Berani-beraninya?!!

10 4 0
                                        

Adelia berlari mengelilingi lapangan dengan cukup cepat. Bagi atlet sepertinya mengelilingi lapangan basket sebanyak lima kali putaran bukanlah hal yang sulit.

Ingat, adelia atlet olahraga bukan?

Adelia adalah cewek yang paling complete. Cantik, pintar, dan seorang atlet. Meskipun bukan tergolong berada, tapi semua itu sudah cukup untuk menjamin hidup adelia.

Ah iya, kecuali satu hal.

Trauma.

Ingat tentang penyakit adelia yang dikatakan ibunya?

Sejujurnya adelia tidak sakit.
Ia juga bukanlah gadis penyakitan.
Hanya saja, ia terlalu trauma terhadap sungai, laut, danau dan segala hal yang berhubungan dengan kedalaman air.

Saat itu adelia sungguh tidak bisa menahan traumanya sehingga ibunya mengatakan kalau ia adalah seorang gadis penyakitan.

Dan dari semua hal ke-complete an adelia dalam hal olahraga, satu hal yg menjadi kekurangannya. Kekurangan yang menjadi kelemahan dan sumber dari segala ketakutannya. Ia tidak bisa berenang. Jangankan untuk berenang, saat melihat sungai saja ia akan mulai merasa sesak seolah tengah tenggelam.

"Babygirl nih, minum.." adelia menangkap sebotol air yang melayang kearahnya.

"Adrian, kamu bisa nggak sih, jangan memanggil aku seperti itu?" ucap adelia dengan wajah kusut.

"Lah? Kenapa? Harusnya kamu senang, karna aku kasih kamu nama kesayangan..."

Adelia memutar bola matanya malas, "Senang apaan? Yang ada aku risih tau nggak diliatin orang mulu?!!" jutek adelia.

Adrian memutar kepalanya kearah beberapa siswa yang melihat ke arah mereka, "Apa?!! Mau gue pukul kalian?!!" sentak adrian kearah mereka sambil menunjukkan kepalan tinjunya.

Adelia terbahak melihat mereka berlari menghindari tatapan maut adrian. Tapi beberapa cibiran dari para siswi berhasil membungkam tawa adelia.

Hahaha tampang polos, kok mainnya sama berandalan?

Hahha habis dibuang iqbal seleranya berubah yaa mbak?

Ganteng sih daripada iqbal tapi sifatnya kok sifat preman?

Ganteng ganteng nggak ada akhlak!

Adrian menatap adelia yang bungkam mendengar bisikan-bisikan siswi-siswi di sekolah nya itu.

"Del, kalo kamu nggak suka denger omongan mereka, atau kalo kamu tersinggung, lebih baik kita jauh-jauh aja kayak sebelumnya. Lagipula, sekalipun kita berjauhan aku tetap bisa kok ngejaga kamu..."

Adelia tersenyum tipis mendengar ucapan pria yang beberapa hari ini sudah menemaninya itu. Memang benar, sejak insiden danau biru itu adelia memutuskan untuk menjauh dari iqbal dan tania. Bahkan beberapa kali iqbal dan tania meminta berbicara, adelia selalu menghindar. Sebenarnya adelia tidak menghindari mereka, tapi ia menghindari apa yang mungkin akan mereka perbincangkan. Karena ia tidak ingin terluka lagi setelah berbicara dengan mereka.

Eh itu si adelia kayaknya nyaman banget yaa bergaul sama preman?

Lagi-lagi celotehan tak berbobot itu kembali terdengar. Bergunjing. Satu-satunya hal yang paling nikmat dan sangat sulit dilupakan. Adelia juga suka bergunjing. Tapi bukan menggunjing kehidupan orang lain. Ayolah, adelia tidak se-kepo itu. Daripda mengurusi hidup orang lain, lebih baik ia memikirkan kepulangan para suaminya yang tengah berada di korea.

Meskipun adelia orang yang realistis, tapi ia juga bisa berubah menjadi ambyar jika berhubungan dengan hal ke-korea-an.

Nggak malu mbak, pdkt ama preman?

Hahahah iya iya pdkt kok sama preman?

Eh gaya preman gitu punya banyak uang gimana dong?

Meleleh akuuuu

Cukup sudah. Telinga adelia audah cukup panas mendengar bisikan-bisikan setan yang merajalela di sekitarnya itu.

Adrian mengernyit melihat adelia yang berdiri, "Del kamu mau kemana?"

Adelia tersenyum singkat,"Aku mau bacain ayat kursi, biar setan-setan disini ilang semua" ucapnya meninggalkan adrian yang linglung sendiri.

