"Mari melepas masa lalu.
Mari melepas segala kisah sendu.
Kau temukan bahagiamu,
Dan kutemukan bahagiaku"_Adrian Deloan
❤❤❤❤
.
"Del, kamu nggak perlu ngebalas ucapan arini cs itu dengan kasar.."
Adelia melirik sensi, "Kenapa belain dia? Kamu suka sama dia?" ucapnya jutek .
Adrian terbahak keras, "Ya nggak mungkin lah del, aku kan sukanya sama kamu..." ucapnya sambil menaikkan alisnya menggoda adelia.
Adelia memutar bola matanya malas, "Gitu aja teruss... Hobi bangett ya kamu ngegombalin aku? Aku bahkan sampe bosan dengernya... "
Adrian terdiam. Adelia memang tidak tau atau pura-pura tidak tau kalau adrian menyukainya?
Adelia mengernyit melihat adrian yang tiba-tiba terdiam.
Ada apa? Apa yang salah?
"Ad? Adrian? Kamu kenapa? Kok diam?" tanya adelia ditengah-tengah keheningan yang ada.
Adrian mendengus kasar, "Sesulit itu ya del kamu percaya kalo aku beneran suka sama kamu? Kamu bahkan anggap semua yang aku utarakan itu nggak lebih dari gombalan konyol."
Adrian terkekeh pelan,"Aku mungkin memang orang yang buruk del, tapi percayalah aku nggak pernah bisa bermain-main soal rasa..." ucap adrian seraya meninggalkan adelia dengan kebungkaman nya.
Adelia menatap kosong kepergian adrian. Ia tau, adrian serius tentang perasaannya. Hanya saja, adelia tidak bisa terlalu mempercayai ucapan suka dan cinta yang adrian lontarkan. Adelia pernah terluka. Bahkan itu karena seseorang yang dicap sebagai anak 'baik'. Adelia hanya takut, jika nanti adrian malah lebih menyakitinya dibandingkan iqbal karena perasaannya. Adrian peduli padanya, dan ia tau itu. Adrian berulangkali-bahkan selalu menjaganya, ia pun mengerti. Hanya saja, ia tetap tidak bisa mempercayai adrian sepenuhnya. Karena adelia belum mengenal adrian seutuhnya.
-----------------------------------------------------------
Adrian memejamkan mata kala merasakan angin lembut mulai membelai wajahnya. Pikirannya melayang ke beberapa tahun silam. Saat dimana ia pertama kali menemukan gadisnya dan jatuh cinta. Saat dimana kali ia mendapatkan luka yang paling berbekas dihidupnya.
Adrian mendesis pelan saat tak sengaja menyentuh bekas luka tusukan yang cukup dalam di perut bagian kirinya.
"Gimana? Enak rasanya ditolak?" ucap sinis seorang lelaki dengan membawa gitar dipelukannya.
Adrian terkekeh, "Gue enggak ditolak tuh. Mungkin dia hanya belum bisa berdamai dengan keadaan."
Lelaki itu hanya berdehem pelan.
"Gue harap lo nggak terlalu terobsesi sama dia rian. Gue tau, mungkin bagi lo dia cuma cewek polos. Tapi bagi gue, dia enggak sesederhana itu." ucap lelaki itu kepada adrian.Adrian mengangguk, "Gue tau. Hanya saja, gue enggak tau apa gue masih bisa melindungi dia seperti dulu atau enggak. Karena sekarang lo tau kan, keadaan kita lagi terdesak."
"Adran, suatu saat mungkin gue butuh bantuan lo. Dan mungkin, saat itu adalah keadaan yang paling mendesak..."
Lelaki itu-Adran menaikkan alisnya bingung mendengar perkataan adrian. Tapi adrian hanya tersenyum dan merebut gitar yang tengah berada di genggaman adran.
Tangan adrian bergerak lincah memainkan setiap senar gitar dengan merdu. Setiap bait musik yang dimainkannya begitu menggugah hati. Irama nya begitu mengharukan namun romantis disaat bersamaan. Tanpa sadar adran mengeluarkan suara maskulinnya, menyanyikan setiap bait irama yang tengah adrian mainkan.
Not tryna be indie
(Tak mencoba menjadi indie)
Not tryna be cool
(Tak mencoba menjadi tenang)
Just tryna be in this
(Hanya mencoba dalam hal ini)
Tell me, are you too?
(Katakan padaku, apakah kau juga?)
Can you feel where the wind is?
(Bisakah kau rasakan keberadaan angin?)
Can you feel it through?
(Bisakah kau merasakannya?)
All of the windows
(Semua yang di jendela)
Inside this room
(Dalam ruangan ini)
Cause i wanna touch you baby
(Karena aku ingin menyentuhmu sayang)
Cinta itu kuat, adran tau itu. Cinta itu hebat, dan adran juga sangat mengerti hal ini. Akan tetapi, adran juga tau, bahwa cinta yang adrian miliki tidaklah sesederhana itu. Sejak kepergian gadis itu, adrian selalu merasa tersiksa. Kehidupannya benar-benar hancur. Adrian bahkan terlihat begitu menyedihkan saat itu. Hingga akhirnya, yang bisa adrian lakukan saat ini hanyalah melindungi apa yang sejak dulu gadis itu lindungi. Hanya itu satu-satunya yang membuat adrian menjadi tegar kembali seperti saat ini.
But you'll never be alone
(Tapi kau tak akan pernah sendirian)
Adran mengalihkan pandangannya kala melihat adrian_kembarannya mulai terisak. Suara adrian sudah benar-benar serak.
I'll be with you from dusk till dawn
I'll be with you from dusk till dawn
(Aku akan bersamamu dari senja sampai fajar)
Baby, I'm right here
(Sayang, aku disini)
Benar. Adrian selalu ada untuk gadis itu. Bukan hanya sampai fajar. Tetapi, sampai gadis itu menutup matanya selama-lamanya pun adrian masih tetap menemaninya. Adran tau semuanya, karena ia menjadi satu-satunya saksi keadaan dan penderitaan adrian saat gadis itu pergi.
Adrian terisak-isak. Hanya untuk bernyanyi saja, Ia benar-benar sudah tidak sanggup.
"Hiks kenapa kamu pergi ren? Kenapa kamu ninggalin aku ren? Padahal kamu udah janji kalo kamu bakalan terus bahagia sama aku..."
Adran menggeleng, ia menepuk pundak adrian ringan, "Yan, lo nggak boleh kayak gini terus. Lo nggak ingat sama janji lo ke dia? Waktu itu lo janji akan tetap berusaha bahagia kan yan? Tapi kenapa lo malah rapuh sekarang? Lo harus menepati janji lo sama dia yan!" geram adrian .
"Tapi gue bahkan nggak bisa memenuhi keinginan terakhirnya dia! Gimana gue bisa bahagia ad? Gimanaa?!!!" Teriak adrian semakin menyedihkan.
"Gue yakin lo bisa yan. Karena kita, masih punya waktu.."
"Tapi waktu kita terlalu sedikit ad.."Timpal adrian lesu.
"Memang sedikit yan. Tapi gue yakin, itu cukup untuk kita!" Ucap adran tersenyum miring.
Adran menatap adrian lama, "Ingat yan, untuk kali ini gue akan ngelakuin apapun yang emang harus gue lakukan! "
"Bahkan jika harus melukai adelia!" Ucap adran membuat adrian terbelalak kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back Then
Fiksi RemajaGadis itu menatap benci adelia yang kini berada didepannya. Tangannya mengepal erat. Dengan penuh isakan tangis gadis itu menggerakkan bibirnya mencoba berbicara, "Aku merelakannya untukmu. Aku melepaskan kebahagiaanku demi kebahagiaannya bersamamu...