#03. Gather Up

525 384 120
                                    

Follow!!!
@harsyanda.shabira

Happy reading 🏵️

***
Sungguh indah. Dua kata yang dapat menjelaskan kesempurnaan suatu benda, atau bahkan seseorang, yang hanya dapat dikatakan, namun tak dapat dijelaskan.

***

Kini mereka duduk di pinggir lapangan sambil meneguk air yang sebelumnya dibeli thalia di kantin.

"Segini dulu yah latihannya, gue ada urusan." Valend meninggalkan Thalia sendirian disana. Lagian materi yang harus diajarkan Valend telah selesai ia pelajari. Jadi ia tidak punya alasan untuk tidak mengizinkan Valend pergi. Dan mungkin urusan yang dia bilang itu penting.

Bel tanda ekstrakurikuler berakhir telah berdering, thalia segera kembali ke kelas untuk mengambil tas yang sengaja ia tinggalkan di sana.

Tas teman-temannya sudah tak ada lagi dikursi mereka masing-masing. Thalia harus segera pulang. Hari ini mereka janjian untuk bersantai-santai di rumah Thalia. Jangan sampai mereka datang, tapi Thalia belum berada di rumahnya.

Seperti biasa supir pribadi Thalia sudah berada di seberang gerbang sekolah. Tanpa pikir panjang Thalia menyebrang di jalan dan memasuki mobilnya.

Setibanya di halaman rumahnya, Thalia melihat Elyn yang turun dari atas motor Ray. Thalia mengerutkan dahinya, kenapa Elyn mau pulang dengan Ray? Walaupun mereka berpacaran, tapi itu hanya sekedar tantangan, bukan dari hati ke hati. Ia pun berjalan ke arah mereka setelah turun dari atas mobil.

"Kalian pulang bareng? Kalau iya kenapa Elyn di antarin ke sini? Kenapa gak ke rumahnya aja."

"Banyak tanya lo ah, yuk masuk." Ray mengacuhkan perkataan adiknya dan menarik tangan Elyn untuk memasuki rumah keluarganya.

Elyn menarik kembali tangannya. "Apa-apansih, main tarik-tarik aja, toh adik lo nanya, jawab!! Punya kuping kan?." Ujar Elyn kesal.

"Ya udah, kalau gitu lo aja yang jawab, gue mau masuk dulu." Ray berjalan memasuki rumahnya dan meninggalkan mereka berdua di halaman rumah itu.

"Maaf yah, gue belum bisa ngerubah sikapnya si thick eyebrows itu." ujar Elyn sambil menunjuk Ray dengan dagunya. Ia memang sengaja memanggil Ray dengan sebutan si thick eyebrows, karna alisnya tebal banget.

Thalia hanya menggelengkan kepalanya mendengar sebutan pangggilan Elyn untuk abangnya. " Gak papa, btw itu panggilan sayang buat Abang gue yah?." Goda Thalia

"Amit-amit, woii." Elak Elyn sambil menepuk-nepuk tangannya kemudian ke kepalanya secara berulang-ulang.

"Eleh, awas aja lo sampai suka beneran sama abang gue." Ujar Thalia terkekeh.

"oh iya kenapa Ray gak nganterin ke rumah lo dulu?,"

" Tadi dia ngajak makan dulu, tapi duitnya habis, jadi balik dulu kerumahnya, karna terpaksa makanya gue disini, entah gimana nasib supir gue." jelas Elyn panjang lebar.

"Yang sabar yah, lo juga ngapain milih dare, yuk ah masuk, gak enak ngomong berdiri kek gini." Thalia mengajak Elyn untuk memasuki rumahnya.

My Crazy Best Friend (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang