3

159 14 7
                                    

stay hydrated, all!

-


"Christina!" ujar Seb dengan penuh antusias. 

"Tidak, tidak! Stephanie lebih baik!" Mr. Lancaster terlihat ingin didengar, dari ekspresi wajahnya. 

"Maafkan aku tapi Elisa terdengar lebih baik, dan pastinya yang terbaik!"

Hans, yang sedang menggendong bayinya, memerhatikan ketiga orang tersebut berdebat. Yang jelas, mereka mendebatkan nama yang akan diberikan pada malaikat kecil yang baru saja bergabung dengan keluarga besar Lancaster.

"Karena aku ayahnya, aku akan memutuskan bahwa ...." Ketiga pasang mata yang ada di depannya memerhatikannya dengan fokus. Ibunya menyatukan tangannya, berdoa agar nama pilihannya yang menjadi pilihan putranya. "Bahwa aku tidak akan memilih satupun nama yang telah kalian usulkan."

Ketiganya, yang tadinya menaikkan bahu, sekarang menurunkan bahu masing-masing pertanda mereka kecewa nama pilihan mereka tidak dipilih. "Evangeline Lancaster, Eva, bukankah itu terdengar bagus?" Mendengar ucapan Hans tersebut, ketiganya kembali menaikkan bahu mereka pertanda mereka setuju dengan nama itu.

Bayi kecil itu juga tersenyum kecil, seakan-akan ia menyetujui nama yang diberikan padanya oleh satu-satunya orang tua yang kini ia miliki. "Oh sungguh, itu nama yang bagus! Berikan Eva padaku aku merindukan cucu perempuanku yang cantik!" sahut ibunya kemudian langsung mengambil cucunya dari tangan Hans.

"Akhirnya, bertambah lagi anggota perempuan di keluargaku, bukan hanya aku dan Emi," Mrs. Lancaster berucap dengan penuh haru dengan kedua matanya terlihat basah. Emi, atau Emilia, adalah istri Seb.

Melihat kebahagiaan yang tampak di wajah keluarganya, membuat ketakutan Hans muncul. Beragam hipotesis berlarian di dalam kepalanya. Bagaimana jika, ia tidak dapat mengurus Eva dengan baik? Atau bagaimana jika Eva tidak terima memiliki ayah sepertinya? Atau yang paling ia takutkan, bagaimana bila wanita itu kembali dan mengambil Eva dari dekapannya?

***

Beragam hidangan telah tersaji di atas meja. Aromanya menguar memenuhi segala ruangan di apartemen itu. Kedua wanita itu, walaupun telah menyelesaikan banyak makanan, masih saja terlihat sibuk di dapur.

"Adik iparmu itu, memang sangat pemalas! Bagaimana bisa ia tetap menyimpan susu yang sudah kedaluwarsa ini di dalam kulkas? Apa dia ingin mati?" Wanita itu melemparkan botol susu yang masih penuh itu ke dalam tempat sampah. Mendengar gerutuan mertuanya, wanita yang satunya hanya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya.

"Kurasa aku harus merazia rumahmu juga, siapa tahu anakku yang satunya juga bertingkah bodoh!" Mrs. Lancaster terlihat bersemangat akan idenya sendiri. Emi, yang sedang fokus menghias cake, bergidik takut akan ucapan ibu mertuanya. 

"Kurasa kau tidak perlu melakukan itu, Mom. Aku selalu membersihkan lemari pendingin setidaknya sekali dalam seminggu."

"Aku hanya bergurau sayang, aku tau kau wanita yang rajin dan pembersih. Kuharap Hans bertemu dengan wanita yang sepertimu." Ibu dua anak itu menyatukan kedua tangannya, untuk berdoa tentunya. Melihat apa yang dilakukan oleh Mrs. Lancaster membuat Emi tersenyum kecil.

Dan sekarang, keduanya telah menyelesaikan kegiatan mereka di dapur. Emi mengangkat cake yang baru saja selesai ia hias dan membawanya ke meja makan. Meja makan sekarang penuh akan beragam makanan serta minuman. Makanan pembuka, utama, dan juga penutup, semuanya memenuhi meja itu.

"Dan sekarang waktunya memanggil semuanya untuk mulai makan!" ujar Mrs. Lancaster dengan penuh semangat. Ia berjalan ke arah ruang tengah untuk memanggil semuanya. Beberapa detik kemudian, ia kembali dengan orang-orang yang terlihat lapar mengikutinya.

Emi menggendong Chris, anaknya, dan mendudukkannya di salah satu kursi. Ia terlihat berhati-hati saat menggendong anaknya, mengingat ia sedang mengandung anak keduanya sekarang. Semua orang telah duduk mengelilingi meja yang penuh akan makanan itu.

"Wah kalian berdua menyiapkan ini semua?" tanya Mr. Lancaster pada istri dan menantu perempuannya. 

"Tentu saja! Kau tahu aku hebat dalam hal itu!" Mrs. Lancaster bergelayut manja pada suaminya. Melihat hal itu, Hans merasa geli.

"Jangan pasang wajah begitu, adik kecil! Cari sendiri orang lain agar kau bisa melakukan hal yang sama!" olok Seb pada adiknya kemudian merangkul Emi yang duduk di sebelahnya. Hans hanya mendengus kecil menanggapi ucapan tidak penting dari kakaknya. Apakah hal itu perlu dilakukan? Tentu saja tidak!

"Sudahlah berhenti mengolok-olok. Ayo kita habiskan semua yang ada disini!" Dan dengan perintah dari kepala keluarga Lancaster, semua orang mulai menyantap hidangan yang ada disitu. Emi membantu Chris memotong kecil daging yang ia makan. Atmosfer malam natal yang hangat sangat terasa di ruangan itu.


-

tbc 

Healing (COMPLETED)Where stories live. Discover now