Happy Reading 👀
.
.
.
.
.
.Semalam obrolan panjang antara Airis dan Kenzo berlangsung lama sampai lupa waktu. Pada saat itu Airis sempat mengajak masuk ke dalam rumah namun Kenzo menolak. Dia khawatir kedatangannya akan mengganggu Sania yang sedang beristirahat. Akhirnya keduanya memutuskan untuk tidur di dalam mobil.
Saat in,i ia sedang menyuapi Sania dengan senyum yang masih mengembang seraya memandangi Sania yang terlihat lebih segar dari sebelumnya. Sedangkan Kenzo sejak tadi pagi sudah menghilang.
Ntahlah, Airis tidak banyak tanya saat itu tapi yang jelas Kenzo mengatakan akan kembali kesini lagi karena ada perlu sesuatu namun sampai saat ini pria itu belum juga menampakkan batang hidungnya.
"Makan yang banyak ya Ma," ucap Airis disela menyuapi sedangkan Sania seperti biasa diam dan tidak merespon apapun.
Airis menyuapi Sania lagi hingga bubur ayam itu habis kemudian ia menyodorkan segelas air putih, "Pelan-Pelan ya Ma.." titah Airis setelah itu gelas ditaruh ke atas nakas lagi.
"Assalamualaikumm permisii.."
Suara yang sedari tadi ditunggu akhirnya terdengar. Airis buru-buru membukakan pintu untuk menyambut kedatangan Kenzo yang pertama kalinya menginjakan kaki di rumah ini.
"Surprisee!!" sorak Kenzo.
Bukannya terkejut justru Airis menatap Kenzo aneh membuat pria berjaket hitam berdecak mendapat respon seperti itu, "Muka lo ngga seneng amat gue dateng kesini."
"Bukan gitu lagian lo aneh aja dateng-dateng bawa plastik segini banyaknya. Jadi ini keperluan yang lo maksud?"
Kenzo mengangguk lalu masuk ke dalam menaruh barang-barang belanjaannya, "Buat lo dan tante Sania."
"Gila lo. Ini banyak banget isinya apa aja?"
"Makanan semua."
Airis segera mengecek plastik satu per satu melihat isi di dalamnya terdapat seperti snack-snack dari mini market, minuman kaleng, obat-obatan, buah-buahan dan masih banyak lainnya lagi.
"Ini si namanya persediaan bulanan atau lo jangan-jangan nyuruh gue buka warung ya disini?" tanyanya penuh selidik.
Kenzo hanya menyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Gue nggak enak ketemu tante Sania ngga bawa apa-apa. Makanya gue beli ini tapi karena gue ngga tau nyokap lo lagi ke pengen apa jadi gue beli semuanya aja."
Airis menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Pantas saja pria yang sedari tadi ditunggu begitu lama. Ia pikir ada keperluan lain yang mendesak.
"Yaudah, makasihh yaa lo udah repot-repot gini buat nyokap gue."
"Sure, nyokap lo?" tanya Kenzo.
"Ayo ketemu dia pasti kangen banget sama lo, dia ada di kamar."
Airis menyuruh Kenzo masuk terlebih dahulu ke dalam kamar Mamanya karena dia ingin menaruh belanjaan Kenzo di dapur.
"Tolong! Tolong!"
Airis yang berada di dapur sedang memasukkan barang ke dalam kulkas terhenti ketika mendengar sebuah jeritan. Ia langsung berlari menuju kamar Mamanya.
Dengan nafas tersengal-sengal Airis terkejut melihat Mamanya sedang menangis dan bersimpuh di kaki meminta-minta tolong dimaafkan pada Kenzo yang hanya mematung diam tak berkutik.
Airis langsung menghampiri Mamanya mencoba menenangkannya lalu berkata, "Ma.. lihat Airis Ma. Mama kenapa minta maaf? Ini Kenzo temen Airis dari kecil masa Mama lupa. Coba lihat dan ingat-ingat wajahnya sama Mama."
"Ii..iya Tan, ini Kenzo.." ucapnya meraih tangan Sania.
Sania sempat terdiam dan menatap sesaat namun ketika Kenzo memegang tangannya langsung menepis nya kuat. Sania mendorong pundak Kenzo sampai terjungkal jatuh di lantai lalu Sania kembali berteriak histeris ketakutan sembari menangis dan menatap Kenzo ketakutan seolah akan disakiti.
"Jangan! Jangan! Aku minta maaf, jangan sakiti aku, ampun! Ampun! Menjauh dari ku! Aku tidak melakukan kesalahan itu! " racau Sania histeris membuat Airis benar-benar bingung sekaligus khawatir dengan perubahan sikap Sania.
"Ma tenang ya, ini Airis Ma. Di sini ada Airis nggak ada yang melukai Mama." ujar Airis pelan seraya memeluk Mamanya erat agar Sania kembali tenang.
Sementara itu, Kenzo ingin kembali membantu namun Airis memintanya untuk segera keluar dari kamar tersebut agar Sania dapat tenang dahulu dan menyuruhnya untuk memanggilkan suster yang selama ini merawat Sania.
Setelah diberikan obat penenang oleh suster barulah Sania kembali tenang. Airis menatap nanar Sania yang sudah tertidur dengan damai. Kemudian menyelimuti tubuh Sania. Ia tak pernah menduga Sania akan bereaksi sehisteris tadi karena sebelumnya selama Airis merawatnya tidak pernah mengamuk seperti itu.
"Sebaiknya ibu Sania jangan dipertemukan dengan orang asing dulu Ris. Karena mengingat kondisi ibu Sania yang belum stabil dikhawatirkan akan terjadi lagi situasi seperti tadi." kata suster memberikan saran sebelum meninggalkan kamar tersebut.
Airis hanya mengangguk meskipun ia masih tak mengerti mengapa Sania seperti tidak mengenali Kenzo sebab Kenzo bukanlah orang asing bahkan sejak mereka kecil Sania sudah menganggapnya seperti anak kandungnya sendiri. Oh ya mengingat Kenzo dimana dia karena sejak Airis mengusir dari kamar sampai sekarang pria itu belum lagi menampakkan wajahnya.
Airis keluar lalu menutup pintu kamar dengan perlahan seraya mengedarkan pandangannya mencari pria tersebut. Di dapur, kamar mandi, serta ruang tamu pun Airis tidak menemukan Kenzo. Ia pun mengecek di luar rumah, mobil Kenzo yang sebelumnya terparkir di perkarangan rumah sudah tidak ada. Pria itu ternyata sudah pergi tanpa berpamitan terlebih dahulu padanya.
Airis paham mungkin Kenzo masih shock atas kejadian tadi apalagi melihat kondisi Sania yang begitu berbeda dengan yang dulu dan juga sangat miris.
.
.
.
.
.
.
#Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Metafora Waktu
Teen Fiction"Lo harus tau terkadang kita lupa bahwa semua orang punya masalah sendiri-sendiri dan punya cara yang berbeda ntuk menyelesaikannya. Jadi gak perlu merasa diri lo paling menderita akan masalah yang lo dapat. Gue yakin lo bisa menyelasaikan semua itu...