Alone

100 24 5
                                    

Ketika lembaran baru terbuka. Maka yang tertulis tak akan pernah sama seperti lembaran yang dahulu. Meski kata-kata yang tertulis sama tetapi hatilah yang membedakannya - AD

Aku Ellena Dorothy. Nama panggilan ku adalah Ana, memang sedikit berbeda dari nama asli ku. Tetapi aku nyaman dengan nama panggilan itu.

Aku memiliki sifat pendiam saat masih kecil, orang-orang yang selalu mendekatiku membuatku risih dan megakibatkan aku menjadi sial. Aku tak tahu mengapa. Dan karena itu, Tuhan membalas ku dengan aku menjadi anak tunggal di keluargaku.

Ya aku adalah putri tunggal di sebuah keluarga sederhana. Ibuku 7 bersaudara. Dan semua saudara nya itu memiliki anak lebih dari dua. Kenapa Tuhan tak membiarkan mamaku menghasilkan keturunan lagi coba?

Kesendirian ku saat kecil memaksaku menjadi orang lain. Aku menjadi orang yang bahkan tak mau berbicara terbuka dengan orang tuaku. Aku hanya membahas hal-hal yang tak penting tentang sekolah kepada mamaku. itupun saat mama bertanya terlebih dahulu dan aku menjawabnya dengan nada yang malas-malasan.

Aku ingat saat masih kecil, aku pernah tak sengaja menumpahkan segelas air. Akibatnya aku di cubit sama mamaku hingga merah dan berekas. Mama tahu dimana tempat yang tepat untuk mencubitku agar tidak terlalu terlihat oleh pandangan, yaitu di pahaku.

Dari situ aku memiliki kepribadian bermuka palsu. Mungkin saat kecil aku bodoh. aku hanya mendapat peringkat yang setidaknya paling tinggi peringkat 12 sekelas . Mamaku sealu mengejekku dan membanding-bandingkan aku dengan peringkat temnku. memang selalu seperti itu bukan? seorang ibu hanya memaksakan kehendak. Tapi kali ituTuhan mengasihaniku dan mengabulkan keinginan mamaku. Saat kelulusan Sekolah Dasar aku mendapat nilai Ujian Nasional 27,9 dan mendapat peringkat 6 di antara lima kelas di sekolahku. Luar biasa kan?

Manusia itu makhluk sosial bukan? Dimana kita harus berbaur dan dimana kita memberi jika kita menerima sesuatu. Itulah yang aku lakukan. Saat aku di jenjang SMP, aku memiliki banyak teman. Ya... banyak teman. Tetapi aku tak mengerti, aku tak pernah merasa bahagia dan bebas ketika bermain bersama teman-teman. Selalu ada hal lain terlintas di pikiranku saat aku sedang bermain dengan mereka.

Aku tak nyaman. Ini semua palsu. Selalu ada bisikkan itu di telingaku.

Aku bosan dengan kehidupan seperti itu. Akan selalu ada timbal balik dalam berteman. Dimana kamu harus menjadi pintar dan kamu akan di bantu jika kamu membantu.

Saat itu. aku masuk ke dalam kelas unggulan 3 tahun ber turut-turut. Entah mengapa aku bosan. Aku harus menjadi pintar untuk menyeimbangi mereka. Saat aku melihat kelas lain. Kau tahu apa? Mereka terlihat santai meski aku tau mereka keteteran kalau ada suatu hal. Tapi tahu apa yang ku irikan dari mereka? setidaknya mereka bisa menjadi diri mereka sendiri dengan melakukan apapun yang mereka suka. Seperti bermain games ataupun melakukan suatu hal yang tidak wajar.

Seperti biasa, aku bukanlah siswa populer ataupun menonjol. Selama aku di SMP akupun hanya mendapat peringkat paling tinggi setidaknya peringkat 17 se kelas. Tapi aku tau kelas itu adalah kelas unggulan di antara 7 kelas. Gak bodoh-bodoh juga aku ya?

Tapi, Tuhan melakukan hal yang sama seperti saat aku di jenjang Sekolah Dasar, yaitu nilai Ujian Nasionalku setinggi 37.9 dan aku memasuki peringkat ke 7 se sekolah.

Apakah itu sebuah kebetulan atau bukan? Memiliki angka koma yang sama dan peringkat yang tak jauh berbeda.

Lalu, akupun memasuki jenjang Sekolah Menengah Atas dimana hal-hal berbeda dan tak biasa terjadi padaku....



----------------------------------------------------------------------------

Thank you for read my story:).
Kalau ingin memberikan quotes atau yang lainnya silahkan dm saja.

ReliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang