Chapter II

107 21 28
                                        

AYO TINGGALKAN JEJAK KALIAN DAN IKUTI CERITA INI SAMPAI TAMAT YA

∆∆∆

05:00
Selepas Afa dan Nisa shalat subuh,  Mereka segera membangunkan Syila yang masih tertidur pulas.

Ya, Syila memang  berbeda keyakinan dengan Afa dan Nisa, Syila memeluk agama Kristiani sedangkan Afa dan Nisa tentu saja berpegang teguh pada agama Islam.
Meskipun mereka memiliki agama yang berbeda tetapi Afa, Syila maupun Nisa selalu saling menghormati, Entah itu hari besar nya Syila ataupun Afa dan Nisa.

"Syila ... Syil ayo bangun," ucap Nisa dengan menepuk bahu Syila, Syila yang tadi nya sangat pulas, merubah posisi badan nya dengan mengucak matanya.

"Selamat pagi tuan putri," ucap Afa sambil tersenyum.

Syila yang berusaha membuka matanya sudah melihat 2 perempuan menggunakan mukena berdiri dihadapan nya.

"Abis shalat? Astaga sori sori semalem tidur nya kemaleman," ucap Syila terbelalak sambil mengganti posisi menjadi duduk dan menggaruk-garukan kepala nya.

"Gak papa, yaudah mandi hari ini lo ibadah kan?" tanya Nisa.

Syila mengangguk, "Iya hari ini gue ke gereja jam 8," ucap nya.

Hari ini adalah hari minggu Mereka tidak ada kelas atau ke kampus hari ini dan Syila memang harus ke gereja untuk melakukan ibadah nya di setiap hari minggu, Afa dan Nisa memang sudah hafal jadwal ibadah nya Syila.

Mereka berusaha saling mengingatkan satu sama lain untuk agama nya masing-masing.

07:00

Syila sudah bersiap untuk pergi ke gereja hari ini ia terus memandangi dirinya di hadapan cermin dengan wajah datar nya.

"Udah cantik deh," ucap Afa berjalan ke arah Syila.

Syila yang mendengar ucapan hanya menghela nafas seakan-akan ucapan Afa barusan terlalu berlebihan.

"Hilih," ucap Syila pelan memutarkan bola matanya.

Mendapatkan respon yang datar seperti biasanya, Afa hanya tertawa kecil.

"Yuk sarapan dulu Nisa udah siapin makanan yang enakkkk bangettt endol ta endolll pokonya," ucap Afa sangat bersemangat menarik tangan Syila.

Tepat di depan meja makan Syila terbelalak sudah ada Kalio baluik, Makanan khas minang yang sering mereka buat karna proses pembuatan nya cukup mudah dan memang mirip seperti rendang.

Bau nya yang masih memenuhi dapur mereka membuat Afa memulai mengambil beberapa sendok nasi.

Syila masih terdiam melihat hidangan yang dibuat Nisa, Entah apa yang dipikirkan Nisa membuat makanan berat di pagi hari bahkan sebelum sang surya menampakan wujud nya ke bumi.

"Nis ..," ucap Syila merintih.

"Kenapa? Takut gendut? Udahlah sekali-kali kita makan ini, gak kangen apa lo?" ucap Afa yang sudah melahap suapan pertama nya.

Nisa yang mendengar panggilan dari Syila tersenyum dan duduk mengikuti Afa untuk menyajikan seporsi untuk dirinya dan Syila.

Syila masih berdiri memandangi kedua teman nya. Memang benar, apa mereka tidak takut gemuk makan makanan berat? Syila merasa tidak enak hati, Susah payah Nisa membuatkan makanan seenak ini tapi masa iya ia tidak mencicipi nya sedikit pun.

Lagi pula bukan tidak enak, Tapi karna Nisa yang masak nya di waktu yang tidak tepat.

"Uni Syila tak nio maka?" (Kakak Syila gak mau makan?) ledek Afa menatap Syila sembari menegukan teh hangat nya.

"Uni Syila tak lapa?" (Kakak Syila gak lapar?) tanya Nisa juga meledek Syila.

"Onde mandeee, lamak bana kalio baluik ni! Tambuah ciek yo Ambu Nisa!" ( Astagaa, enak banget kalio baluik nya, tambah makanan nya lagi ya Ibu Nisa) Teriak Afa mengeluarkan nada khas minang nya,

Membuat Syila akhirnya duduk dan mencicipi kalio baluik nya walaupun ia sedang berusaha menjaga pola makan nya apalagi di tambah ajakan Afa dan Nisa untuk mendaki ke gunung merbabu minggu depan.

"Gimana enak Syil?" tanya Nisa dengan lembut.

Syila hanya mengangguk dan tersenyum. membuat keraguan di mata Nisa.

"Kok ngangguk aja? ada yang salah ya masakan nya?"

Tiba-tiba Syila menghentakan sendok nya ke piring membuat Afa berhenti makan dan menatap Syila dengan raut wajah datar nya.

"Iya salah!"

"Lo salah Nisa, Ini masih pagi terus lo masak makanan berat kayak gini," ucap Syila dengan nada tinggi.

Kaget dengan bentakan Syila, Nisa tidak mengerti kenapa Syila bisa semarah ini, apa dia marah dengan ledekan nya tadi dengan Afa? Ia sudah mengumpulkan Air mata nya di pelupuk matanya.

Afa yang melihat Nisa terdiam tidak berkutik, membuat dirinya geram dengan tingkah aneh Syila hari ini, Syila berubah menjadi lebih galak setelah mandi tadi pagi.

"Ngomong nya bisa pelan aja gak Syil? Nisa udah buatin sarapan untuk kita," ucap Afa dengan nada pelan.

"Ini sarapan? Ini sih bikin berat badan gue tambah naik."

DEG ucapan Syila kali ini benar-benar membuat Nisa pasti sakit hati, Apa yang dipikirkan Syila? ia memikirkan berat badan nya di banding masakan sahabat nya sendiri.

"Hargaiin dikit dong Syil, Nisa buat ini karna dia tau kita sama-sama kangen masakan keluarga disana."

"Tapi dia masak di jam yang salah,"

"Yaudah kalo lo emang gak terima yaudah gakusah dimakan,"

"Udah udah, Iya Syila bener gue salah, gak seharus nya gue masak makanan berat di jam segini," ucap Nisa yang masih menahan air matanya.

"Sori Syila, Permisi gue mau shalat dhuha dulu," ucap Nisa berdiri dan berjalan dengan cepat ke arah kamar.

Syila dan Afa, Mata mereka hanya mengikuti pergerakan Nisa yang mereka sadar kalau Nisa akan nangis di kamar tanpa terlihat oleh mereka.

Afa menghela nafas panjang dan memegang kening nya.

"Gue akuin emang Nisa salah masak makanan berat kayak gini di jam segini, tapi seenggak nya gue hargaiin masakan temen gue."

"Omongan lo kali ini keterlaluan, Gue harap setelah dari gereja pikiran lo terbuka sama ucapan lo tadi," ucap Afa dan pergi menyusul Nisa ke kamar.

Ucapan Afa membuat Syila sadar merasa bersalah, ia kembali flashback mengingat dirinya setelah mandi tadi dan menimbang berat badan nya yang memang sudah naik 5kg akibat pola makan nya selama 2 bulan ini tidak terjaga,

Membuat Syila sensitif melihat makanan berat terpampang di meja makan apalagi di pagi hari.

Syila membuyarkan lamunan nya dan bergegas menuju tempat ibadah nya, tanpa berpamitan dengan Nisa dan Afa.

3 jam berlalu

Syila sudah mengikuti proses ibadah nya hari ini. Ia berfikir untuk mengajak Nisa dan Afa untuk belanja keperluan untuk mendaki minggu depan, Hitung-hitung ya upaya minta maaf persoalan tadi pagi.

Syila langsung mengambil ponsel nya dan mengirimi pesan ke grup yang berisikan dirinya, Afa dan Nisa.


∆∆∆

𝐓𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐩𝐚𝐫𝐚 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫𝐬! 𝐁𝐚𝐧𝐭𝐮 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐢 𝐧𝐚𝐥𝐚 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 🌻

𝘀𝘄𝗶𝗽𝗲 𝘂𝗽⬇

Senja Merbabu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang