia, teman, dan keluarga. bukan cuma yang bersangkutan, tapi orang-orang disekitarnya juga harus mau dan bisa menerima kenyataan."
"bersyukur kalian masih punya kita. kita siap jadi bahu kalian ketika kalian butuh sandaran." ujar yeri.
"tumben bijak yer. biasanya omongannya nggak ada faedah." celetuk mingi.
"sembarangan lo gi kalo ngomong."
tiba-tiba saja langit yang cerah berubah menjadi gelap, mendung. seperti ikut bersedih atas kematian salah satu penghuni bumi yang paling disayangi itu. tzuyu yang menyadarinya segera menginterupsi. "berteduh yuk, mendung nih."
wooyoung yang terduduk disebelah batu nisan yeonjun menggeleng. "mendung belum tentu hujan, tzu. kalo kalian cape dan pengen pulang, pulang aja. tinggalin gue sendiri disini."
"gue juga. gue masih pengen disini." kata changbin.
yunho menghela napas pelan. "gue emang nggak kenal siapa itu yeonjun walau gue sering denger namanya dari guru-guru, tapi kalo emang itu keinginan lo berdua, gue juga ikut nunggu disini."
"gue juga. kita berangkat bareng, pulangnya juga harus bareng." sambung yeri.
"siapa yang tau yang akan terjadi selanjutnya? maka dari itu gue juga bakal netep disini." ujar san.
"bersama seenggaknya lebih baik daripada sendiri. gue juga ikut nemenin kalian disini." kata yeosang.
"kalo bisa barengan kenapa harus sendiri? gue masih mau disini juga kok." ucap chaeyoung.
"berhubung gue mager berdiri jadi gue juga netep disini." mingi yang sedang berjongkok diantara changbin dan wooyoung itu menambahkan.
semua mata tertuju pada tzuyu. hanya tzuyu yang belum memastikan jawaban. "kita tau seluk beluk keluarga lo kok tzu. kalo misalkan lo takut dimarahin karena pulang terlalu larut lo boleh pulang, kita nggak maksa." kata yeri sambil tersenyum saat melihat raut wajah tzuyu yang seperti sedang kebingungan.
"eng ... gue ... gue juga ikut disini. biarin gue nanti dimarahin bokap nyokap, yang penting gue bareng sama kalian." final tzuyu.
"yang bener? gue takut mental lo rusak aja sih tzu, bokap nyokap lo kalo marah serem soalnya." ucap mingi yang memang pernah kena 'semprot' kedua orang tua tzuyu tersebut.
tzuyu tersenyum. "haha, nggak segitunya juga kali gi. gue enggak papa, gue udah biasa kok."
"nah, gini dong bareng-bareng. kayaknya hal yang kayak gini deh yang paling dirindukan di masa tua nanti. apaan sih omongan gue." kata yeri.
"lo yang ngomong ya yer. untung kembaran lee minho sabar." sahut san.
"yeu, kembaran lee minho pala lo kotak."
diam-diam salah satu diantara mereka ada yang bergumam. "bahagia banget kayaknya, besok ada yang mati lagi kok, nyusul yeonjun hehe." gumamnya sambil terkekeh.
dan, ia tidak menyadari jika ada orang yang memperhatikannya. "oh, jadi elo yang bunuh yeonjun." batin orang tersebut sambil menyeringai.
TBC
aw, bau bau perpecahan nih~
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIVE • 99L [✔]
Fiksi Penggemar[ SELESAI ] "I .. I don't understand." ©moonchaey, 2020