4

147 15 12
                                    

okay i know it's too late, but better late than never lol. wish there's someone out there who waiting for this story to be updated. please enjoy!

-


Desember 2021

Ratusan pasang kaki berjalan beriringan meninggalkan gedung pertunjukan di Webster Primary School. Diantaranya ialah seorang pria berusia tiga puluhan, yang terlihat menggendong anak kecil berusia enam tahun.

"Dad, kau lihat kan tadi saat aku berperan sebagai Ariel? Aku keren, kan?" cerocos gadis kecil itu pada pria yang ia panggil Dad. "Tentu saja, tidak mungkin anak daddy tidak keren!" Pria itu menurunkan gadis kecil itu dari gendongannya setelah memasuki parkiran mobil.

Mereka berdua berjalan sambil bergandengan tangan, sambil si kecil terus mengoceh tentang betapa hebatnya penampipan yang telah ia tampilkan. Sesaat mereka telah sampai di depan sebuah mobil berwarna silver. Hansel membuka pintu penumpang, kemudian mendudukkan anaknya di kursi itu. Setelah memastikan putri kecilnya duduk dengan nyaman, ia kemudian duduk di kursi kemudi.

"Dad, bolehkah aku memutar lagu?" tanya gadis kecil itu pada ayahnya. 

"Tentu saja kau boleh memutar lagu apa saja yang kau mau." Mobil itu mulai bergerak meninggalkan kawasan Primary School tersebut. Saat Hansel sedang fokus dengan jalanan, gadis kecil itu terfokus mencari cd untuk diputar. Akhirnya ia memutuskan untuk memutar lagu favoritnya.

Suara petikan gitar terdengar memenuhi mobil itu. "Lavender's blue, dilly dilly, Lavender's green. When you are king, dilly dilly, I shall be queen." Petikan gitar itu sangat menghanyutkan, dan menenangkan. Layaknya lagu pengantar tidur, lagu itu membawa gadis kecil itu tidur dengan nyenyak di kursinya. Entah karena lagu itu terlalu menghipnotis, atau gadis kecil itu terlalu lelah setelah menjadi Ariel selama sekitar tiga puluh menit.

Melihat putrinya yang tertidur, ia menepi sebentar untuk memundurkan kursi yang diduduki putrinya. Ia mengambil selimut yang ia simpan di kursi belakang, kemudian menyelimutkan putri kecilnya agar dapat tidur dengan nyaman. Setelah melakukan usaha untuk membuat putrinya tidur dengan nyaman, mobil yang mereka tumpangi mulai membelah jalanan. Hansel mempercepat laju mobilnya agar mereka bisa tiba di rumah lebih cepat.

***

Suasana pagi di unit apartemen itu terasa tenang. Gorden berwarna abu-abu itu masih menghalangi cahaya matahari untuk masuk menerangi ruangan itu. Hansel, yang mendapatkan hari libur karena hari ini adalah akhir pekan, masih berbaring dengan nyaman di atas ranjangnya. Ia terlalu malas untuk bangkit dari ranjangnya.

Saat ia sedang bermalas-malasan, ia menyadari ada seseorang yang menyelinap ke dalam kamarnya. Melihat itu, ia memejamkan kedua matanya dan berpura-pura tidur. Seseorang yang menyelinap itu, kini telah ada di sebelah ranjangnya. Matanya memperhatikan pria yang sedang tertidur itu, atau lebih tepatnya sedang berpura-pura untuk tidur.

Jemari kecil itu menekan-nekan pelan pipi pria yang sedang memejamkan matanya itu. "Dad, ayo bangun! Aku sudah membuat roti lapis untukmu!" Pria itu tetap memejamkan kedua matanya. Sementara pria itu tetap berpura-pura tidur, gadis yang masih mengenakan piamanya itu semakin berusaha untuk membangunkan ayahnya. Mulai dari menekan-nekan pelan pipinya, sampai mengguncangkan bahu ayahnya. Namun tetap saja, ayahnya tak kunjung membuka mata.

"Dad! Bangunlah!" gerutu gadis itu sambil terus mengguncangkan bahu pria itu. Ia terus berusaha untuk membangunkan ayahnya, sampai akhirnya ayahnya mengagetkannya. "Dad! Daddy sangat menyebalkan!" Gadis itu terlihat cemberut, sedangkan pria itu tertawa puas karena berhasil mengerjai gadis kecil itu.

"Ah, maafkan daddy, Eva! Daddy berjanji tidak akan mengulanginya lagi!" Kedua tangan pria itu menangkup pipi anaknya. Gadis itu menyodorkan jari kelingkingnya ke depan hidung ayahnya. Hansel yang gemas akan kelakuan putrinya, mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari gadis kecil itu.

Healing (COMPLETED)Where stories live. Discover now