this is the final of the final part:)
.
.
11 years later
"Eva! Eva! Bangunlah!"
Matahari telah berada di singgasananya. Sudut-sudut kota yang tadinya diselimuti oleh malam, perlahan mulai terkena cahaya. Jalanan juga sudah mulai ramai, dipenuhi oleh ribuan orang yang bersiap untuk memulai harinya. Namun sepertinya gadis kecil yang telah berusia 18 tahun itu belum memiliki niat untuk bangun.
"Eva! Bangunlah! Joe sudah menunggumu sejak setengah jam yang lalu!" sentak pria berusia 40-an itu pada anaknya. Mendengar nama sepupunya disebutkan, gadis itu membuka kedua matanya perlahan.
"Dimana dia, Dad?" racau gadis itu terlihat seperti masih mengantuk.
"Dia menunggumu di ruang makan. Bukankah hari ini ujian kelulusanmu?"
Mendengar ucapan sang ayah, membuat gadis itu membelalakkan matanya. Hazel itu terlihat sangat bulat sekarang.
"Dad! Mengapa kau baru membangunkanku sekarang? Jam berapa sekarang?" panik gadis itu. Pria itu hanya menunjuk jam dengan menggunakan dagunya.
"Oh Tuhan! Waktuku tinggal 1 jam lagi! Dad, bagaimana ini?" pekik gadis itu yang terlihat semakin panik.
"Aku sudah berusaha membangunkanmu sejak satu jam yang lalu, namun sepertinya mimpimu terlalu indah?"
Gadis itu melompat keluar dari kasurnya kemudian berlari menuju kamar mandi. Hansel hanya menggeleng pelan melihat anaknya yang tergesa-gesa.
Merasa tugasnya untuk membangunkan anaknya telah selesai, Hansel keluar dari kamar yang didominasi oleh warna jingga itu. Ia berjalan ke ruang makan dan bergabung bersama istri dan keponakannya yang tengah menikmati sarapan mereka.
"Eva sudah bangun, Uncle Hans?" tanya pemuda itu pada pamannya.
"Sudah, Joe. Ia sedang bersiap-siap sekarang." Pemuda bernama Joe itu mengangguk untuk menimpali pernyataan yang diberikan oleh pamannya. Pria itu mengambil kopi pagi harinya dan menikmati minuman itu. Kebiasaan barunya setelah menikahi Lauren adalah menikmati kopi di pagi hari. Padahal ia sebelumnya merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang membenci minuman mengandung kafein itu.
"Kau sudah siap untuk menghadapi ujian kelulusanmu, Joe?" tanya wanita berambut hitam itu kepada pemuda berusia hampir 18 tahun itu.
"Err... Sedikit siap sepertinya, Auntie! Tapi aku sudah belajar mati-matian. Tapi kalau tidak sempurna, yah, bukan salahku juga. Aku tidak memiliki otak sehebat Chris," ucap pemuda itu menyebutkan nama kakaknya.
"Jangan pesimis seperti itu, Joe! Aku yakin kau pasti juga sama hebatnya dengan kakakmu!" hibur wanita itu dengan senyuman khasnya di wajahnya. Joe tersenyum mendengar kalimat itu. Setidaknya masih ada orang di dunia ini yang menghiburnya.
Ketiganya kembali menikmati sarapan mereka dengan tenang. Saat Joe sedang mengunyah roti panggangnya, punggunya didorong oleh seseorang yang baru saja bergabung dengan mereka.
"Selamat pagi sepupu! Semoga beruntung hari ini!" sapa gadis berambut cokelat terang itu pada sepupunya. Lauren melihat Joe yang tersedak karena dikejutkan seperti itu langsung mengambil segelas air dan memberikannya pada pemuda itu untuk memperlancar kerongkongannya. Eva yang menjadi penyebab peristiwa itu langsung terkejut sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Eva! Bukan begitu caranya mengucapkan selamat pagi!" tegas Hansel pada anaknya.
"Maafkan aku, Joe! Aku tidak tahu kau sedang makan!" ucap gadis itu panik dan dipenuhi nada penyesalan. Joe terlihat terengah-engah sambil kedua tangannya memegang dadanya.
"Untung saja aku tidak sampai mati!" sinis pemuda itu. Gadis itu hanya tertawa kecil mendengar ucapan sepupunya itu. Eva kemudian mengambil roti panggangnya dan menikmati sarapannya.
"Kita harus berangkat sekarang. Kalau tidak kita akan terlambat," ujar pemuda itu sambil melihat ke arah arlojinya.
"Santailah sedikit! Izinkan aku untuk menyelesaikan sarapanku terlebih dahulu!" gerutu gadis itu.
"Salah sendiri kenapa kau terlambat bangun," cibir pemuda itu. Gadis itu hanya memutar bola matanya. Kedua orang dewasa di ruangan itu hanya memperhatikan keduanya yang sibuk berdebat.
Tiga menit kemudian, dua potong roti panggang dan segelas susu telah dihabiskan oleh Eva. "Sudah! Ayo berangkat!" ucap gadis itu bangkit dari kursinya. Ia berjalan ke arah ayah dan ibunya, kemudian mencium pipi keduanya. Kebiasaannya sebelum berangkat sekolah. Joe hanya tersenyum kepada keduanya sambil menunduk sopan.
"Kami berangkat dulu! See you, Mom! Dad!" ucap gadis itu kemudian menarik tangan sepupunya. Hansel hanya terkekeh kecil melihat perilaku gadisnya yang masih sangat lucu.
"Aku bahagia!" ucap wanita itu dengan penuh senyum. Melihat raut wajah itu membuat Hansel semakin jatuh cinta pada wanita itu.
"Aku juga," timpal pria itu. Hansel menipiskan jarak antara keduanya, kemudian membawa kepala wanita itu untuk bersandar di bahunya. Wajah keduanya masih dihiasi dengan senyuman cerah.
"Baiklah sekarang waktunya bekerja, Honey!" ucap wanita itu pada suaminya. Mengingatkannya akan rutinitas yang harus ia lakukan.
"Oh tidak!"
.
.
Hi thanks for reading this one. Hope you are doing good during quarantine.
So for the next project, I will write another story. It's the sequel! Yeay! And the story will be focused on Eva and Joe. It'll be my first long book, around 20 or 30 chapters maybe? I still don't know the release time but i'll release it after the work hit 70%. But now i will focus more on studying and reading another books, to learn and increase my knowledge on how to write. I promise this one will be great!
Again, Thanks for reading my book. See you next time, luv!
YOU ARE READING
Healing (COMPLETED)
General Fiction[Book 2 of Walking on Earth Trilogy] "Itu artinya, kita telah selesai." Terdengar nada dingin pada ucapan pria tersebut. Mendengar itu, wanita itu terkaget dan langsung menatap pria itu. "Let's act like the word 'we' is never existed!" - - Semuanya...