"Emangnya disini ada setan?" tanya adrian kepada dirinya sendiri.

Adelia menyipit melihat tiga orang gadis bimoli didepannya itu. Tau bimoli? Bibir monyong lima centi. Itulah peribahasa adelia untuk mereka yang suka menggunakan lipstik tebal ala orang nikahan.

"Del? Mana setan yang pengen kamu bacain ayat kursi? Emangnya beneran ada yaa?" tanya adrian tiba-tiba di sebelah adelia.

Adelia terkekeh pelan, "Ada kok, tuh didepan kita setan-setannya.." ucapnya yang membuat adrian terbahak keras.

Salah satu gadis yang ada didepan adelia menggeram,"Lo jangan seenaknya yaa del!"

Adelia terkekeh sinis, "Kenapa? Bukannya lo juga seenaknya ngehujat orang?!"

"Sejak kapan gue ngehujat orang? Ah, maksud lo si ganteng adrian yang sifatnya kek preman itu yaa? Lah kenapa? Emang bener kan? Iya gak?" ucap gadis itu meminta persetujuan temannya.

"Bener tuh, kayak nggak ada cowok yang lebih baik aja. Eh del, milih yang ganteng + kaya boleh, tapi akhlak juga harus ada?!!"

Mata adelia menajam mendengar hujatan terang-terangan yang diajukan kepadanya dan adrian. Ia menoleh melihat bagaimana reaksi adrian. Tapi lelaki itu malah terlihat tenang-tenang saja.

Adelia memberengut kesal. Bagaimana mungkin adrian tetap santai mendengar perkataan wanita itu?. Adelia menggertakkan giginya menahan amarah. Berani-beraninya mereka menghina adrian didepannya!. Adelia bersumpah akan mengajari mereka bagaimana berbicara yang baik.

Ia menatap nyalang wanita yang ada didepannya,"Pilihan gue urusan gue! Kalian jones mana ngerti! Hidup kalian kan hambar. Miris bangett kan yaa?!" ucap adelia sinis.

"Ah iya, om-om kurang belaian kan banyak, gimana mungkin kalian jones yaa? Hahah banyak stok yang ada..." tambahnya sambil menatap remeh gadis-gadis didepannya, sebelum pergi meninggalkan mereka begitu saja.

"Kurang ajar!!" pekik gadis itu melihat ketidaksopanan adelia yang langsung pergi setelah mengatainya.

"Well, kayak nya burung merpati itu sudah mulai terbang ke alam bebasnya rin..." ucap seorang gadis berambut purple.

"Yaa, fela bener rin... Kita nggak bisa ngebiarin dia berlagak dan bertingkah seenaknya..." jawab seorang gadis berambut coklat.

Gadis yang dipanggil arini itu terkekeh sinis. "Btw, kalian seolah mengajari gue. Kalian pikir gue nggak tau apa yang harus gue lakuin?! Fela habis jam pelajaran kita bahas masalah ini di rooftop. Dan melan, lo jangan lupa setelah jam pelajaran bawa pulpen sama kertas, dan temuin kami di rooftop." kedua gadis itu mengangguk mengerti.

"Gue akan ngebuat merpati kecil itu merasakan, bagaimana pahitnya hidup bebas di dunia luar.."

"Dan gue arini orland bakalan buat dia menyesal karena berani mendekati adrian, sosok yang selama ini gue kagumi..." ucapan terakhir arini membuat kedua temannya terbelalak.

"Rin, lo suka sama adrian? Lah trus kenapa lo suruh kita ngehina-hina dia di depan adelia?" tanya melan bingung.

Arini terkekeh pelan,"Gue sengaja. Gue sengaja melakukan itu semua agar adelia menjauhi adrian. Dan adrian bisa menjadi milik gue seutuhnya."

"Tapi kenyataannya adelia nggak menjauh dari adrian rin..."

Arini mengepalkan tangannya kuat mendengar pernyataan fela yang menghantam kuat kenyataan didepannya.

"Karna itulah fela! Karena itu gue akan ngelakuin sesuatu buat mereka. Pertama-tama kita lakukan sesuatu untuk menciptakan ketakutan besar dalam hidup adelia. Lalu...."

"Lalu?"

"Lalu, gue akan ngebuat adrian begitu buruk dimata adelia. Begitu buruk... Hingga untuk melihatnya saja, adelia merasa jijik dan ketakutan..."

Arini tersenyum misterius, "So, let's begin this game.."

Back ThenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang