"Adelia?!"
Adelia menatap dua pasang sahabat. Ah tidak, lebih tepatnya dua pasang kekasih didepannya dengan raut dingin. Tidak ada airmata. Tidak ada tangisan atau sedikitpun isakan yang akan membuat orang lain iba. Awalnya adelia menangis. Ia benci dan ia merasa terkhianati. Tapi satu hal yang tidak akan pernah adelia lupakan dalam hidupnya. Bahwa ia tidak akan meneteskan 'air mata' hanya demi seseorang yang telah 'menyakitinya'.
"Kenapa?"
Iqbal terdiam ketika mendapat tatapan dingin dari adelia. Adelia adalah gadis yang lembut dan juga baik hati. Hanya saja, kali ini ia telah melukai gadis polos itu.
"Maaf del. Aku-"
"Kenapa minta maaf? Bukannya kalian nggak salah? Kenapa minta maaf? Bukannya sejak awal kalian memang saling mencintai?" sarkas adelia.
Iqbal menghembuskan napasnya kasar,"Please del, dengerin aku dulu. Sebentar aja, kasih aku waktu buat ngejelasin semuanya."
Adelia terkekeh sinis,"Kenapa aku harus ngasih kamu waktu? Kenapa kamu harus menjelaskan semuanya? Bukannya aku nggak lebih dari pelampiasan kamu? Trus kenapa sekarang penting banget bagi kamu buat kasih penjelasan ke aku?"
Adelia berdecih sinis kala melihat tania yang hanya diam melihat perdebatannya dengan iqbal. "Seharusnya sejak awal aku nggak percaya sama orang munafik kalian!"
Tania mengepalkan tangannya erat kala merasakan sindiran dari adelia. "Munafik? Lo yang munafik del! Lo ngerebut satu-satunya sahabat gue. Lo ambil satu-satunya sumber kebahagiaan gue!"
"Lo bilang tadi apa? Munafik? Bukannya lo yang munafik? Selama ini bertingkah polos padahal sebenarnya lo itu cuma perempuan busuk?!!"
Adelia memejamkan matanya pelan mendengar segala ocehan buruk tania tentang dirinya. Ia menatap keterdiaman iqbal dengan datar. "Apa kamu tidak berniat menjelaskan semuanya bal?" ucapnya pelan.
"Nggak ada lagi yang perlu di jelaskan iqbal del. Sejak awal lo yang merusak hubungan kami. Sejak awal lo parasitnya del. Lo parasit?!!!" maki tania tanpa membiarkan iqbal bicara.
Adelia memejamkan matanya sejenak. Ia mengepalkan tangannya erat. Hampir saja ia ingin membungkam mulut tania dengan tangannya. Sebelum seseorang menghentikannya dengan menggenggam tangannya.
"Kamu nggak harus mengotori tangan kamu untuk sampah seperti mereka babygirl." ujar seseorang pelan.
Mata tania dan adelia membola melihat seseorang yang datang ketengah-tengah mereka,"Adrian?!!" pekik tania terkejut sedangkan adelia hanya mendengus kasar mendengar pekikan tania.
"Lo ngapain d-disini?" ucap tania gagap melihat kehadiran adrian.
Adrian tertawa sinis. Digenggamnya tangan adelia dengan erat, sehingga membuat gadis itu mengernyit bingung. Tapi tetap, adrian tidak melepaskan tangan adelia dari genggamannya. Tanpa mereka sadari iqbal mengepalkan tangannya kuat.
Iqbal menatap tajam kearah adrian dan adelia yang ada di depannya. Ia tertawa hambar,"Awalnya gue diam del, karena gue pikir gue emang salah. Gue udah nyakitin lo, dan mempermainkan perasaan lo. Tapi setelah melihat ini gue nggak yakin lo adalah cewek baik-baik del" ucap iqbal sinis.
Bughh
"Jaga omongan lo sialan?!!"
Bughh
Adelia tertegun. Bahkan, ia tidak sempat terkejut melihat pukulan adrian yang melayang ke wajah iqbal. Gadis itu hanya terdiam kaku.
"Bukan gadis baik-baik lo bilang?!! Huh? Tau apa lo bangsat?! Selama ini lo cuman jadiin dia pelampiasan, karena apa?! Karna lo nggak bisa dapetin tania! Jangan lo pikir gue nggak tau semua kebusukan lo iqbal!"
Bughh
Bughh
Lagi-lagi adrian melayangkan pukulannya kewajah iqbal. Tania memekik histeris. Ia berusaha menarik tangan adrian agar tidak lagi memukul wajah iqbal. Tapi sayang, tenaga adrian terlalu kuat sehingga membuat tania terhenyak.
Iqbal sudah babak belur, ia ingin melawan. Tetapi emosi adrian terlalu meradang, dan iqbal tidak bisa membalasnya karena sudah terluka cukup parah.
"Harusnya sejak awal gue nggak membiarkan adelia masuk dalam lingkaran kalian. Harusnya dari awal gue yang jadi kekasih adelia?!! Harusnya gue mendekati adelia terang-terangan dan bisa membahagiakannya. Bukannya menghancurkan kebahagiaannya seperti yang kalian lakukan?!!" amuk adrian.
Adrian mengalihkan tatapannya pada adelia yang hanya menatap kosong perkelahian mereka. Tanpa pikir panjang, ia menarik tangan adelia pelan. Ia membawa adelia meninggalkan tempat itu. Meninggalkan kenangan dan rasa bersalah yang tampak jelas di wajah babak belur iqbal.
Adrian mengusap wajahnya kasar. Seandainya saja, ia tidak terlambat adelia tidak akan terluka seperti ini. Satu-satunya kesalahannya yang paling besar adalah dengan berpikir bahwa adelia akan berbahagia bersama iqbal. Karena itulah, dulunya ia memilih mundur. Tetapi tidak lagi. Mulai saat ini, sampai seterusnya ia tidak akan pernah menyerah lagi dalam memperjuangkan adelia.
"Del..."
Hening.
Tidak ada balasan apapun dari gadis itu. Adelia tetap menatap kosong tempat ia kini tengah berada. Taman kota.Adrian menatap adelia sendu. Tanpa aba-aba ia bersimpuh dihadapan adelia. Gadis itu terbelalak, "A-apa yang kamu lakukan?"ucapnya dengan suara bergetar.
Adrian menggeleng,"Maafkan aku del, seharusnya aku datang lebih cepat. Seharusnya aku tidak membiarkan mereka melukai mu del. Aku sungguh minta maaf. Ini kesalahanku. Aku yang tidak becus menjagamu?!!" ucap pria itu dengan suara bergetar.
Adelia mensejajarkan tubuhnya dengan adrian. Ia menatap adrian dengan pandangan yang sulit diartikan. Pandangan penuh keseriusan. Pandangan yang sarat akan pertanyaan yang tidak adrian miliki jawabannya.
"Adrian, kamu siapa?" tanyanya pelan.
Adrian tersenyum pahit. Pertanyaan adelia menyadarkannya sejenak. Adrian terkekeh pelan.
Siapa dia?
Kenapa dia ada disini?
Dan kenapa sekarang ia bersama adelia?
Kenapa ia selalu mengejar adelia?
Entahlah. Rasanya, adrian juga ingin mengetahui jawaban dari pertanyaan itu. Bukan hanya untuk adelia, tapi juga untuk dirinya sendiri.
"Kamu datang secara tiba-tiba. Berpacaran dengan tania secara tiba-tiba. Tanpa aku sadari, kamu tau semua tentang diriku melebihi orang lain. "
"Kamu tau tentang iqbal. Kamu tau tentang tania. Kamu tau tentang iqbal yang menjadikanku pelampiasan. Kamu tau kalau saat itu tania ingin bunuh diri. Dan secara tiba-tiba kau datang dan menghajar iqbal demi menyelamatkan perasaan dan harga diriku..."
Adelia menatap adrian tanpa berkedip, "Kalau begitu, beritahu aku adrian. Sebenarnya, siapa dirimu? Siapa aku dalam hidupmu? Agar setidaknya aku tau, seberapa besar peran kamu dalam hidupku.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Back Then
Fiksi RemajaGadis itu menatap benci adelia yang kini berada didepannya. Tangannya mengepal erat. Dengan penuh isakan tangis gadis itu menggerakkan bibirnya mencoba berbicara, "Aku merelakannya untukmu. Aku melepaskan kebahagiaanku demi kebahagiaannya bersamamu...