Chapter 9 - Maaf

22 4 0
                                    


Keesokannya di pagi hari Kenzo sudah rapih dengan style andalannya yaitu menggunakan hoodie hitam dengan celana ripped jeans berwarna hitam dan dilengkapi sepatu sneakers putih.

Ia pun bergegas keluar rumah seraya menghirup udara segar dengan mendongakkan kepala nya ke arah langit dan memandangi langit yang terlihat sedikit mendung. Ah, cuaca seperti inilah sangat cocok untuk bebaring kembali di kasur apalagi mengingat hari ini adalah weekend. Kalo saja dirinya tak ada keperluan yang sangat mendesak mana mau Kenzo menyia-nyiakan waktu yang paling berharga hari ini.

Sebelum pergi ke tempat tujuan, Kenzo mengecek dahulu ponselnya. Ia pun masuk ke dalam sebuah room chat dan mengirimkan sebuah pesan lagi berharap kali ini mendapat balasan.

Me
Ris tungguin gue kalo lo udah keluar kelas duluan
Anjir hartono ngaret sorry ya kalo nanti gue sedikit telat
Ris gue udah keluar nih lo dimana?
Lo udah pulang duluan??
Riss
Gue anggap lo lupa deh ninggalin gue atau mungkin lo udah gak sabar pulang ya
Its okay, hati-hati di jalan ya kalo udah sampe di rumah tolong kabarin gue.
Gue udah sampe rumah ni, lo juga udah sampe kan?
Riss??
Helloo
Busett dikacangin banget ini chat gue
Heyy
Hey
Kalo lo gak jawab gue samperin lo ya!

Sebuah pesan terakhir yang dikirimkan Kenzo pada Airis. Sudah berkali-kali tiap jam menghubungi gadis itu anehnya sama sekali tidak di angkat hanya berdering saja. Begitupun di chat dari kemarin sore pun tak ada satu pesannya yang dibaca sama sekali padahal ceklis dua yang artinya dia masih aktif menggunakan ponselnya. Sudah sangat jelas bahwa gadis ini memang sengaja menghindar. Makanya sekarang Kenzo harus menemui gadis itu untuk meminta penjelasan.

Setelah memakan waktu hampir setengah jam diperjalanan akhirnya Kenzo tlah sampai di tempat tujuannya yaitu Rumah Sania. Awalnya Kenzo ingin mengecek terlebih dahulu di rumah Om Arsen namun ntah mengapa firasatnya mengatakan bahwa Airis pasti berada di rumah ini.

Ia pun mencoba mengetuk pintu, tak butuh waktu lama pintu yang tadi tertutup rapat pun terbuka secara perlahan menampilkan sosok perempuan yang sudah berumur sepertiny orang yang membantu merawat Sania.

"Permisi bu"

"Iya mas, ada perlu apa?"

"Airis nya ada?"

"Mbak Airis nya ada di dalam mas, mau dipanggilkan?"

"Boleh bu.."

"Sebelumnya dengan mas siapa?"

"Kenzo bu temannya Airis."

"Baik tunggu sebentar ya mas tak dipanggilkan dulu. Silahkan mas duduk di dalam saja."

Kenzo pun masuk kedalam kemudian duduk di ruang tamu dengan memainkan ponselnya sambil menunggu Airis.

"Kenzo"

Kenzo mendongakkan kepalanya, "Haii" sapa nya dengan melambaik tangan.

Airis menghembuskan nafasnya dengan kasar kemudian ia menarik lengan Kenzo keluar rumah.

"Lo ngapain sih?" tanya Airis ketus.

"Gue pengen ketemu lo lah sekalian jenguk tante Sania."

"Kenapa gak bilang gue dulu kalo mau kesini?! "

"Gue udah ngasih tau lo."

"Kapan?" tanya Airis

Kenzo menyalakan ponselnya lalu menekan tombol panggilan tak ada semenit ponsel Airis berdering membuat sang empu langsung melihat nama yang tertera di layar yaitu "Kenzo".

Kenzo tersenyum sinis lalu mematikan kembali ponselnya, "Ternyata emang sengaja gak di angkat." ucapnya, "Gue udah ngabarin lo sebelum gue sampai kesini, lo bisa liat chat dari gue. Tadi nya gue kesini cuman mau mastiin keadaan lo karna gue khawatir banget sama lo tapi ternyata gue salah. Sorry kalo kekhawatiran gue justru malah buat lo marah."

Airis menghela nafasnya, "Bukan gitu maksud gue Zo,"

"Terus yang kaya gimana maksud lo?" tanya Kenzo membuat Airis tak bisa berkata-kata lagi.

Kenzo terkekeh sinis, " See, lo nggak bisa jawab."

"Gue cuman nggak mau nyokap kaget ngeliat lo disini. Lo kan tau waktu pertama kali kalian ketemu, dia histeris ketakutan banget."

"Kenapa lo gak bilang langsung pas gue ngabarin bakalan kesini. Ris, gue ngehubungin lo di chat yang bakalan nyamperin kesini gak cuman satu dua kali tapi puluhan bahkan gua memastikannya juga lewat telfon tapi nggak di angkat padahal ponsel lo ada di saku. Gue rasa jawab telfon gak se susah itu. Emang dasarnya aja lo lagi menghindar dari gue."

"Apaan sih gue nggak ada maksud buat menghindar dari lo."

"Kalo gitu ceritain ke gue kemana aja lo selama ini yang menghilang tanpa kabar?"

"Gue belum bisa cerita sama lo. Zo plis gue mohon banget gue ngga ada waktu untuk meributkan hal-hal sepele gini. Masih ada urusan yang lebih penting yang harus gue urus. Jadi apapun yang gue lakuin sekarang, lo bisa ngga perlu ikut campur urusan gue?"

Kenzo tertawa miris, "Oke kalo itu mau lo. Gue ngga akan ikut campur urusan lo dan sorry kalo selama ini perlakuan gue malah ngebuat lo risih. Gue pulang."

Airis hanya menatapi kepergian Kenzo. Ia tidak akan menahan Kenzo karena memang sudah keputusan yang tepat untuk saat ini.

 Ia tidak akan menahan Kenzo karena memang sudah keputusan yang tepat untuk saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Metafora WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang